"Eh lo siapanya Tara?" tanya salah satu wanita tersebut.
Nana tahu wanita-wanita ini akan membuat masalah padanya, dari caranya memandang dia, dapat di pastikan wanita tersebut membencinya.
"Aku cuma siswa trening yang bekerja di perusahaannya," jawab Nana.
"Gak mungkin, setahu gue Tara gak bakalan bawa karyawan apalagi siswa treningnya untuk datang ke acara penting seperti ini. Lo pasti pacarnya Tara kan?" kata wanita bergaun merah dan berparas cantik tersebut.
"Atau gak Gadis simpanannya Tara?" celetuk salah satu teman dari wanita itu.
"Kecil-kecil sudah menjadi wanita pel*cur, gimana nanti udah tua," kata wanita lainnya lagi.
Nana tak terima dengan hinaan ini, ia tak terima dikatain pel*cur oleh wanita-wanita kaya ini. Akhirnya....
"Byurrrr" Nana menyiramkan minuman di gelasnya kepada wanita bergaun merah itu.
"Arrgghhhhhhh!" Wanita itu berteriak keras, sehingga para tamu lainnya menatap di tempat kejadian tersebut.
Tara yang melihat Nana terlibat di dalam kejadian tersebut langsung meninggalkan gadis yang di ajak mengobrol tadi.
"Nana ada apa ini?" tanya Tara.
Nana hanya terdiam menunduk, Nana merasa dirinya. sudah membuat Tara malu di depan tamu undangan.
"Tara, tolong bilang kepada siswa treninganmu ini untuk menjaga sopan santunnya," kata wanita bergaun merah itu.
"Bella, maaf sebelumnya. Yang seharusnya jaga sopan santun itu kamu, bukan Nana," kata Tara kepada wanita bergaun merah itu yang ternyata bernama Bella.
Kemudian Tara meninggalkan tempat kejadian tersebut dan menarik tangannya Nana keluar. Nana sangat ketakutan, ia takut Bosnya marah terhadapnya dan mengeluarkan ia dari perusahaannya.
"Kaa,,Kak Tara," kata Nana gugup.
"Iya, kenapa?" tanya Tara dengan wajah yang dingin.
"Maaf, tindakan saya tadi mempermalukan Kak Tara, Tapi saya benar-benar....," belum sempat Nana melanjutkan pembicaraannya tetapi mulutnya sudah di tutup oleh telunjuk tangannya Tara.
"Iya, saya percaya sama kamu," kata Tara menatap Nana.
Tara tahu bagaimana sikap Bella dan teman-temannya tadi. Maka dari itu, Tara mempercayai Nana yang merupakan baru 2 hari menjadi siswa treningnya.
"Tapi Kak, saya belum menjelaskan apa-apa," kata Nana.
"Udah saya percaya sama kamu," kata Tara meyakinkan Nana.
Akhirnya Nana menurut dan melanjutkan langkah kakinya bersama Tara yang sempat terhenti karena insiden tadi.
Tak sengaja Nana melihat Angga yang merupakan mantan pacarnya Nana berada di salah satu tamu undangan. Angga terlihat mengobrol dengan akrab kepada tamu undangan di sana, tetapi maklum lah Angga berada di sini, dia juga mempunyai keluarga yang statusnya tinggi, tetapi tidak setinggi Tara. Nana buru-buru memalingkan pandangannya ke arah lain, ketika Angga melihat ke arahnya.
Angga mengejar Nana yang sedang berjalan dengan Tara,
"Grepp!" pergelangan tangan Nana berhasil di raih Angga.
Nana dan Tara membalikkan badannya mengarah Angga.
"Jadi karena dia, kamu memutuskan hubungan sama aku?," tanya Angga sambil menunjuk-nunjuk Tara.
"Enggak, dia atasan aku. Kamu tidak usah mikir macam-macam," Nana menjawab.
"Kamu tidak perlu mencari alasan lagi. Aku sudah tahu, kamu wanita jal*ng, kamu mencari pria yang lebih kaya dari aku," kata Angga yang membuat Nana hendak menamparnya.
Tetapi ketika Nana baru saja mengangkat tangannya, Sebuah tinjuan sudah melayang di pipinya Angga.
"Kak Tara!" Nana terkejut ketika melihat Tara menghantam Angga.
"Syukurlah kalau kamu nyadar bahwa diri kamu lebih miskin dari saya, tetapi kalau kamu sudah menyakiti hati Nana, walaupun kamu lebih kaya dari saya, Nana tidak akan kembali bersama kamu,"
"Sudah Kak Tara, lebih baik kita kembali saja," kata Nana menarik tangan Tara.
Tara menuruti perkataan Nana, kemudian Tara dan Nana pergi meninggalkan Angga.
