Satu ketukan pintu membuyarkan fokus David pada berkas-berkas yang ada di tangannya.
"Masuk!" perintah David dari dalam.
Lidia masuk, membungkukkan tubuhnya. "Maaf Pak, sudah waktunya makan siang. Apa Bapak mau saya pesankan makanan?" tanya Sekretaris cantik itu, Lidia masih menatap wajah Sang Bos.
David melirik sesuatu yang melingkari pergelangannya. Ia segera ingat akan janjinya dengan Barra dan teman-temannya. Melirik sekilas kepada Lidia, lalu menggelengkan kepalanya.
"Tidak perlu! Aku ada janji makan siang bersama teman-temanku siang ini. Terimakasih Lidia."
"Kalau begitu Saya permisi dulu, Pak!" pamit Lidia lalu segera bergegas pergi dari hadapan Bosnya.
David segera membereskan berkas yang ada di mejanya, lalu beranjak pergi dari sana. Berjalan menuju lift. Setelah sampai di bawah, Ia langsung menuju tempat di mana mobilnya terparkir.
David melajukan mobilnya perlahan, melewati pintu keluar gedung perkantorannya. Setelah kendaraan roda empat itu berada di jalan raya, barulah David mempercepat laju kendaraannya.
Di perjalanan David menerima telfon dari Barra yang menanyakan keberadaannya. Segera setelah Ia mengembalikan panggilan itu, kembali Ia fokus pada jalan di depannya.
Beberapa saat berkendara, David mengubah rutenya dengan memasuki jalan kecil menghindari kemacetan. Ia memilih jalan alternatif yang tidak terlalu macet dan biasanya hanya dilewati motor. Tak lama kemudian, Ers Caffe mulai terlihat namun itu adalah bagian belakangnya. Tiba-tiba seorang wanita menyebrang dengan berlari, refleks Ia menekan klakson mobilnya hingga laju mobilnya terhenti secara mendadak.
Aaaaaaaarrgh
Suara teriakan seorang wanita yang hampir saja Ia tabrak. Wanita itu langsung terduduk ketika melihat mobil di depannya nyaris saja menabrak tubuhnya. Kakinya lemas seketika.
David keluar dari mobilnya lalu menghampiri wanita itu. Ia begitu frustrasi, hampir saja Ia menjadi terdakwa jika sampai menabrak orang.
"Anda ingin mati, Nona??" teriak David. "Jika Kau ingin mati, jangan membuat orang lain susah!! paham??" sambungnya lagi masih dengan ekspresi marah. Ia menarik rambutnya ke belakang.
"Ma-maaf!" ucap wanita itu lirih. Ia masih menunduk.
"Sss-saya mohon maaf." Suaranya bergetar seperti menahan tangis.
David melihat ke arah wanita itu, tubuhnya masih bergetar. Ia menarik nafas dalam, lalu menghampiri wanita yang masih terlihat shock itu.
"Saya mohon maaf, Nona. Saya tidak bermaksud membentak Anda. Saya juga sangat terkejut." David berjongkok di depan wanita yang masih menundukkan pandangannya. Perlahan wajah itu terangkat melihat David.
David tertegun sesaat, melihat wanita di hadapannya. Mata bulat yang kini sudah berair itu, hidung mancung, dan bibir mungil berwarna merah muda tanpa dipolesi pewarna. David tertegun sesaat, melihat seseorang di hadapannya kini. Ia tidak mengedipkan matanya hingga suara klakson sepeda motor yang lewat, membuyarkan kebisuannya.
Segera setelah tersadar, David langsung membantu wanita itu bangkit dari sana. Untuk sesaat, David merasa menjadi orang terbodoh di dunia. Ia tidak tau harus berkata dan melakukan apa.
"Tuan, maafkan Saya. Tadi Saya terburu-buru karena Saya ingin kembali ke tempat Saya bekerja. Maaf, maaf!" Menahan isakannya, suara wanita itu terdengar lirih namun masih bisa didengar jelas oleh David.
"Ya sudah. Aku juga salah karena mengemudi dengan kecepatan tinggi di jalan kecil seperti ini. Kau mau ke mana?" tanya David.
Sarah mengerjap beberapa kali. Netranya kini menangkap siluet David yang terlihat begitu tampan dan gagah. Seketika ingatan lamanya muncul. Tanpa di duga, Sarah lantas memundurkan langkahnya, menjauhi David.
