Kisah masa lalu

Fani berulangkali melirik jam tangannya. Gadis itu tampak gelisah dan hal itu disadari oleh Hansen yang kebetulan duduk disebelahnya.

"Kenapa kamu kayak cacing kepanasan gitu?" tanya Hansen.

"Jam tiga sore aku punya janji bertemu dengan Vivian, tapi pekerjaanku masih menumpuk. Lihat!" Fani menunjuk beberapa naskah yang bertumpang tindih menjadi satu.

Hansen tertawa. "Apa kalian sudah akan memulai proyek pembuatan novelnya?" tanya Hansen.

Fani mengangguk. "Hei bukannya masih baru seminggu yang lalu kalian bertemu? Sudah mau langsung dimulai saja!" timpal Riri yang juga ikut nimbrung. Kebetulan meja kerja ketiga orang itu berdekatan.

"Semalam Vivian menghubungiku, katanya dia ingin cepat-cepat menulis dan mempublishnya," terang Fani.

"Beruntung sekali anak cantik satu ini.." ucap Riri.

"Pergilah!" seru Evan yang tiba-tiba muncul di belakang Fani.

Laki-laki itu berjalan menghampiri Fani. "Pergi sekarang daripada nanti terlambat," perintah Evan lagi.

"Lalu pekerjaan ku bagaimana?" tanya Fani dengan raut wajah memelas.

"Pekerjaan mu sebagian akan di berikan pada yang lain," jawab Evan. "Oh iya Andre, nanti tolong bilang ke manajer mereka kalau Fani cukup berikan tiga naskah untuk editing," lanjutnya pada sang sekertaris.

Andre tampak mengangguk mengerti.

"Berarti aku boleh pergi?" tanya Fani ragu.

Evan mengangguk. Sementara dua orang lain disana tampak saling melempar pandang dan berbisik. "Sepertinya aku mengendus sesuatu!" bisik Riri pelan.

"Kalian lanjutkan pekerjaan kalian. Jangan terlalu banyak bergosip!" seru Evan sebelum berlalu pergi.

**

Fani terus melihat sebuah pesan di ponselnya. Gadis itu menyamakan alamat yang terpampang di hadapannya dengan pesan yang dikirim Vivian tadi malam.

"Sama! Aku gak salah alamat!" gumamnya.

Gadis itu dengan mantap melangkahkan kakinya masuk kesebuah apartemen dan memencet tombol lift. Tak bisa disangkal bahwa jantungnya berdegup cukup kencang memikirkan bahwa dia akan bertemu penulis favoritnya.

Tiba dilantai lima, Fani langsung melangkahkan kakinya keluar dari lift. "501," serunya senang karena berhasil menemukan tempat yang dia cari.

Gadis itu tampak menarik nafas dalam-dalam sebelum akhirnya membunyikan bel. Tak butuh waktu lama, seorang wanita muda membukakan pintu dari dalam.

"Wah sudah datang. Ayo masuk!" seru Vivian ramah.

Dengan sedikit sungkan Fani melangkahkan kakinya kedalam. Matanya tak kuasa berkeliling menatap kediaman Vivian yang tampak bersih dan rapih.

Apartemen itu terlihat cukup luas dengan perabotan yang bergaya minimalis. Tak terlalu mencolok namun berkesan elegan.

"Barusan aku akan menghubungimu. Aku khawatir kamu tidak bisa menemukan tempat ini. Sini duduk," ucap Vivian melepas canggung diantara mereka berdua.

Fani langsung menggeleng sembari tertawa kecil. "Tempat ini cukup mudah ditemukan karena berada ditengah kota, bu."

Saat keduanya sudah duduk di sofa, Vivian tersenyum. "Sepertinya kita berdua berada di umur yang sama. Aku dua puluh delapan tahun. Kamu?" tanya Vivian.

"Aku juga. Sama!"

"Kalau begitu kita buat kesepakatan. Jangan panggil aku ibu. Kita kan seumuran dan kedepannya kita akan lebih sering bertemu. Mungkin lebih baik saling panggil nama saja supaya terdengar lebih akrab," usul Vivian.

Fani mengangguk setuju. Tak disangka bahwa Vivian begitu ramah padanya. Sama sekali tak ada kesan arogan untuk penulis yang sudah memiliki nama.

"Hmm.. Sebelum kita mulai, apa aku boleh bertanya sesuatu?" tanya Vivian ragu-ragu.

"Tanya saja," timpal Fani cepat.

"Sebelumnya maaf karena sepertinya ini pertanyaan privasi. Hmm, apa kamu adalah pacarnya Evan?" tanya Vivian.

Fani yang mendengar pertanyaan itu tertawa. "Bukan. Aku bukan pacarnya. Kami hanya berteman sejak di bangku kuliah. Hanya itu saja."

Vivian masih terpaku menatap Fani yang duduk disampingnya. Gadis itu teringat saat Evan mendatangi kediamannya, meminta bantuannya agar mau bekerja sama untuk mewujudkan keinginan gadis muda yang duduk disampingnya.

