Kejutan

''Bagaimana Mas, apa kau setuju?'' tanya Eliana lagi karena suaminya itu hanya diam saja sedari tadi.

''Apa maksudmu Eliana??'' Yudha masih terkejut dan bingung dengan perkataan istrinya itu.

''Ya, kamu menikah lagi selagi aku di L.A. Istri baru itu nantinya akan menemanimu disini selama aku disana.'' Ucap Eliana seolah tanpa beban.

Yudha mengepalkan kedua tangannya mencoba menahan amarahnnya yang seakan memuncak. Begitu kah pemikiran Eliana? Menganggap pernikahan itu adalah perkara enteng?

Melihat raut wajah suaminya yang muram Eliana langsung berjongkok di hadapan Yudha.

''Mas--, kumohon Mas. Izinkan aku hanya untuk kali ini saja. Impianku tinggal sedikit lagi.'' Eliana tampak memelas.

Yudha masih terdiam dengan sorot mata tajamnya masih terus mengarah ke jendela.

''Mas jangan khawatir, aku sudah menemukan perempuan yang akan jadi maduku itu kok.''

Dahi Yudha mengernyit. Sorot mata tajamnya seketika mengarah pada Eliana. Terkesiap dia mengelengkan kepalanya, sungguh tak pernah menyangka dengan pemikiran istrinya akan sejauh itu.

Secepat itukah. Apa dia memang sudah lama merencanakan hal ini?

''El--'' Yudha tak melanjutkan perkataannya karena keburu di potong oleh Eliana.

''Udah deh Mas, percaya sama aku. Aku akan mencarikan istri yang baik untuk kamu.'' ucap Eliana sambil menyunggingkan senyum manis di bibirnya.

''Tapi, tampilannya jauh beda sama aku Mas pastinya. Jaga-jaga aja sih, biar kamu gak tergoda selama aku jauh. Bagaimana pun kamu gak boleh lepas dari genggaman ku Mas Yudha!!'' Batin Eliana terkekeh.

''Aku gak mau lagi ada penolakan ya Mas..''

''Yaa, meskipun wanita itu gaya nya gak seperti aku. Aku juga minta maaf jika wanita itu bukan seleramu juga. Tapi Mas jangan khawatir dia orangnya sangat baik dan penurut kok.'' Lanjut Eliana lagi.

Yudha masih terdiam mendengarkan penuturan Eliana. Dia masih tidak percaya dengan keinginan istrinya itu. Demi karirnya dia rela menukar rumah tangganya dengan seorang madu untuk suaminya.

Dia tahu jika Eliana terus di debat dia tidak akan mau kalah dan tetap ingin pada kemauannya.

Dengan berat hati Yudha pun menyetujui keinginan istrinya itu.

''Baiklah apapun yang kau inginkan lakukan saja Ana.'' Ucap Yudha akhirnya pasrah.

Biarlah. Untuk sekarang dia tidak ingin lagi berdebat terus dengannya. Biarlah semuanya berlalu begitu saja seperti air yang mengalir yang entah akan ke belahan benua mana yang akhirnya akan bermuara.

Bukannya Yudha tidak bisa tegas pada Eliana. Dia hanya ingin tahu, sampai mana dia akan melakukan sesuatu hal yang dia inginkan sesuka hatinya. Sampai dia sadar sendiri dengan kelakuannya yang tanpa Eliana sadar merugikan bagi orang lain. Dan mungkin juaga akan merugikan dirinya sendiri.

Sebenarnya Yudha sudah lelah dengan semua sikap Eliana. Kadang dia ingin menyerah dengan hubungan seperti ini.

Namun lagi-lagi karena sebuah janjinya pada mendiang ayahnya Eliana terus saja mengikat pada jiwanya.

Yudha tidak bisa melepaskan tanggung jawabnya. Seolah seperti rantai besi yang mengikat di lehernya.

