"Kal ... gimana? mau langsung apa masih mau di sini?" tanya Zurra pada Kalla yang sedang berbincang dengan Raka dan Teddy.
"Ya udah langsung aja ke lokasi," kata Kalla.
Dengan menggunakan perlengkapan proyek, helm serta sepatu boot mereka menyusuri lokasi akan dimulainya pengerjaan proyek jalan tol itu.
"Rencana SDM yang akan dikerjakan nanti sudah memenuhi syarat semua, Pak Raka?" tanya Kalla.
"Kalau untuk SDM semua sudah sesuai kriteria, jumlah serta kemungkinan-kemungkinan yang biasanya terjadi dalam hal pekerja sudah kita pikirkan matang dan persiapkan untuk jalan keluarnya," jawab Raka.
"Berarti kita bisa memulai ini berapa hari ke depan?"
"SDM sudah berada di sini, Pak Kalla ... siang ini sudah bisa kita kerahkan."
"Sudah fix kalau begitu ya," kata Kalla lagi dan di jawab anggukan oleh Raka dan Teddy.
"Sebagian sub-kontraktor juga sudah memulainya hari ini." Kalla menunjuk para pekerja dari subkontraktor lainnya.
Raka tak sengaja menangkap sosok Azzura yang sedang menikmati hasil jepretan dari kameranya. Penampilan gadis itu sedikit mengingatkannya pada Jenna, simpel. Hanya saja Azzura terlihat lebih sedikit cuek, dengan setelan celana jeans sobek dipadu padankan dengan sebuah tank top berwarna hitam di balut kemeja flanel dan sepatu kasual.
"Ra!" seru Kalla memanggil kembarannya itu. "Udah yuk, kita masih mau ke proyek lo kan?"
"Ada proyek lain lagi di sini, Pak Kalla?" tanya Teddy.
"Adik saya, dia mengerjakan salah satu hotel berbintang di sini, dalam tahap penyelesaian sih."
"Keren." Mata Teddy berbinar-binar, dengan tangan menepuk pundak Raka.
"Sebenernya proyek ayah saya, dan Azzura mengerjakan desain interiornya, tapi pelan-pelan ayah saya pasrahkan semua pada Zurra. Didi bilang, biar Azzura belajar," jelas Kalla.
"Didi?" tanya Raka.
"Didi itu sebutan Papa untuk ayah kami," ujar Kalla tersenyum lucu. "Entah apa yang ada di pikiran orang tua kami dulu hingga mereka bisa di panggil Mima dan Didi."
"Oh ...." Raka dan Teddy hanya bisa mengangguk angguk.
"Ayo," ajak Zurra pada Kalla.
"Kami tinggal ya," ujar Kalla lalu melangkah meninggalkan Raka dan Teddy yang masih berdiri di sana. Kalla memutar tubuhnya melangkah kembali mendekati dua pemuda itu.
"Nanti malam, kita makan malam sama-sama aja, gimana?" Kalla menawarkan makan malam bersama pada mereka.
"Terim—" perkataan Raka lebih dulu di potong oleh Teddy.
"Boleh, bertemu nanti malam Pak Kalla, makan malam di hotel, kan?" tanya Teddy.
"Iya, makan malam di hotel saja, lebih santai," jawab Kalla lalu kembali berpamitan meninggalkan mereka.
"Apaan sih lo?" Raka memukul punggung Teddy.
"Loh, salah? Trik bagaimana agar klien kita betah bekerjasama dengan kita, kenapa? bagus dong, ini demi perusahaan lo juga," seloroh Teddy.
"Iya, tapi kan nggak langsung-langsung gitu juga kali, Ted."
"Gerak lo lama, Ka ... sat set sat set gitu loh," ujar Teddy dengan tangan yang meliuk-liuk mengisyaratkan gerakan cepat tanggap.
"Ck, ya nggak gitu juga intinya," ujar Raka meninggalkan Teddy.
"Dih, ambisi itu harus komplit Ka ... lo mau perusahaan maju, kalo lo jalannya pelan ya lama lah majunya," jelas Teddy yang menyusul gerak langkah kaki Raka.
"Emang syaiton lo."
"Syaiton yang membawa lo dalam kebaikan," kata Teddy lagi.
"Syaiton ya syaiton yang artinya setan, setan mana ada yang baik," gerutu Raka menyerahkan drafting tube ke dada Teddy. "Pelajari lagi gambar lo kemarin," titah Raka.
*****
Menjelang malam Raka dan Teddy baru saja sampai di hotel, mereka harus bergegas membersihkan diri lalu menghadiri undangan makan malam Kalla siang tadi.
