Sebelum baca please sempetin like, komen and votenya ya, supaya aku semangat terus ngelanjutin ceritanya 🙏🙏..
Happy Reading 😊😊
Dengan langkah gontai Kasih terus berjalan kembali ke kelasnya, tak pernah menyangka jika beasiswa yang ia dapatkan tidak termasuk membebaskan seragam dan buku-bukunya.
"10 juta, ya Allah sama aja ini mah. Mending masuk sekolah biasa aja biayanya malah enggak sebesar ini!" Kasih terus membatin kenyataan yang tengah ia hadapi.
"Gimana aku ngomongnya ke Bude Ranti, pasti bakal jadi beban dia ini!" Cicit Kasih frustasi.
"Woiii, cewek udik!" Teriak Genta yang berlari kecil menyusul ke arah Kasih, sedang Kasih menghela nafas berat. Dirinya benar-benar tak ada mood untuk menghadapi Genta saat ini.
"Apa? Gue enggak lagi mood buat ribut sama Kakak!" Sahut Kasih ketika Genta sudah mensejajarkan langkahnya.
"Lo lagi kepikiran masalah duit seragam sama buku kan? Cuma 10 juta doang masa jadi beban pikiran gitu?" Ledek Genta.
"10 juta doang? Doang kata lo? Sombong amat!" Cibir Kasih menatap tidak suka pada Genta.
"Iya, 10 juta mah gak ada apa-apanya buat gue. Uang sekecil itu cuma uang saku gue seminggu!" Ucap Genta menyombongkan dirinya.
"Uang sekecil itu kata lo?" Kasih benar-benar dibuat tidak percaya jika ia sedang menghadapi salah satu manusia tersombong di muka bumi ini.
"Kecil lah! Malah kadang belum seminggu duit sekecil itu udah abis!" Genta benar-benar tengah memperlihatkan kesombongannya yang hakiki.
"Bener-bener titisan Fir'aun kesombongan lo itu Kak Yang-an!" Geram Kasih menghentikan langkahnya yang diikuti Genta.
"Sombong gimana? Emang kenyataan kok, lo gak usah syirik!" Sahut Genta membuat Kasih semakin menatapnya tak suka.
"Dan lo bisa gak berhenti manggil gue Yang An-Yang An, geli gue dengernya!" Gertak Genta.
"Enggak bisa, gue udah terlanjur suka manggil lo Yang-An. Anggap aja itu panggilan sayang dari gue haters garis keras lo!!" Sahut Kasih dengan tersenyum meledek.
"Lo itu yaa anak baru, udah udik, miskin, kurang ajar, sok-sok an, ngelawan gue terus lagi. Gak takut lo bikin masalah sama gue?" Gertak Genta kesal.
"Yang bikin masalah siapa? Lagian ngapain gue harus takut sama elo, elo bukan orang yang berjasa dalam hidup gue!" Balas Kasih tak kalah tegas.
"Ehh Udik, jelaslah gue berjasa besar dalam hidup gue. Lo pikir, lo bisa sekolah di sini berkat siapa?" Sindir Genta.
"Jelas berkat kecerdasan gue lah!" Sahut Kasih bangga.
"Okay, lo bisa ke sini emang karena lo pinter. Tapi lo pernah mikir enggak yang nge cover biaya lo di sini siapa?" Genta semakin dibuat kesal oleh tingkah Kasih.
"Siapa?" Kasih yang tak mengerti apapun dengan cepat menanyakan siapa gerangan orang yang dibangga-banggakan oleh cowok ganteng nan menyebalkan menurutnya.
"Keluarga gue, selama ini anak-anak beasiswa miskin macem lo itu yang ngebiayain ya Daddy dan keluarga karena lo tau apa? Karena keluarga gue adalah donatur terbesar SMA ini!" Jawab Genta semakin besar kepala.
"Terus gue harus bilang " Wow" gitu?" Ledek Kasih.