'' Naah, gitu dong Mas. Sekarang kamu harus bersiap ya, karena besok acara akadnya di laksanakan.'' Ucap Eliana lagi sumringah.

Yudha lagi-lagi mengerutkan keningnya kaget refleks berkata. ''Apaa??!''

''Kenapa secepat itu?'' Yudha semakin heran dengan rencana istrinya.

''Lebih cepat kan lebih baik Mas. Apalagi calonnya sudah ada, jadi harus menunggu apa lagi kan? Jangan khawatir calon istrimu itu sudah siap kok. Sekarang orangnya juga sudah ada di rumah kita.'' Ucap Eliana lagi.

Yudha semakin mengerutkan keningnya. Tak bisa berkata lagi.

''Tapi Mas sabar dulu ya. Jangan bertemu dulu sama dia, besok saja ya. Ya, Itung-itung ini kejutan buat anniversary pernikahan kita yang ke tiga Mas.'' Tambah Eliana lagi dengan senyum tanpa dosanya.

Akhirnya Yudha hanya bisa menghela nafas panjang saja. Dia tak tahu lagi harus berkata apa. Benar-benar isi kepalanya menjadi zonk dengan kelakuan Eliana.

Dirinya tidak menyangka jika tahun ini istrinya memberikan hadiah ulang tahun pernikahannya itu seorang istri kedua untuknya.

''Eum, Ana--'' Belum juga Yudha selesai berkata, sudah di potong oleh Eliana.

''Mas, mengenai acara makan malam nanti. Sepertinya aku gak bisa buat malam ini. Karena ada event spesial yang cukup penting dan gak akan pernah ada lagi. Jadi aku di undang di event itu. Kalau soal makan malam kita kan bisa di atur ulang lagi waktunya. Gimana Mas?'' Sergah Eliana panjang lebar.

''.... Baiklah terserah kamu, Ana.'' Ucap Yudha akhirnya lagi-lagi pasrah.

Eliana tentu saja senang, segera dia memeluk suaminya itu lalu pamit meninggalkannya.

''Ana, sampai kapan kamu akan terus bersikap seperti ini padaku. Aku selalu mencintaimu, tapi kamu tidak pernah melihat cintaku. Ana jangan sampai kau tunggu cintaku kalah baru kau menyadari cintaku. Karena saat itu aku pasti tidak akan seperti ini lagi.'' batin Yudha sambil menatap kepergian Eliana sampai hilang di balik pintu.

Yudha segera meraih ponselnya. Kemudian dia mencari kontak yang akan di pilihnya lalu menghubungi seseorang itu.

''Batalkan saja semuanya!'' Ucapnya dingin.

Lalu segera menutup kembali sambungan teleponnya itu.

Pandangannya kemudian menatap kosong ke arah jendela raksasa di kamarnya.

**

**

**

Di sebuah restoran mewah. Eliana tampak sedang makan siang bersama seorang wanita seumuran dirinya. Sambil menikmati makananya mereka berbincang santai.

''Ana, apa kamu yakin dengan keputusanmu ini?'' Tanya Grace manajernya.

''Iya lah Grace, kamu tahu aku gimana kan? Aku gak bakalan membuat rencana tanpa perhitungan.'' Ucap Eliana bangga atas rencana pernikahan kedua untuk suaminya itu.

''Gimana nanti kalo suami kamu jatuh cinta sama perempuan itu?'' Tanya Grace lagi.

Eliana terkekeh mendengar perkataan sahabat sekaligus managernya itu.

Grace hanya berkerut kening saja melihat sikap Eliana padanya.

''Big No Grace, aku tahu kriteria Mas Yudha itu seperti apa. Dan cewek itu gak masuk daftarnya. Makanya aku pilih dia.'' Tukas Eliana.

''Ya baguslah kalo begitu. Aku cuma khawatir aja sih. Suami kamu itu baik dan penyayang istri. Apa kamu gak akan takut kehilangan gitu?'' Ucap Grace lagi tak henti mengingatkan terus sahabatnya itu yang keras kepala.