David mengernyitkan dahinya melihat tingkah wanita di hadapannya. Raut wajahnya tiba-tiba berubah dan memundurkan posisinya sekarang.
"Ada apa?" tanya David memastikan.
"Maaf Tuan. Saya permisi! Saya harus kembali bekerja!" Sarah menundukkan tubuhnya dan tanpa menunggu reaksi David Ia segera berbalik dan berlari dari sana. Sementara David masih berdiri di sana, menatap kepergian wanita yang baru saja ditemuinya itu.
David memfokuskan penglihatannya. Ia tidak salah lihat, itu adalah Ers Caffe. Tempat wanita yang hampir ia tabrak tadi bekerja. Ia menyunggingkan senyumannya.
"Menarik," gumamnya perlahan dengan senyuman khasnya. Lalu kembali masuk ke mobil dan melajukan mobilnya perlahan, hingga tiba di pelataran parkir kafe.
...****...
David masuk ke Kafe tersebut langsung di sambut oleh dua orang yang mengenakan seragam Ers Caffe. Segera setelah menyebutkan nama orang yang mengundangnya, David diarahkan untuk naik ke lantai dua dan menuju ke sebuah ruangan privat di sana.
CKLAAAAK
Pintu terbuka dan begitu David masuk, semua mata tertuju padanya. Ada Mama Renata dan Papa Gunawan, Barra, Qiandra dan juga Baby Qiara, Erlan dan Om Andre, serta pasangan Wilson dan Andien.
"Welcome Bro!" teriak Wilson seperti biasa dengan gaya absurdnya.
Garis di kedua sudut bibir David tergambar jelas, menyapa setiap orang yang ada di sana.
"Wah, ada Qiara sini sama Om?" kedua tangan David terbuka siap menggendong baby Qiara yang sudah berumur hampir 12 bulan.
Qiara tertawa, Ia juga menyambut uluran tangan David dan masuk ke dalam gendongan Omnya.
"Qiara, ini bukan Om. Tapi 'U-WAK' !" Barra yang berada di sana menimpali ucapan David, dengan menekankan kata yang terakhir.
Lelucon itu mengundang tawa dari yang lainnya. David tetap cuek, Ia menciumi pipi gembul Qiara.
"Sudah sudah!" Mama Renata menyela. "David. duduklah kemari!" tunjuk Mama Renata kursi yang ada di sebelahnya.
Tak lama kemudian empat orang yang mengenakan seragam sama, masuk ke dalam membawa serving troley. Semua menu yang sudah di pesan di letakkan di atas meja persegi panjang yang cukup besar. Selama Erlan di Singapura, Ers Caffe sempat mengalami renovasi membuat Caffe yang semula minimalis itu kini menjadi lebih luas.
"Sarah, Bimo!" panggil Qiandra mengenali dua orang temannya itu. Sontak sang empunya nama melirik ke arah suara.
"Mbak Qiandra!" Sarah berteriak senang, lalu buru-buru menutup mulutnya. Sementara Bimo hanya mengangguk dan tersenyum ke arah Qiandra.
Qiandra segera menghampiri Sarah, lalu memeluk wanita itu sesaat. Ia sangat senang bisa menemui teman saat ia bekerja di sini dulu. Mengingat sudah banyak pekerja baru di sini, Qiandra tidak menyangka Ia masih bisa bertemu dengan dua orang ini.
"Kita bicara sebentar setelah Aku makan ya, Ra!" pinta Qiandra pada Sarah. "Aku kangen banget sama Kamu," sambung Qiandra disusul anggukan kepala oleh Sarah.
Qiandra pun kembali ke posisinya, lalu Sarah dan yang lain menghidangkan semua makanan yang mereka bawa dengan hati-hati. Seketika netra Sarah menangkap sosok lelaki yang baru ia temui tadi saat berlari ke kafe. Menajamkan kembali penglihatannya, bisa saja ia salah lihat. Namun sosok itu semakin jelas bahkan tersenyum.
"Lelaki tadi," gumamnya lirih.
Mendapatkan senyuman dari David, tiba-tiba saja hatinya yang sudah lama Ia tutup untuk siapapun itu berdebar.
Deg Deg Deg
Sarah menggelengkan kepalanya lalu segera beranjak dari sana bersama ketiga temannya yang lain.
.
.
To Be Continue
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
dewi putriyanti
oohh..ers cafe itu punyaa mas erlan
2022-04-25
1
Aty Ayu
😍😍
2022-01-05
2
CahayaTerpuji
👍🏻👍🏻
2021-11-25
2