"Apa, sayang apa yang sedang kau katakan ini. kamu mau aku menikah lagi?"
Arya syok mendengar kalimat yang diucapkan oleh Eca. Dia menatap wajah istrinya dengan serius. Eca lalu menganggukkan kepala mengiyakan pertanyaan suaminya.
"Sayang, kamu bercanda kan. Aku tau ini hanya prank kan, kalian merencanakan ini kan agar aku terkejut." Arya mencoba positif thinking dan menganggap jika saat ini Eca sedang mempermainkannya.
"Hahah... Lihatlah kalian gagal aku sudah menebak rencana kalian. Tapi aku akui aku tadi sempat terkejut sih." Arya mencoba mencairkan suasana.
Tetapi melihat reaksi Eca dan Yuni yang hanya diam membuat perasaan Arya tidak nyaman.
"Sayang, kamu tidak serius kan, ini hanya prank kan?" Arya mencoba memastikan.
"Maafkan aku mas, tapi aku serius dan aku tidak sedang mempermainkan mu." Ujar Eca dengan serius.
Singtt... Telinga Arya seketika berdengung saat Eca kembali mengatakannya. Dia diam membeku menatap wajah istrinya dengan seksama. Eca lalu memejamkan mata sejenak sembari menarik nafas untuk mengendalikan diri agar tidak menangis.
"Sayang, apa ini apa kau sadar dengan apa yang baru saja kau katakan?" perlahan Arya bertanya.
"Iya Mas aku sadar dan aku ingin kau menikah dengan, Yuni." Eca menunduk.
Yuni pun turut memejamkan mata kala Eca menyebut namanya air matanya langsung meleleh saat itu juga.
"Apa!!"
"Apa-apaan Ini, kenapa kamu bisa mengatakan itu!" kemarahannya meledak seketika tidak bisa terima keputusan yang tidak masuk akal ini.
"Mas, aku mohon jangan menolak tadi kau sudah berjanji untuk menuruti semua keinginanku dan inilah yang aku inginkan." Ujat Eca bersih keras.
"Yah, aku memang ingin menuruti keinginan mu, tapi tidak untuk permintaan yang tidak masuk akalmu itu." Arya Frustasi dan berjalan mondar-mandir sambil memijat Pangkal hidungnya. Sedangkan Yuni, hanya diam membisu karena tidak tahu apa yang harus ia perbuat.
"Mas aku mohon dengarkan aku dulu mas Aku..." Ucapannya langsung di potong oleh Arya.
"Tidak, aku tidak bisa memenuhinya, ini salah." Arya dalam kemarahan pergi meninggalkan ruangan itu. Melihat reaksi sang suami, Eca hanya menangis tak berdaya karena sebenarnya dia juga tidak menginginkannya tapi tekatnya sudah bulat.
"Yuni, apa aku salah hiks, ini kan demi kebahagiaan keluargaku, aku hanya ingin setelah kepergianku ada orang yang merawat mereka?" dalam tangisnya Eca bertanya pada adiknya itu.
"Kak, niat kakak tidak salah tapi keputusanmu yang ingin menikahkan aku dengan suamimu yang keliru. Mana Mungkin aku bisa menikah dengan orang yang sudah aku anggap seperti ayahku sendiri." Ucap Yuni mengutarakan pendapatnya.
Tidak ada kata yang di ucapkan oleh Eca sampai tiba tiba saja dadanya terasa sesak dan nafas tidak teratur dan kesulitan bernafas. Yuni langsung panik melihat keadaan Eca, dia pun langsung memencet tombol darurat yang ada di ruang itu untuk memanggil dokter, dan tak lama kemudian dokter datang dengan tergesa-gesa.
"D-dokter, apa yang terjadi pada Kakak saya?" Yuni bertanya dengan panik.
Tapi dokter tidak mengatakan apa-apa karena sibuk menangani pasien. Yuni merasa takut jika terjadi sesuatu yang tidak di inginkan, air matanya semakin deras bercucur menunggu hasil dari dokter. Lima menit berselang dokter akhirnya berhasil menangkan Eca, setelah kepanikan tadi dokter kini terlihat lega karena pasien baik-baik saja.
"Dokter, bagaimana keadaannya?" tanya Yuni cemas
"Saat ini pasien baik baik saja, yang menyebabkan dia seperti itu karena terlalu banyak pikiran hingga drop. Sesak nafasnya itu adalah efek dari penyakitnya yang semakin para saya sarankan agar pasien menjalankan pengobatan di rumah sakit yang lebih canggih agar pasien bisa di selamatkan." jelas sang dokter.
"Alhamdulillah, baik dokter kami akan mengusahakan nya segera." Yuni merasa agak lega. Walupun tidak menutupi rasa risaunya tentang kondisi sang kakak yang semakin hari semakin buruk.
"Baiklah kalau begitu, saya permisi dulu jika ada apa-apa segera beritahu kami." ujar sang dokter berlalu pergi.
****
Di sisi lain, Arya pergi meninggalkan rumah sakit dengan mengendarai mobilnya dia begitu marah dan terus membayangkan ucapan istrinya tadi. Karena emosi, dia menyetir dengan kecepatan tinggi untung saja kala itu jalan sepi tidak banyak kendaraan yang berlalu lalang. Tak berapa lama, dia menghentikan mobilnya di suatu tempat yang sepi untuk menenangkan dirinya.
"Kenapa harus seperti ini....!"
"Kenapa kau melakukan ini Ca, bisa bisanya kau meminta ku menikahi Yuni, adikmu sendiri." Arya menetaskan air sambil memukul mukul besi hingga tanpa sadar tangannya terluka.
Cukup lama Arya berdiam diri di sana untuk menjernihkan pikiran serta melampiaskan kemarahannya, pada saat dia sedang melamun menatap hamparan lautan yang luas tiba tiba ponselnya berdering.
Ia lalu merogoh kantong celananya untuk mengambil benda pipih itu dari dalam sana, dan tanpa melihat orang yang menghubunginya dia langsung saja menjawab panggilan itu.
"Halo!" Ucapnya dengan nada datar. Berbeda saat dia diam kala mendengar Suara yang familiar dari seberang telepon itu. kemudian beberapa detik berselang wajah berbuah tegang dan matanya membulat sempurna.
bersambung... kira kira siapa yang menelpon Arya, hingga membuatnya syok kala mendengar suara dari si penelpon. Dan bagaimana selanjutnya apakah Arya akan menerima permintaan sang istri atau justru menolaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments