CH 3. Kebakaran.

Didesa saat Sao feng dan Sang Ruo sedang memasak mereka dikejutkan oleh ledakan dan rumah mereka dibuka paksa oleh segerombolan orang.

"Ini adalah rumah terakhir, buka paksa"ucap Seseorang bertubuh tinggi besar dan suara berat

"Berikan semua harta kalian atau rumah kalian akan aku hancurkan" ucap Seseorang dengan suara berat.

"Siapa kau" ucap Ceng Ho dia berjalan sempoyongan karena kondisi tubuhnya yang lemah.

"Ayahh, siapa mereka aku takut" ucap Sao Feng sambil memeluk kaki ibunya.

"Sao Feng , sang Ruo cepat tinggalkan tempat ini biar ayah yang menangani mereka" ucap Ceng Ho.

"Tidak Ceng Ho kau masih lemah aku tidak akan meninggalkan mu" ucap Sang Ruo.

"Banyak Bicara" ucap Orang Itu dengan marah dia lalu menyerang Ceng ho dengan kapak besar.

bangggg.....

Ceng ho terhempas kebelakang dengan keras dia tergeletak dilantai dengan darah mengucur dikepalanya.

"Suamikuuu.."Teriak Sang Ruo sambil berlari menghampiri Ceng Ho.

"Ayahhh"teriak Sao feng.

Sao feng merasa marah dia mencoba mengunakan energi spiritualnya.

"Hyaaaa..." naas energinya tidak keluar sama sekali.

"Hahaha anak kecil apa kau ingin melawan kami" ucap Orang berbadan agak pendek dengan perut membuncit lalu memukul Sao Feng Hingga sao Feng terpental dan menabrak dinding yang menyebabkan lengannya terluka cukup dalam dan kepalanya terbentur, sao feng pun pingsan seketika.

"Feng'er.... jangan lukai putrakuu"Ucap sang ruo sambil mengangkat balok kayu untuk melawan

Ceng Ho yang masih terluka pung kembali bangkit setelah melihat putranya dilukai.

"Jangan pernah mencoba untuk menyakitinya lagi" ucap Ceng Ho

"Hohoho sudah terluka saja masih berani melawan" ucap Orang Itu , dia kemudian menyuruh anak buahnya untuk menghabisi Ceng Ho dan Sang Ruo.

Sang ruo Dan Ceng Ho melawan dengan sekuat tenaga meski begitu mereka tetap kewalahan karena mereka tidak pernah belajar bela diri.

cukup lama Sang Ruo dan Ceng Ho bertahan sebelum Akhirnya senjata mereka dijatuhkan oleh orang itu, kemudian Ceng Ho dan Sang Ruo dipukul menggunakan gada besi dibagian kepala mereka.

Seketika mereka tergeletak tak berdaya.

"Apa kau yakin mereka sudah mati" tanya orang berbadan besar dan tinggi

" Ya aku yakin" ucap Orang dengan perut buncit.

"Baiklah cari barang berharga nya kemudian bakar rumah ini" ucap Orang Berbadan besar dan tinggi.

"Bagaimana dengan anak kecil itu" tanya pria dengan suara berat.

"Biarakan saja, dia akan mati setelah rumah ini dibakar" ucap Orang Berbadan Tinggi besar.

mereka kemudian mengeledah seluruh isi rumah dan hanya menemukan beberapa perhiasan milik Sang ruo.

"Hanya segini" ucap Pria berbadan tinggi besar dengan besar.

"Ya hanya ini yang kami temukan" ucap Orang dengan suara berat.

"Payah..! sudahlah cepat bakar rumah ini dan kita pergi"Ucap orang berbadan tinggi .

mereka segera menyiram rumah Ceng Ho dengan minyak kemudian membakarnya mereka akhirnya pergi meninggalkan desa beserta rumah rumah yang hancur , tak banyak orang yang selamat dari kejadian itu.

Disaat Rumah Ceng Ho terbakar disaat itu pula Sao Feng terbangun dan melihat ibu dan ayahnya tergeletak dengan bersimbah darah.

"Ayah ibuuu.. tidakkk" teriak Sao feng lalu berlari kearah ayah danibunya dia tidak perduli dengan rasa sakit ditububnya.

"Ayahh.. ibuu kumohon buka mata kalian jangan bercanda seperti ini" ucap Sao Feng dengan air mata mengalir deras melihat banyaknya darah yang mengalir dari tubuh kedua orang tuanya.

"Kakak dimana kalian , kumohon cepat kembali kumohonn" ucap Sao feng sambi lekegang kedua tangan Ayah dan ibunya.

"Sao Feng" ucap Sang ruo dengan lemah.

"Hah ibu, ibu bertahanlah aku akan mencari bantuan" ucap Sao Feng sambil menghapus air matanya dan bergegas bangkit dari duduknya.