"Jelaslah, kalo buka dari keluarga gue mana mungkin lo sanggup sekolah di sini. Jangankan sekolah di sini, mungkin seumur hidup lo gak akan pernah ngeliat dan tau kalo ada sekolah semewah ini!" Genta semakin menjadi-jadi dalam menyombongkan dirinya.
"Makasih buat keluarga dan elo, berkat kalian gue bisa sekolah di sini. Tapi mah percuma juga sekolah di sini kalo tetep aja ada biaya yang harus ditanggung sama siswa beasiswa macam gue. Mana gak main-main lagi besarnya, 10 juta lho!" Kasih terlihat begitu berat setiap mengucapkan nominal rupiah yang harus ia bayarkan, bukan ia tepatnya budenya bayarkan.
"Yahhh mau gimana lagi udah aturannya kayak gitu. Oohh, lo mau gue bantuin?" Usul Genta bersemangat.
"Bantuin gimana?" Tanya Kasih, sebenarya ia tak sama sekali berminat terhadap usul Genta, namun ia penasaran apa yang ingin Genta lakukan.
"Mulai besok gue bakal adain bansos santunan di sekolah ini buat ngumpulin uang sekecil itu biar lo bisa kebeli seragam sama buku pelajaran. Gimana, briliant kan ide gue?" Genta terlihat sangat puas sudah bisa balik membuat Kasih kesal, terlebih saat melihat wajah marah Kasih, Genta semakin menyeringai puas.
"Tapi resikonya anak-anak sekolahan bakal tau kalo lo itu cuma anak miskin yang dikasih keberuntungan bisa sekolah di sini dan parahnya anak-anak di sini sebagian besar mungkin seluruhnya bahkan anti bersinggungan sama anak macam lo, malah bisa-bisa lo jadi target pembullyan selama tiga tahun ke depan!" Selama berbicara Genta terus tersenyum jahat pada Kasih.
"Enggak perlu! Lebih baik gue pindah ke sekolahan yang siswa-siswinya niat belajar bukan yang siswa-siswinya repot-repot ngurusin kesenjangan sosial cuma buat bisa ngebully anak yag gak sederajat sama kalian!" Geram Kasih.
"Dan denger gue yaa Yang-An, lo sama anak-anak manja lainnya di sini gak perlu berbangga diri sama apa yang kalian punya selagi semua yang kalian punya itu asalnya dari uang orang tua kalian! Awas, gue mau ke kelas! Males gue ngadepin anak manja yang sok kayak elo!" Hardik Kasih sambil berjalan melewati Genta, bahkan Kasih sempat dengan sengaja menabrakkan bahunya ke lengan Genta yang berdiri di hadapannya.
"Cewek sialan!! Lo lihat aja Cewek Udik bakal gue buat hidup lo gak tenang selama lo sekolah di sini, lo salah udah berurusan sama gue!" Batin Genta penuh dendam menatap kepergian Kasih yang semakin menjauh dari tempatnya berdiri.
***
"Lama juga masa orientasi sekolahan lo, sampe sore gini" ucap Dewa sambil memasangkan helm pada adik sepupunya itu ketika ia datang menjemputnya.
"Iya, banyak yang dikerjain. Pengenalan sekolahnya juga lama, wajarlah sekolahnya aja sebesar ini!" Sahut Kasih murung.
"Lo kenapa BT gitu? Lo laper?" Tanya Dewa melihat wajah murung adik sepupunya itu..
"Laper juga, ini juga!" Jawab Kasih sambil memberikan selembaran biaya seragam dan buku pelajaran yang harus dilunasi.
"10 juta buat seragam sama buku pelajaran doang, gila!" Dewa benar-benar terkejut melihat nominal tersebut.
"Kayaknya sia-sia aja deh Mas aku bisa masuk sini, ternyata tetep ada biaya yang harus dibayarin! Kalo di sekolah biasa mah gak bakal sampe 2 juta kali bayar seragam sama bukunya!" Ucap Kasih dengan mata berkaca-kaca.
"Udah jangan putus asa dulu, nanti kita omongin sama Ibu baiknya gimana! Sekarang kita selesaiin dulu masalah yang kita bisa selesaiin sendiri! Melihat adik sepupunya yang akan menangis dan putus asa, Dewa pun hendak menghiburnya.
