Pernikahan

---"Pernikahan adalah ikatan suci yang terjalin antara dua insan yang berjanji di hadapan Tuhan untuk saling hidup bersama. Tapi kau menggunakan janji palsu dalam pernikahan hanya untuk bermain dengan takdir."---

Akhirnya tibalah hari pernikahan mereka berdua. Pernikahan mereka di selenggarakan pada pagi hari secara sederhana dan tertutup, tidak ada dekorasi apapun yang terpasang dan tidak ada satupun tamu yang datang, karena Sarah memang seorang yatim piatu. Sedangkan Frans, tentu tidak memberitahu orang tuanya jika dia akan menikah.

Hari itu Sarah tampil dalam balutan gaun putih polos selutut dan memakai flat shoes warna senada, dengan rambut yang tergerai berhiaskan mahkota dari rangkaian bunga anggrek bulan berwarna putih. Dia tidak menggunakan perhiasan dan makeup apapun, tapi dia tetap terlihat cantik meskipun dengan tampilan yang sangat sederhana.

Sedangkan Frans, dia terlihat sangat tampan dan elegan. Dengan gaya rambutnya yang di tata ke belakang, dia mengenakan setelan jas hitam mewah, lengkap dengan dasi kupu-kupunya, ditambah jam tangan mahal yang dia gunakan semakin menambah ketampanannya.

Sebelum pernikahan mereka dimulai, Aldo mendatangi Frans dan mengajaknya bicara berdua di luar gereja. Frans mengikutinya berjalan keluar, dia sudah bisa menebak apa yang akan di bahas sahabatnya itu, jadi dia hanya memasang wajah santai sembari duduk di kursi teras gereja. Begitu Frans duduk di kursi tersebut Aldo langsung berbalik dan menatapnya dengan tajam.

"Frans, kau sudah memenangkan taruhannya, tapi kau tidak perlu sampai harus menikahinya, kan? Bagaimana dengan perasaan gadis itu, jika dia tahu kau hanya menjadikannya sebagai taruhan saja?" Aldo berusaha mengingatkan Frans, karena dia khawatir melihat tingkah sahabatnya itu yang menganggap pernikahan sebagai permainan.

"Kau tidak perlu ikut campur urusanku Do. Aku belum merasakan tubuh Sarah, aku harus memilikinya dulu, baru setelah itu aku akan meninggalkannya," tutur Frans dengan tersenyum licik.

"Tapi Frans, bagaimana dengan Stevi? Apa kau sudah melupakannya?" tanya Aldo lagi.

Mendengar ucapan Aldo tersebut raut muka Frans langsung berubah serius, dia beranjak dari kursi dan berjalan ke samping Aldo. Matanya menatap nanar ke depan, pikirannya menerawang jauh entah ke mana.

"Aku tidak pernah melupakannya sedikitpun, Stevi akan terus ada di dalam hatiku,” ucap Frans dengan wajah sedih. Dia bersedekap sambil bersandar di tiang sebelahnya.

“Tapi sekarang aku hanya ingin main-main dulu dengan Sarah.” Raut mukanya kembali berubah, kini ada sedikit senyuman menyungging di bibirnya. “Setelah aku puas bermain di sini, aku akan kembali pulang ke Jakarta.”

“Sudahlah..., pulanglah dulu ke Jakarta! Lanjutkan saja pekerjaanmu yang belum selesai selama delapan tahun ini, dan terus lakukan pencarian!" tegas Frans sambil menatap tajam ke arah Aldo. Dia mengingatkan Aldo untuk mengurusi pekerjaannya dari pada ikut campur urusan pribadinya.

“Baiklah Frans, aku pergi dulu,” pamit Aldo padanya. Dia tidak lagi berdebat dengannya, karena Frans memperingatkan dia tentang pekerjaannya yang belum selesai juga sampai sekarang.

Frans hanya menjawab Aldo dengan anggukan kepalanya. Setelah kepergian Aldo raut mukanya berubah dingin, karena dia kembali teringat kenangan terakhirnya bersama dengan Stevi.

***

Di Bandara,

"Jangan pergi Stev...! Ku mohon jangan tinggalkan aku...! Ayahku baru saja meninggal, bagaimana bisa kamu tega meninggalkanku di saat seperti ini?" pinta Frans dengan wajah memelas. Dia memegangi tangan wanita cantik itu dengan erat, supaya wanita itu tidak pergi meninggalkannya.

Wanita cantik itu adalah kekasih Frans, Stevi Mackenzie. Dia wanita berusia 24 tahun, dengan tubuh tinggi dan seksi. Wanita itu berprofesi sebagai seorang model, dia meninggalkan Frans satu tahun yang lalu untuk mengejar mimpinya menjadi model dunia Internasional.

