"ya ampun, aku lupa kalau lagi masak air kompor gas yang belum aku matikan!" aku berteriak sendiri, teringat kompor yang belum aku matikan.
Aku berlari menuju dapur, bergegas mematikan kompor gas yang masih menyala. sebenarnya tadi, aku sedang memasak air untuk dimasukkan kedalam termos. Aku lupa karena memikirkan semua yang telah terjadi. Aku melihat pantat Periuk yang biasa ku gunakan untuk merebus air, berubah warna menjadi kemerahan seakan hendak meleleh.
"mas Ringgo semua ini terjadi karena kesalahanmu, kamu telah membuat aku jadi begini!" Aku berteriak sambil menangis sesenggukan, menumpahkan segala amarah dan kekesalan didalam hati.
Aku menangis sampai puas, berharap dengan menangis bisa mengurangi beban yang menghimpit hati. puas menangis, aku menghapus air mata yang merembes membasahi pipi, mencoba kuat menerima semua luka yang telah digoreskan di dalam hatiku.
'aku tak boleh menangis lagi, biarlah ini terakhir kalinya aku meneteskan air mata' aku berkata dalam hati berusaha menghibur diriku sendiri.
Aku berharap ini hanyalah sebuah mimpi, yang akan hilang saat bangun. Aku menampar pipiku sendiri, terasa panas dan sakit. Aku tak percaya tapi inilah kenyataan yang harus diterima, semua derita yang menimpaku adalah nyata.
'aku harus kuat, tak boleh terpuruk dalam kesedihan. Aku akan membalas rasa sakit yang telah mereka berikan, tak akan aku biarkan mereka bahagia di atas penderitaan yang mereka berikan kepadaku.
Aku bertekad untuk bangkit, tak boleh lemah dalam keadaan apapun. Aku akan tunjukkan pada mas Ringgo, betapa sakitnya menderita disakiti oleh orang yang dicintai.
Aku mencoba menenangkan diri, bersikap seperti biasanya. Aku akan mencari cara supaya bisa membalas rasa sakit yang aku rasakan. Mas Ringgo dan selingkuhannya harus merasakan pembalasan atas perbuatan mereka padaku.
Aku memutuskan untuk bersikap tenang, melakukan aktivitas seperti biasanya. Aku menuju dapur untuk mempersiapkan makan siang untuk mas Ringgo, karena biasanya dia akan pulang untuk makan siang.
Aku bergegas memasak, karena semua ini aku terlambat masak dari biasanya. Setelah selesai selesai, aku kemudian bergegas membereskan rumah. Aku ingin pekerjaanku selesai sebelum mas Ringgo datang.
Aku berusaha keras menyelesaikan pekerjaanku. Akhirnya sebelum jam dua belas, aku berhasil menyelesaikan semuanya. Aku merasa lega, kemudian aku segera mandi membersihkan diri dari keringat dan debu yang menempel di tubuhku.
Setelah selesai mandi, aku merasa segar kembali. Aku merasa rasa lelah habis bekerja tadi sedikit berkurang.
Aku kemudian menuju kamar hendak mengenakan pakaian. Aku membuka lemari pakaian, mengambil pakaian yang hendak aku pakai. Aku memilih-milih mana yang bagus, tapi semua pakaianku terlihat sama tak ada yang bagus. Aku baru menyadari telah lama tidak membeli baju, semua baju yang ada di lemari sudah lusuh semuanya.
Aku merasa kesedihan menyelinap di hatiku. Mas Ringgo selama ini memberikan nafkah terlalu sedikit, kadang-kadang tak cukup. Aku terpaksa berhutang di warung kala uang belanja habis sebelum tanggal gajian berikutnya.
setelah lama memilih, aku melihat kearah bawah. Aku melihat baju lamaku di sana, kemudian mengambilnya. aku perhatikan baju lamaku terlihat masih bagus. Aku mencoba mengenakannya ternyata masih layak untuk dipakai dan warnanya masih bagus.
'ternyata tubuhku tidak berubah masih seperti dulu' kataku dalam hati memperhatikan penampilanku. Aku kelihatan masih langsing, baju ini masih pantas aku kenakan
Aku mematut penampilanku di depan cermin. Aku terlihat masih cantik, maklum umurku sekarang masih 22 tahun. Aku memoles tipis wajahku dengan bedak tak lupa memakai lipstik kesukaanku. Aku membuka ikatan rambut yang aku ikat kemudian menyisirnya dengan lembut, rambutku biarkan tergerai. Aku perhatikan ternyata aku masih cantik, bahkan lebih cantik dari pada sebelum menikah dulu.