Terlihat Angga memasang raut wajah yang sangat kesal karena ia tidak mendapat kesempatan berbicara sepatah katapun, jadi ia ingin memukul Tara dari belakang.
Sayangnya pukulan Angga tidak berhasil, karena Tara sudah merasakan sebelum pukulan tersebut melayang di tubuhnya.
Melihat Angga yang tida mau di kasihani, Tara memberikan sebuah pukulan di pipi sebelahnya lagi.
"Saya peringatkan sekali lagi lebih baik kamu jangan ganggu Nana lagi ,atau kamu akan merasakan pukulan yang lebih parah dari ini," Tara mengancam Angga.
Kemudian Tara dan Nana berbalik meninggalkan Nana.
"B*ngs*t!" Angga sangat marah kepada Tara dan Nana.
"Lihat saja Nanti, akan aku balas pukulan ini berkali-kali lipat," kata Angga sambil memegangi kedua pipinya yang sakit.
Nana menatap Tara dengan wajah yang takut, ia sudah membuat masalah untuk Bosnya yang ke dua kalinya. Ketika Tara ingin melajukan mobilnya, ia melihat Nana yang nampak gelisah.
Tetapi sengaja Tara mendiamkan Nana, agar Nana yang duluan bicara. Kemudian ia melajukan mobilnya untuk mengantar Nana pulang.
Beberapa menitnya, dengan mengumpulkan keberanian Nana meminta maaf lagi mengalahkan rasa malunya.
"Kak Tara, saya minta maaf lagi ya, saya udah menyusahkan Kakak," kata Nana sambil menunduk.
"Iya sudah saya maafkan kok Nana," kata Tara lembut.
Nana tidak percaya dengan apa yang ia dengar barusan.
"Benaran, Kak?" Nana ingin memastikan.
"Emang, kalau saya tidak maafin kamu, kamu mau ngelakuin apa?" tanya Tara balik.
"Saya bisa lakuin apa aja kok Kak," kata Nana polos.
Tara menghentikan mobilnya, Nana merasa bingung kenapa Tara menghentikan mobilnya.
"Kok berhenti Kak?" Tanya Nana.
Nana tidak tahu apa yang Tara pikirkan ketika Nana berucap seperti itu.
Tanpa menjawab pertanyaan Nana, Tara mendekatkan wajahnya ke wajah Nana, dan menekan tubuhnya Nana ke kursi tempat Nana duduk.
"Kakak mau apa? Kak Tara jangan macam-macam ya!" kata Nana ketakutan.
"Tadi katanya mau lakuin apa saja buat saya?" kata Tara tanpa melepaskan tekanannya terhadap Nana.
"I-iya tapi kan gak yang seperti ini," kata Nana sedikit melawan tetapi tekanan Tara lebih kuat darinya.
"Kalau sudah berucap tidak boleh di ingkari lho," kata Tara semakin mendekatkan wajahnya.
Nana terdiam dan memejamkan matanya, ia takut Tara bertindak kelewatan.
"Cup!" Tara mengecup b*bir Nana dengan lembut, dan berkata, "mulai sekarang b*bir ini milik saya," kata Tara.
Kemudian ia melajukan mobilnya kembali, sedangkan Nana masih terdiam ia menyeimbangkan detak jantungnya yang sedari tadi berdetak dengan cepat.
"Syukurlah Kak Tara hanya menc*umku saja," kata Nana dalam hati.
****
"Terima kasih Kak sudah mengantarkan saya pulang," kata Nana ketika sudah sampai di rumahnya.
"Iya sama-sama Nana," kata Tara.
Ketika Nana hendak turun, tangan Nana di tarik oleh Tara dan tubuhnya ditekan di kursi mobil seperti tadi lagi. Tanpa sepatah katapun, Tara menci*m b*birnya Nana lagi.
"Kenapa rasanya nyaman banget ya," bathin Nana.
Kali ini cukup lama mereka berc*uman. Hingga akhirnya Nana berusaha melepaskan cium*n mereka.
"Ingat, itu milikku," kata Tara mengingatkan.
Tanpa sepatah kata Nana buru-buru turun dari mobil lagi.
"Tidak ada niatan nyuruh mampir gitu?" kata Tara ketika Nana sudah masuk ke dalam rumahnya.
Kemudian Tara melajukan mobilnya dan pulang ke rumahnya. Di perjalanan ia mengingat-ingat rumah ini, karena seingat dia dulu pernah ke sini bersama asistennya Pir tetapi melupakan acara yang di kunjunginya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Anik Mujiyanah
cerita nya bikin penasaran
perlu dilanjut 👍👍
2021-10-13
0
Sari Haryanti
lnjut
2021-10-13
0