"tidak nak, ibu sudah tidak kuat lagi, ambil ini dikantung ini ada tujuh benda milik kalian bertujuh , ibu mohon kalian tetaplah bersama apapun yang terjadi" ucap Sang Ruo.

"Ibu Aku berjanji tapi ibu harus bertahan aku akan memanggil kakak" ucap sao Feng dan sang Ruo mengelengkan kepalanya lalu tersenyum .

Sang Ruo ingin mengapai wajah anaknya untuk menghapus air matanya namun belum sempat menyentuh wajah sao Feng , sang Ruo Sudah kehilangan nyawanya dan tangnnya terjatuh tepat dipangkuan Sao Feng.

"Ibuu, ibuu bangunn" teriak Sao feng

Rumah yang terbakar semakin rapuh bagian atas rumah sudah berjatuhan api berkobar semakin besar, dan Sao Feng masih menangis didekat ayah dan ibunya tanpa perdulidengan sekitarnya.

sementara itu Fu Kai dan saudara yang lainnya tiba didesa ,mereka terkejut dengan kondisi desa yang sudah hancur banyak orang tergeletak di jalanan dengan bersimbah darah .

merek menjatuhkan apa yang mereka bawa mereka begitu terkejut.

"Tidak tidak, itu tidakakan terjadi kan" ucap We Fui dengan mengelengkan kepalanya mencoba menghilNgkan fikiran buruk yang menghantuinya.

"Ayahh. ibu sao Fengg.." teriak Fu Kai dia tanpa basa basi Langsung berlari kearah Rumahnya dengan perasaan Khawatir.

Setibanya didepan Rumah dia melihat rumahnya sudah terbakar , api yang sangat besar masih memenuhi rumah itu.

"Ayahhhh ibuuuuu..." teriak Fu Kai dan air matanya tumpah begitu saja.

begitupun dengan yang lainnya mereka langsung terduduk kaki mereka terasa lemas setelah melihat kondisi rumah mereka.

Fu Kai mengusap air matanya.

"Ayah ibu dan Sao Feng masih ada didalam, aku harus selamatkan mereka" ucap Fu Kai

"Kakak itu berbahay" Ucap Cao ya.

"Aku tidak perduli aku harus menyelamatkan mereka" ucap Fu Kai dia menatap semua adiknya yang kini sedang menangis dan itu membuatnya semakin tidak tahan.

Dia berlari masuk kedalam rumah yang sedang terkepung api.

"Kakakkk" teriak mereka serempak air mata mereka semakin deras mengalir.

"Kumohon siapa pun selamatkankan mereka" ucap Shi Mei .

we Fui mencoba menenangkan adik adiknya dengan memeluk mereka meski di sendiri juga tak kuasa membendung air matanya.

Didalam Rumah Fu Kai melihat Sao feng dan kedu orang tuanya berada disebuah kubah tipis dengan hawa dingin.

"Siapa yang melindungi mereka" pikir Fu Kai namun dia mengesampingkan hal itu.

"Sao Feng apa kau baik baik saja" teriak Fu Kai dari luar Kubah.

Sao Feng tidak mendengar teriakan Fu Kai dia terus menangis di samping ayah dan ibunya, Fu Kai terus memanggil Sao Feng dan dia mencoba berfikir positif tentabg keadaan kedua orang tuanya.

Karena Sao Feng tak kunjung mendengar, fu kai memutuskan untuk membuka paksa kubah tipis itu.

blarrr...

Sebagian kubah itu hancur karena energi Fu Kai.

"Sao Feng, kau tidak apa apa kan" ucap Fu Kai lalu memeluk adik kecilnya itu.

"Kakak, kumohon bangunkan ayah dan ibu mereka tertidur tidak mau bangun" ucap Sao Feng sambil menarik baju Fu Kai.

"biarkan kakak membawa ayah dan ibu keluar dulu ya kau tunggu disini berlindunglah di bagian kubah ini" ucap Fu Kai sambil menghapus air matanya dia mencoba tersenyum dihadapan Sao Feng.

diluar We Fui dan yang Lainya Masih bersedih namun tak lama muncul Fu Kai yang membawa ayah dan ibu mereka yang sudah berlumuran darah mereka lalu menghapiri Fu Kai.

"Kakak apa yang terjadi pada Ayah dan ibu, katakan kakk" teriak Ji Huo sambil mengoyangkan Fu Kai yang hanya diam dengan tatapan kosong.

tanpa mengatakan apapun setelah meletakkan ayah dan ibunya Fu Kai berbalik untuk mengambil Sao Feng.

Setelah berhasil membawa sao Feng Keluar Fu Kai langsung berlutut dengan tatapan kosong dan tubuh yang seperti tanpa tenaga.

.

.

.

Terpopuler

Comments

bagaimana mereka bertuju nasibnya 🤔

2023-09-12

1

Lanjut....

2023-09-12

0

Abang Lon

Abang Lon

lannnnjjuuuuttttttt

2021-11-29

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!