Sedang asyik mematut diri, aku mendengar suara mobil memasuki pekarangan rumahku. Aku tahu siapa yang datang, pasti itu mobil suamiku aku paham betul dengan suara mobilnya.
Aku bergegas keluar kamar, maksud hati akan membuka pintu buat mas Ringgo.
tok! tok! tok.
"Assalamualaikum dek, buka pintunya!" aku mendengar mas Ringgo mengucapkan salam.
"waalaikumsalam, sebentar mas." jawabku
Aku segera membuka pintu untuk mas ringgo. Aku melihat ada ekspresi terkejut mas Ringgo melihat penampilanku, eh apa perasaanku saja kali.
"kamu mau kemana dek, kok rapi sekali?" tanya mas Ringgo kelihatan heran.
"aku mau pergi ke pasar mas." jawabku pada mas ringgo.
"kamu cantik sekali hari ini dek, tak seperti biasanya" lanjut mas Ringgo lagi memuji penampilanku.
"mas pandai sekali memuji masa iya aku cantik mas padahal aku tak pernah perawatan seperti wanita lain diluar sana" jawabku tersipu malu, sedikit bangga karena dipuji.
"benar dek kamu cantik,beda dari biasanya" puji mas Ringgo.
"mas bolehkah aku minta uang buat beli baju baru mas aku sudah tidak punya baju yang layak untuk dipakai?" tanyaku pada mas Ringgo
" aku tak punya baju lain mas untuk ke pasar, baju dasterku pun telah kusam warnanya gak ada yang layak untuk dipakai" kataku lagi penuh harap.
Sekarang, aku akan berusaha untuk membujuk mas Ringgo supaya mau memberikan uang. Aku merasa bodoh selama ini, terlalu berusaha untuk memahami mas Ringgo. Ternyata sekarang apa yang aku dapatkan, sebuah penghianatan.
"tapi mas belum gajian dek, mas gak punya uang" jawab mas Ringgo memberikan alasan
"mas berilah aku uang untuk belanja keperluanku, berapapun mas berikan aku sangat berterimakasih" jawabku terus membujuk mas Ringgo. Aku harus berhasil membujuk mas Ringgo, tak ingin gagal kali ini.
"baiklah, tapi mas cuma punya uang lima ratus ribu kita bagi dua ya. Kamu mas beri tiga ratus ribu, yang dua ratus ribu buat mas ya" kata mas Ringgo seraya menyodorkan uang tiga ratus ribu kepadaku.
"terima kasih mas aku senang sekali hari ini, muachhhhh." aku berkata sambil mengecup mesra pipi mas Ringgo. Aku mengecup pipi mas Ringgo senatural mungkin, walau sebenarnya aku pura-pura senang melakukannya.
"ayo kita makan siang dahulu mas, aku sudah menyiapkan di meja makan," kataku mengajak mas Ringgo makan siang.
Aku sengaja bersikap semanis mungkin di hadapan mas ringgo, tak ingin dia tahu kalau aku sudah mencium perbuatannya. aku melihat cara ini sedikit ampuh, buktinya aku bisa tadi membujuknya . Aku harus terus berpura-pura supaya bisa memikirkan dengan baik langkah berikutnya.
'ini baru permulaan mas, aku akan memberikan balasan dan mengambil hak seharusnya aku dapatkan darimu' aku berkata dalam hati sambil melukiskan senyum manis kearah mas Ringgo. Mas Ringgo juga tersenyum kepadaku, dia tidak tahu senyum apa yang telah aku berikan. Aku akan mengikuti permainan yang sedang mas Ringgo.
'mas Ringgo, kau pandai bersandiwara di depanku tapi aku lebih lihai dari pada kamu' aku berkata dalam hati sambil terus tersenyum penuh arti kepada mas Ringgo.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Uthie
good 👍
2022-06-28
0
hitamanis
kalo lihai kok mudah di tipuu
2021-11-29
2
Wirdan Salim
wanita tangguh...tidak lemah wlau sdah dikhianati suami
2021-11-19
0