Dua kakak beradik itu sudah duduk manis di restoran hotel yang mengarah ke arah kolam renang. Hotel bergaya tradisional Jawa itu memberikan kesan sangat elegan.
"Mereka berdua kalo di lihat kayak gitu kayak orang pacaran ya," ujar Teddy saat mereka memasuki restoran.
"Sembarangan lo."
"Kan gue bilang, kalo orang nggak kenal mana tau mereka kakak beradik bahkan kembar," kata Teddy lagi.
"Ted, lo bisa nggak sekali aja gak kayak beo," ujar Raka kesal.
"Bisa ... tapi kalo lo butuh bantuan gue untuk berceloteh jangan ngerengek minta tolong ya."
"Tau ah."
Raka menarik sudut bibirnya menghampiri kakak beradik itu lalu mengulurkan tangannya.
"Maaf kami terlambat," ujar Raka.
"Nggak apa-apa, santai aja ... silahkan," kata Kalla mempersilahkan Raka dan Teddy untuk bergabung.
Azzura menganggukkan kepalanya saat Raka menarik kursi dan duduk berhadapan dengannya. Benar kata Teddy, gadis itu memang cantik, garis keturunan blasteran terlihat jelas di wajahnya.
Ini pertemuan ketiga Raka dan Azzura, kesan canggung pun masih terasa. Raka hanya tersenyum kecil saat mata mereka saling beradu pandang.
Pembicaraan di atas meja makan malam ini mulai terasa hangat ketika Kalla membahas tentang fotografi. Azzura terlihat begitu bersemangat saat itu. Pembahasan mulai dari berbagai macam tipe kamera hingga spot-spot menarik untuk menghasilkan gambar yang apik.
"Oh, suka moto juga?" tanya Azzura pada Raka.
"Iya sekedar hobi, hanya saja sementara libur dulu, sedang banyak kerjaan gini." Raka mengusap tengkuk lehernya.
"Kamera tipe apa?" tanya Azzura.
"Cuma kamera bias—"
"Kemarin dia baru beli Nikon keluaran terbaru, Bu ... saya lupa tipe apa, tapi lumayan dapet motor Ninja 250 SL standard, Bu ... ngenes ya saya liatnya," ujar Teddy dengan wajah yang murung.
"Astaga, mulut lo," bisik Raka.
"Keren, itu kamera serba bisa dan hasil fotonya apik banget, fiturnya juga keren."
"Tau banget ya," kata Raka.
"Jangan tanya, Pak Raka ... dia tau semua tentang fotografi," ujar Kalla.
"Nggak secara spesifik, cuma suka aja," kata Azzura.
"Kapan-kapan bisa hunting bareng untuk spot dong," ujar Raka basa basi.
"Uhuk ... uhuk ...." Teddy yang baru saja menyesap ice lemon tea terkejut atas tawaran Raka pada Azzura yang menurut Teddy itu adalah mukjizat.
"Kenapa lo?" tanya Raka menepuk-nepuk punggung Teddy.
"Keselek gue, astaga ... mimpi apa ini."
"Kenapa sih?" tanya Raka lagi bingung.
Azzura menyodorkan tisue untuk Teddy yang masih menunduk mengurut dadanya sementara terkekeh kecil melihat kelakuan Teddy.
"Nggak apa-apa ... gue oke, tenang aja."
"Tarik napas." Raka masih menepukkan tangannya pada punggung Teddy.
"Kalo gitu, kami permisi lebih dulu," ujar Raka.
"Eh jangan ...," ujar Teddy menahan Raka.
"Kenapa sih lo?" tanya Raka mengerutkan keningnya. "Pak Kalla, Ibu Zurra terimakasih undangan makan malamnya, next time saya yang akan mentraktir Anda berdua," ujar Raka sekilas menundukkan kepalanya.
"Saya tunggu janjinya," ujar Azzura pada Raka.
"Uhuk ... uhuk ... ya ampun gue keselek lagi," ucap Teddy terbatuk-batuk.
Dan Kalla masih terkekeh di kursinya melihat Teddy yang dia rasa hanya berpura-pura.
**enjoy reading 😘
ramein komen dan like ya bebs ... nuhun 🙏**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Erni Fitriana
tedy...tedyyyy...tedy bear!!!!!!;
2023-03-25
1
EndRu
jadi inget kalo Langit sama Fajar ketemu.. bikin ngakak 🤣🤣
2023-02-26
0
Elly Setia Ningsih
ya ampun teddy lucu banget siiih
2022-04-16
0