"Maafkan kami nak, kami tidak memberitahukan mu karena kami tidak ingin pendidikan mu terganggu." Dengan mata berkaca-kaca Arya menjelaskan pada Eva alasan mengapa mereka menyembunyikan hal ini padannya.
"Hiks, Ayah aku ingin bertemu ibu bawah aku padanya sekarang." pinta Eva.
"Nak, sebaiknya kita kembali kerumah dulu karena ayah ingin mengambil beberapa barang untuk ibumu di rumah sakit." Ucap Arya.
Eva mengangguk, setelah itu perjalanan pun di lanjutkan. sepanjang perjalanan Eva terus terisak sambil menyendarkan kepalanya ke kaca mobil. Arya yang melihat keadaannya merasa begitu iba pada anaknya itu dia mengerti apa yang di rasakan Eva saat ini, dia ingin menghiburnya tapi tak tahu apa yang akan di katakan jadi dia pun memilih untuk diam.
Beberapa saat kemudian mereka akhirnya tiba di rumahnya. Eva seketika teringat pada saat di mana ibunya akan selalu menyambut kedatanganyadi depan pintu. Tapi sekarang semua berbeda dengan menguatkan hati dia turun ke dari mobil dan melangkah masuk ke dalam rumah. Saat memasuki rumah, suasananya begitu sangat hening seperti tidak ada kehidupan di tempat itu, meja, sofa dan beberapa perabotan terlihat berdebu karena jarang di bersihkan apalagi saat asisten rumah tangga di sana meminta Izin pulang kampung tiga bulan lalu. Arya juga sangat jarang pulang dan lebih banyak menghabiskan waktu di kantor dan rumah sakit Sedangkan Yuni, karena masih kuliah dia tinggal di kost-kostsan dekat kampus.
"Eva, kau mandi terlebih dahulu sebelum kita berangkat ke rumah sakit ya ayah ingin mengambil beberapa pakaian untuk ibumu." perintah Arya.
Eva menurutinya, ia kemudian bergegas masuk kamarnya dan langsung menuju kamar mandi. Sehabis mandi dia bersiap siap Jam sudah menunjukkan pukul 15.40 sore Arya dan Eva kini sudah dalam perjalanan kerumah sakit. Lima belas menit kemudian mereka tiba di rumah sakit Mujaisa, Arya Kemudian menuntun Eva menuju ruangan di mana Eca di rawat.
"Eva, ini kamar ibumu ayo masuk." Ucap Arya meminta dia untuk masuk kedalam. Baru saja ia di depan pintu ruangan air matanya sudah meleleh tak berani untui melihat kondisi ibunya. Arya lalu mengusap pundak Eva untuk menguatkannya.
Dengan langkah tertatih Eva mencoba membuka pintu. Yuni yang berada di dalam langsung melirik dan sedikit terkejut melihat keberadaan Eva di sana sedangkan Eca dia tertidur.
"Eva!" Yuni kemudian menyebut nama keponakannya.
Eva yang melihat ibunya terbaring di atas bangsal tidak tahan hingga ia berbalik dan memeluk ayahnya. Yuni kemudian menghampirinya lalu menuntunnya mendekati Eca. Mata Yuni berkaca-kaca melihat kesedihan keponakannya itu, sedang Arya memilih untuk keluar dari ruangan karena tidak sanggup menyaksikannya.
"I-ibu, ya Allah!' dengan lirih, Eva mencoba memanggil nama Ibunya sambil nyentuh tangganya.
Karena terusik dengan sentuhan Eva, membuat Eca membuka mata dan langsung membeku saat melihat putrinya ada di depannya saat ini. Cukup lama dia memandangi wajah anaknya dia terkejut bagiamana bisa Eva bisa sampai di sini.
"Eva, kau di sini tapi..." belum sempat dia melanjutkan ucapannya, Eva langsung memeluknya sambil menagis begitu keras. Eca pun ikut meneteskan air mata sambil mengusap kepala putrinya yang di lapisi oleh jilbab.
"Kenapa ibu tidak jujur ke Eva kalau ibu sedang sakit, mengapa mesti berbohong, hiks?" Eva terseduh dalam pelukannya seraya mempertanyakan mengapa ibunya berbohong.