"Maksudnya?" Tanya Kasih bingung.
"Kita makan mie ayam jamur yang mangkal di SD gue, lo laper kan? Kalo masalah perut laper mah kita bisa nyelesaiinnya. Ya enggak?" Tawar Dewa dengan cengiran menyebalkannya membuat Kasih tersenyum kemudian mengangguk semangat.
"Ya udah, duduk gih kita let's go. Gue juga laper sebenernya!" Perintah Dewa mengetuk-ngetuk pelan helm yang dikenakan adik sepupunya.
Sepanjang mereka berbicara, mereka tak sadar jika ada sepasang mata yang memperhatikan mereka dari jauh.
"Dasar cewek murahan, urusan biaya sekolah aja laporan sama cowoknya. Yakin gue tuh cewek bakal mau ditidurin cuma buat ngelunasinnya!" Sangka Genta yang memang melihat Kasih memberikan selembaran pada Dewa, meskipun ia tak mendengar obrolan antara Dewa dan Kasih karena jarak yang lumayan jauh serta dirinya yang berada di dalam mobil.
Sesampainya di tempat mie ayam yang dimaksud Dewa, kini Dewa dan Kasih sudah duduk di kursi menanti pesanan mereka tiba.
"Mau minum apa?" Tanya seorang yang sepertinya istri si penjual mie ayam tersebut yang membantu suaminya berjualan.
"Es teh manis aja Bu dua!" Jawab Dewa yang diangguki oleh Kasih.
"10 juta ini gak bisa dicicil emangnya?" Tanya Dewa pada Kasih.
"Enggak bisa Mas Dewa, malah harus segera lunas sebelum kegiatan belajar-mengajar bener-bener dimulai!" Jawab Kasih lesu.
"Apa Kasih pindah sekolah aja ya ke sekolah negeri, Kasih enggak mau bebanin Bude Ranti Mas!" Keluh Kasih, Dewa bisa melihat wajah gugup pada adik sepupunya itu.
"Sekolah negeri enggak mungkin Kasih, pendaftarannya pasti udah tutup. Palingan lo masuk swasta kalo emang bener-bener pindah dari sekolah itu!" Sahut Dewa.
"Iya ya, tapi gak apa-apa deh. Kan ada swasta yang terjangkau Mas biayanya!" Kasih terlihat bertekad bulat dengan keputusannya keluar dari SMA Tunas Harapan Bangsa itu.
"Nanti kita omongin aja sama Ibu baiknya gimana, sekarang mending kita makan dulu mie nya!" Ajak Dewa bersamaan dua mangkuk mie ayam yang sudah tersaji di atas meja mereka.
Kasih langsung mengaduk mie ayamnya agar bumbunya, potongan ayam di mienya juga kerupuk pangsitnya agar tercampur tanpa menambahkan saus dan sambal lagi.
Berbeda dengan Dewa yang menambahkan tiga sendok makan sambal kemudian baru mengaduknya.
"Mas Dewa gak sakit perut makan sambel sebanyak itu?" Tanya Kasih bergidik ngeri melihat mie ayam Kakak sepupunya itu.
"Gak enak makan mie ayam kalo gak pedes tau. Gue malah aneh ngelihat selera makan lo, ketelen apa makan mie ayam gak ditambahin sambel atau saos?".
"Ketelen, enak malahan polosan gini makan mie ayam!" Kasih mulai menyuapkan suapan pertamanya begitu nikmat.
"Dasar bocah!" Cicit Dewa melihat keunikan selera makan adik sepupunya itu. Mereka pun kini menikmati mie ayam mereka masing-masing yang diselingi obrolan dan candaan selama mereka makan.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
El_Tien
done like komen, fav, rate 5 ya
2022-03-09
1
El. Lyra
itu mulut pengen w gampar deh😶
2021-12-18
0
ummi a-sya
mampir nih thor,semangat ya..😊
2021-11-30
2