'Jangan berkata apa-apa padanya. Cukup bantu dia mewujudkan keinginannya!' pesan Evan saat itu.

"Apa kamu dan Evan saling mengenal sebelumnya?" tanya Fani.

Vivian langsung menggeleng. "Tidak, aku baru mengenalnya saat aku datang ke kantor waktu itu," jawab Vivian berbohong.

Padahal cerita yang sebenarnya, dirinya dan Evan sudah saling mengenal selama enam bulan. Keduanya bertemu saat ada pertemuan antara penerbit-penerbit se-kota Jakarta dan Vivian hadir sebagai narasumber.

"Hmm.. Gimana kalau kita mulai membicarakan pekerjaan?" tanya Vivian mengalihkan pembicaraan.

"Baiklah. Aku harus memulainya dari mana?" tanya Fani tak bisa menutupi semangatnya.

"Kisah seperti apa yang ingin kamu buat? Dimulai dan akhirnya akan seperti apa? Atau kalau boleh jika itu kisah nyata, bisakah aku mendengar ceritanya secara keseluruhan?" tanya Vivian.

Fani tampak mengigit bibir bawahnya pelan. Wajahnya menampilkan senyuman kecil. Tatapannya seolah sedang menerawang jauh.

"Kisah ini dimulai di bulan Agustus tahun 2008," ucap Fani.

"Kalau begitu, 14 tahun yang lalu??" tanya Vivian yang terlihat terkejut. Tak menyangka bahwa dirinya akan menulis kisah yang ternyata sudah cukup lampau.

Fani mengangguk. "Saat itu aku masih duduk di kelas 3 SMP. Saat itu aku juga sama sekali belum mengenal orang itu. Tapi, aku mulai merasa tertarik dengannya saat teman sebangku ku menceritakan tentangnya," ucapan Fani terhenti sejenak menatap Vivian.

"Sepertinya akan agak membosankan. Apa tidak apa-apa?" tanya Fani tak enak hati.

"Jangan sungkan. Aku pikir justru sepertinya kisah itu akan menarik. Kisah tentang cinta dimasa lalu. Aku ingin mendengar secara keseluruhan!" Vivian tampak memasang mimik wajah serius.

"Setelah aku merasa tertarik dengan orang itu, aku mencoba mencari nomor ponselnya. Karena aku dan dia tak pernah berada dalam satu kelas yang sama sejak kelas 1 SMP. Saat itu aku ingat kalau di kartu perpustakaan tercantum nomor ponsel masing-masing siswa. Dan aku langsung mendapatkannya. Bukan hanya nomor ponselnya, tapi juga dengan nomor telepon rumahnya."

Fani terdiam sejenak.

"Setelah aku mendapatkan nomor ponselnya, langsung malam itu juga aku mengirim pesan padanya. Dulu tidak seperti sekarang. Jadi aku hanya mengirim pesan sms biasa, mengajaknya berkenalan. Dan jujur dulu aku hanya iseng memberanikan diri. Aku juga tak berharap kalau dia akan membalas pesanku. Tapi aku kaget sewaktu bangun tidur pagi keesokan harinya dan mengecek ponselku, ada balasan pesan darinya."

"Lalu? Aku penasaran, kalau boleh tahu siapa nama laki-laki itu?" tanya Vivian terlihat dengan wajah serius menunggu jawaban dari bibir Fani.

Namun Fani terdiam sejenak seolah tak ingin menyebut namanya. "Bolehkah kita hanya memanggilnya dengan sebutan 'dia' atau 'orang itu'?" tanya Fani dan Vivian mengiyakan.

"Sejak tanggal 26 Agustus tahun 2008, aku dan dia saling berbalas pesan singkat. Sampai pada akhirnya dia tahu jika itu adalah aku, padahal aku sama sekali tak menyebutkan nama ku dan dia pun tak bertanya apa-apa. Setiap kami berpapasan disekolah, kami pura-pura tak saling mengenal. Padahal hampir di setiap malam kami berdua akan berbicara lewat sambungan telepon. Entah itu dia yang membantuku belajar atau hanya sekedar mengobrol sampai aku tertidur."

Fani meminum seteguk air yang berada di atas meja tamu karena kerongkongannya mengering dan mulai melanjutkan cerita masa lalunya.

Kedua gadis itu tak sadar jika langit sudah berubah gelap. Sampai pada akhirnya Fani memutuskan untuk mengakhiri ceritanya.

"Sepertinya seluruh cerita gak akan bisa diceritakan sekaligus karena sudah malam," ucap Fani tak enak hati.

"Hmm kalau gitu nanti akan aku kerjakan dulu beberapa bab, lalu saat kurang bahan aku akan menghubungimu untuk mendengar kelanjutannya. Bagaimana?" usul Vivian dan Fani langsung setuju.

Terpopuler

Comments

no name

no name

nyimak thor
semangat upnya thor 💪

2021-10-13

1

Neti Jalia

Neti Jalia

aku mampir kk, mampir jg dikaryaku ya 🤗🙏

2021-10-12

1

nine june

nine june

nyimak
lanjut Thor 👍

2021-10-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!