''Udah deh jangan mikirnya kejauhan dan macem-macem. Mendingan sekarang kamu tolong bantu urusin resepsinya buat besok. Biar aku cepat pergi ke L.A.'' sergah Eliana.

''Lagian mestinya kamu senang aku milih ambil kontrak itu. Otomatis kamu juga untung kan?'' Timpalnya lagi.

''Iya deeh, iya. Aku tahu kok.'' Ucap Grace kemudian.

Selain sebagai Manejernya saat ini sebenarnya Grace adalah sahabat Eliana semenjak sekolah SMA.

Jadi hubungan mereka sangat dekat dan tak ada rahasia diantara hubungan persahabatan mereka.

Grace yang selalu kalem dan pendengar yang baik memang sangat klop dengan Eliana yang punya sifat semaunya sendiri.

Suara pesan dari handphone Eliana membuyarkan keheningan sesaat mereka.

Terlihat Eliana menyunggingkan senyumnya. Seketika suasana hatinya menjadi berbunga-bunga.

Grace di hadapannya hanya mengerutkan alis, merasa aneh melihat sahabatnya itu. Namun dia hanya bisa menunggu Eliana memberitahu apa yang terjadi.

''Ada apa?'' Tanya Grace kepo.

''Aku pergi dulu ya. Aku titip urusan besok sama kamu. Gak akan lama kok.'' pinta Eliana.

''Hmmp!! Pasti Bian kan??'' Terka Grace.

Eliana hanya mengangguk seraya tersenyum.

''Hati-hati Ana, kamu jangan sampai kena skandal. Ingat karirmu!!'' Ucap Grace memperingatkan.

Sepertinya Grace kurang menyukai hubungan sahabatnya dengan lelaki bernama Bian itu.

''Iya lah pasti, elu kan gak pernah ngerasain gimana rasanya jatuh cinta. Makanya jangan kelamaan jomblo tuh!!'' Cibir Eliana terkekeh.

''Ishh, paan sih merembet ke Gue. Lagian gimana Gue mau cari pacar, lha kerjaan Gue sendiri ngantri terus gak ada jedanya!'' Grace jadi bete.

''Udah ah gue cabut dulu. Bye.'' Ucap Eliana kemudian langsung pergi meninggalkan sahabatnya itu tanpa menengoknya lagi.

Grace hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah sahabatnya itu.

''Ana, Ana. Kamu udah di kasih suami ganteng baik dan setia. Eh malah bisa-bisanya masih jalani hubungan sama si Bian itu sih!'' guman Grace menyayangkan kelakuan Eliana.

''Eh, kok lama-lama aku kek kasian ya sama Mas Yudha.'' Meli buru-buru mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

''Haddeuhh!! Grace. Makin ngelantur aja nih otak. Kalo kek gini beneran tuh omongan Eliana tadi. Gue jangan kelamaan ngejomblo deh.'' Gumamnya pada diri sendiri, sambil menyedot habis jus alpukat miliknya.

**

**

**

Suara panggilan masuk dari handphone Yudha membuyarkan lamunannya yang masih menatap kosong ke arah jendela di dalam kamarnya.

Segera dia pun meraihnya dan menggeser tombol hijau di layar.

''Iya,''

Rahang Yudha mengeras sembari mengepalkan tangannya. Seiring dia mendengarkan seseorang yang berbicara di ujung telepon.

Kemudian tak lama dia pun menutup sambungan telephone nya.

''Ana, ternyata kejutan yang kau beri sangat luar biasa.'' Gumamnya lirih.

Sekuat tenaga Yudha menekan amarahnya. Dadanya bergemuruh naik turun.

Dia sama sekali tidak menyangka jika Eliana lebih memilih pria lain di bandingkan suaminya sendiri untuk hanya sekedar makan malam.

................

Bersambung....💔💔💔💔

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!