"Ayolah Frans…, ini mimpiku dari dulu. Kamu tahu kan impianku adalah menjadi seorang model top di Paris, dan inilah saatnya kesempatanku.” Stevi menggenggam tangan Frans dan menatap lekat wajahnya, dia berusaha menjelaskan supaya Frans mengerti keadaannya.

“Aku harus pergi Frans, maafkan aku…!" Stevi melepaskan tangan Frans yang menggenggam erat tangannya. Dia tetap pergi meninggalkan Frans tanpa menoleh ke belakang sekalipun.

Frans terlihat sangat sedih dengan tatapan matanya yang berkaca-kaca melihat kepergian Stevi, dia terpaksa merelakan kepergiannya, karena dia tidak mau menghalangi impian kekasih tercintanya tersebut.

***

"Frans, ayo masuk ke dalam…! Pernikahannya akan segera dimulai," panggil Sarah sambil menyentuh lengan Frans yang menyadarkannya dari lamunan.

"Iya, ayo kita masuk!” sahut Frans dengan tersenyum. “Hari ini adalah hari pernikahan kita, kita tidak boleh terlambat." Frans menggandeng tangan Sarah memasuki gereja.

Pernikahan mereka pun dimulai, Frans melonggarkan lengan kirinya memberi kode supaya Sarah mengaitkan tangannya. Melihat tingkah Frans tersebut, Sarah langsung mengaitkan tangan kanannya di lengan kiri Frans.

Mereka berdua pun berjalan menuju ke depan pendeta, sesampainya di depan pendeta mereka berdiri dengan saling berhadapan satu-sama lain. Mereka berdua mulai mengucap janji sucinya secara bergantian di hadapan pendeta.

"Saya Frans Nicholas berjanji akan mencintai Sarah Aulia sebagai istri dalam keadaan sehat maupun sakit, dalam susah maupun senang, selamanya sampai maut memisahkan," janji pernikahan yang diucapkan Frans sambil mengangkat tangan kanannya ke atas. Dia terlihat malas mengikuti upacara pernikahan tersebut tapi dia tetap memaksakan senyuman di wajahnya.

"Saya Sarah Aulia berjanji akan mencintai Frans Nicholas sebagai suami dalam keadaan sehat maupun sakit, dalam susah maupun senang, selamanya sampai maut memisahkan," janji pernikahan yang diucapkan Sarah sambil mengangkat tangan kanannya ke atas. Dia terlihat bahagia dengan senyum tulus yang mengembang di wajahnya.

Sesudah mereka berdua mengucapkan janji sucinya secara bergantian, lalu sang Pendeta merestui keduanya,

"Dengan ini aku nyatakan kalian berdua sebagai pasangan suami istri yang sah dihadapan Tuhan."

Setelah itu Frans mencium kening Sarah dan mereka saling bertatap mata. Sarah merasa sangat bahagia karena menurutnya Frans adalah pangeran berkuda putih yang hadir di hidupnya untuk mengubah semua kesedihannya menjadi kebahagiaan. Sedangkan Frans, hanya menganggap Sarah sebuah mainan saja, yang akan dibuangnya setelah dia bosan menggunakannya.

Kau akan segera jadi milikku Sarah, batin Frans. Dia tersenyum menatap Sarah, karena tidak sabar menantikan Sarah menjadi milik dia seutuhnya.

Setelah itu mereka berdua menandatangani buku nikah, dan langsung pulang ke rumah Sarah, karena setelah menikah kini Frans tinggal di rumahnya.

Sarah memang punya buku nikah, tapi dia tidak punya cincin pernikahan, karena Frans tidak pernah menganggap pernikahannya ini serius. Sarah memang tidak pernah menuntut apapun dari Frans, dia sudah sangat bahagia merasa dicintai oleh Frans dan bisa menikah dengannya, tanpa tahu niat sesungguhnya Frans.

Terpopuler

Comments

Martha Yuliana

Martha Yuliana

sedih lnjut thor

2020-10-08

0

Endang Oke

Endang Oke

mana boleh org nikah tdk ada saksi...begitu ya agamanya...apalagi pihak perempuan hrs ada saksi ayahnya yg berhak.tdk ada ayah adik.kakak dr ayahnya hrs dr garis bpk..klu tdk ada juga baru adik kandung .atau kakak kandung laki2...klu tdk ada baru dari agama yg jadi saksi...

2020-01-09

4

Richa Elina

Richa Elina

duh jahat amat y itu se frans

2019-10-04

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!