Eca mengusap air matanya, lalu meraih dagu putrinya kemudian mereka saling menatap satu sama lain. Dengan terseyum kecil Eca kemudian menjelaskan.
"Nak, ibu melakukannya karena tidak ingin kau terganggu di sana ibu hanya ingin saat belajar kau bersungguh-sungguh, jika ibu memberitahumu Otomasi pelajar mu akan terganggu atau mungkin saja kau tidak akan mau tinggal di pesantren." Eva mengangguk, ia kemudian kembali membaringkan kepalanya di perut sang ibu.
"Sutt.. sudah sayang jangan menagis ibu tidak apa-apa kok." Eca kemudian menghibur putrinya agar jangan menangis. Sedangkan Arya yang berada di luar meneteskan air mata menyaksikan semuanya melalui kaca.
***
Malam pun tiba, Yuni dan Arya keluar mencari makanan sedangkan Eva tinggal untuk menjaga ibunya. Awalnya Eva dan Yuni lah yang akan keluar tapi Eca meminta agar Arya saja yang pergi bersama Yuni. Dia beralasan ingin menghabiskan waktu dengan Eva untuk melepas rindu, padahal rencananya dia ingin membiarkan Yuni dan Arya bersama.
Yuni jelas menolak, dia pun memutuskan untuk pergi sendiri saj tapi karena desakan Eca, terpaksa membuat mereka berdua mengikuti kemauannya.
"Yun, maafkan Eca yah!" Arya meminta maaf pada Yuni atas sikap istrinya yang memaksa mereka.
"Tidak mas, buat apa mas Arya minta maaf, tadi siang saat mas Arya pergi...." Yuni kemudian menceritakan tentang kondisi Eca siang tadi.
"Aku sudah memaksanya untuk berobat ke Singapore tapi Eca selalu menolak dengan alasan hanya menghabiskan biaya saja." Arya menghela nafas memikirkan jalan pikiran istrinya itu.
Setelah lama berjalan mereka akhirnya tiba dia salah satu rumah makan yang tidak jauh dari rumah sakit. Yuni kemudian memesan makanan untuk dia, Arya dan Eva. Sembari menunggu pesanan mereka berdua memutuskan duduk dan Arya kembali berbicara.
"Yuni, bagimana pendapat mu tentang permintaan Eca?" Tanyanya.
Yuni kemudian mengakat pandang ke arah Arya dan terlihat dia kembali terkejut atas pertanyaan yang di berikan olehnya. Saat Arya menatapnya dia justru mengalihkan pandangan dia bingung harus menjawab apa. Arya mengerti kebingungan yang di rasakan oleh Yuni saat ini.
"Ini mbak pesanannya." Seorang pelayan datang menghampiri mereka membawa kotak berisi pesanannya tadi.
"Oh terima kasih mbak." dengan senang hati Yuni menerimanya. Sebelum mereka pergi, terlebih dahulu Arya membayar.
****
Kini mereka sudah tiba di ruang terlihat Eva sedang menyuapi ibunya makanan yang sudah di sediakan rumah sakit untuk semua pasien.
"Ehh mas, Yuni, kalian sudah kembali." Eca kemudian menyapa mereka, tapi hanya senyuman yang di lontarkan oleh mereka berdua.
"Eva kau makanlah biar Tante yang suapin ibumu." Yuni kemudian mendekati Eva bermaksud mengantikannya untuk menguapi kakaknya agar Eva bisa makan.
"Tidak Yun, aku sudah kenyang kalian makan saja." Eca langsung menolak karena sudah kenyang.
"Tidak kak, nanti saja aku makan biar Eva dan mas Arya terlebih dahulu." Yuni menolak. tapi lagi-lagi Eca memaksanya untuk bergabung bersama anak dan suaminya untuk makan malam. Karena tidak ada pilihan lain Yuni menurutinya karena sebenarnya dia juga sudah lapar.
Melihat mereka bertiga makan bersama, membuat Eca menggambarkan senyum penuh Arti, perasaannya justru senang menyaksikan semua itu.
bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments