Bis berhenti tepat di depan supermarket tempat Rara bekerja, kebetulan halte tak jauh dari supermarket nya. Rara pun turun dari bis dan melakukan pembayaran dengan menempelkan kartunya.
Rara berjalan masuk ke dalam supermarket, dan langsung ke ruangan kusus pegawai. Disana sudah ada Sinta sedang berganti pakaian. Sinta adalah pegawai cantik yang bekerja di sift pagi.
"Hallo Rara, udah makan siang? " Sapa Sinta ketika melihat Rara masuk ke dalam ruangan ganti. Rara pun tersenyum menanggapi sapaan Sinta. Lalu duduk di tepi ranjang yang memang di sediakan di dalamnya. Di supermarket ini ada 2 kamar ganti. Untuk perempuan dan untuk laki-laki.
"Udah kak, pulang sekolah Rara langsung makan dan berangkat kerja" ujar Rara dengan ekspresi seperti orang teraniaya. Melihat ekspresi itu, membuat Sinta seketika terbahak.
"Dasar dejavu" ucap Sinta di sela tawanya. Rara pun ikut tertawa bersama Sinta. Wanita itu adalah karyawan senior di supermarket ini, Sinta tua 4 tahun di atas Rara. Namun Sinta hanya lulusan SMP, jadi ia tidak mau mencari kerja kemana pun lagi meskipun gaji di supermarket ini tidak terlalu besar. Mau cari kerja dimana di zaman sekarang ini, apalagi yang Sinta punya hanya ijazah SMP.
"Kak Sinta kerja sendiri? " tanya Rara, dahinya mengerut mencari cari sosok Ridwan. Pria yang menjadi teman Sinta di sift pagi.
"Oh Ridwan, katanya ada urusan keluarga" jawab Sinta. Ia merapikan seragam kerjanya, lalu menggantungkan di anger yang ada di dalam ruangan itu.
"Yah sudah, kakak pulang dulu yah" pamit Sinta menepuk bahu Rara agar lebih semangat bekerja.
"Eh Iya" Sinta kembali mendekati Rara. "Hari ini ada anak baru, seperti nya Irfan sudah berhenti. Jadi kamu akan bekerja di sift sore sama anak baru itu" jelas Sinta, lalu kembali melanjutkan langkahnya keluar dari ruangan itu.
Rara terdiam. "Anak baru? " Ah Rara tak ambil pusing, mau anak baru atau lama tetap saja ia harus mengerjakan apa yang harus ia kerjakan.
Setelah selesai berganti pakaian, Rara langsung menuju ke meja kasir. Siang ini masih sangat sepi, hanya ada beberapa pengunjung yang sedang memilih milih belanjaan di deretan rak belanjaan keperluan mereka.
Tak lama kemudian, Rara langsung berdiri tegap dan memberikan hormat pada atasannya yang baru saja memasuki supermarket. Atasannya tidak sendirian, Rara yakin dia adalah karyawan baru yang kak Sinta maksud tadi.
"Selamat siang Pak" sapa Rara sopan.
"Siang Rara, bapak hari ini membawakan teman untuk kamu Rara" ucap Zio atasan Rara. Pak Zio memperkenalkan karyawan baru itu pada Rara.
"Rara, ini adalah Bobi. Mulai hari ini Bobi sudah resmi jadi karyawan di mart kita ini yah. Kamu bisa ajarin dia tentang tata cara dan peraturan peraturan yang ada di sini" ucap Pak Zio. Rara mengangguk pelan, ia melirik Bobi sebentar. Terlihat dari gayanya, Bobi seperti nya angkuh dan sombong.
"Baik Pak" jawab Rara tetap bersikap sopan.
"Baiklah, kalau begitu saya tinggal yah. " ucap Pak Zio pamit dan berlalu keluar dari supermarket miliknya.
Bobi menatap Rara, senyum miring tercetak di bibirnya. Bobi mengitari meja kasir, lalu ia berdiri di samping Rara, membuat gadis itu sedikit bergeser ke kiri agar sedikit memberi jarak dengan Bobi.
"Hai, aku Bobi" ucap Bobi mengagetkan Rara, ia pikir pria yang terlihat angkuh ini tidak akan mengajaknya berkenalan. Rara tak kunjung menjawab Bobi, ia malah sibuk dengan pemikiran nya.
"Hei.. " Bobi menyenggol bahu Rara pelan. Hingga Rara tersadar dan tergagap.
"Eh Iya, apa? "
"Kamu melamun? "
"Enggak kok, aku.... Aku sedang menghitung ini" ucap Rara menunjuk kuitansi yang tergeletak di atas meja kasir. Tadinya memang Rara sedang melihat kuitansi belanjaan tokoh. Rara di percayakan oleh pak Zio untuk memeriksa pemasukan barang dan pengecekan stok barang. Meskipun masih SMA, Rara adalah gadis remaja yang pintar. Gadis ini juga sangat pintar dalam mengatur uang. Bahkan Rara sudah memiliki tabungan pribadi dari hasil kerja nya selama 2 tahun.
"Benarkah? tapi itu hanya stok barang" goda Bobi, ia sengaja membuat Rara menjadi salah tingkah. Bobi tahu jika Rara tadi sedang memikirkan sesuatu.
"Eh sudah sudah, sebaiknya kamu cepat bekerja. Susun semua barang barang yang ada di keranjang ke rak nya dengan rapi dan sesuai jenisnya masing-masing. " ucap Rara mengalihkan pembicaraan, bahkan ia lupa jika Bobi sedang mengajaknya berkenalan.
Bobi pun dengan patuh mengikuti ucapan Rara. Pria itu tersenyum manis ketika ia melirik Rara yang ternyata menatap sengit kearahnya. Bobi merasa terhibur melihat sikap lucu Rara.
Manis juga. batin Bobi.
"Kak, kok cemberut aja? pasti karena karyawan baru itu kan? " tebak seorang pelanggan yang tengah melakukan pembayaran di meja kasir.
"Ih kepo, kecil kecil sudah kepo" cibir Rara memberikan struk belanja kepada gadis remaja yang sudah biasa belanja di supermarket ini.
"Bukannya tersenyum ramah, malah di cemberutin " gerutu gadis remaja itu. Rara hanya terkekeh pelan, ia kenal dengan pelanggan ini, jadi Rara tidak perlu merasa khawatir untuk di beri penilaian buruk dari pelanggan.
"Udah sana pergi" usir Rara dengan nada bercanda.
"Eh Rara, kok seperti itu sama pelanggan? " tegur Bobi yang entah sejak kapan berdiri di samping Rara.
"Tau ih, pelanggan malah di usir" ucap gadis remaja itu mendramatisir.
"Ehhh pergi gak... Atau aku kukus hidung pesek mu" ucap Rara mengancam. Gadis remaja itu tertawa terbahak bahak sembari berlari keluar dari supermarket.
"Tenang saja, aku kenal dengan nya" gumam Rara pada Bobi. Pria itu pun mengangguk pelan, ia pikir Rara sekejam itu.
Rara melirik semua lorong rak tempat barang barang tersusun, semuanya terlihat sudah rapi. Seperti nya Rara akan senang jika Bobi menjadi rekan kerjanya.
"Kenapa? apa kerja ku kurang rapi? " tanya Bobi, karena Rara terlalu lama menatap setiap rak. Ia pikir pekerjaan nya ada yang salah.
"Tidak, pekerjaan mu sangat bagus dan rapi" jawab Rara tersenyum simpul.
Manis. ucap Bobi dalam hati. Ia terpanah dengan senyuman manis Rara. Seolah terkunci, Bobi tidak bisa mengalihkan pandangannya dari wajah Rara.
"Sudah, kembali bekerja. " ucap Rara, membuyarkan lamunan Bobi.
"Ngomong ngomong, umur kamu berapa tahun? " tanya Bobi melenyapkan keheningan. Entah mengapa supermarket terlihat lebih sepi di banding kan hari hari biasanya.
"Usia ku masih 17 tahun" jawab Rara singkat.
"Masih sangat muda, tapi berlagak udah tua" kekeh Bobi.
"Aku mana tahu" elak Rara mendelik.Mereka kembali lenyap dalam keheningan.
Tanpa terasa, sekarang sudah masuk jam istirahat sholat ashar. Rara bersiap menuju ke ruang ganti.
"Mau kemana? " tanya Bobi bingung.
"Mau menghadap ke sang Pencipta" jawab Rara tanpa menoleh, ia terus berjalan lurus masuk ke dalam ruangan kusus karyawan.
"Dasar menyebalkan" gumam Bobi gemas, baru saja sehari bertemu Rara, ia sudah merasa segemas ini dengan gadis itu.
Rara menunaikan ibadah sholat ashar di ruangan ganti, lalu berganti dengan Bobi. Mereka harus bergantian sholat, agar ada yang menjaga meja kasir.
"Apa sudah selesai? " tanya Bobi ketika melihat Rara kembali ke meja kasir.
"Sudah, sekarang giliran mu" ucap Rara ketus. Ia menggunakan bahasa aku kamu, karena menurut Rara Bobi lebih tua darinya. Namun tidak ada keinginan untuk memanggil Bobi dengan embel embel kakak atau semacamnya.
"Baiklah, aku akan ke belakang sebentar"
Rara tidak menghiraukan ucapan Bobi, ia lebih fokus melayani pelanggan yang melakukan pembayaran padanya. Rara menghitung semuanya dengan komputer, lalu menyebutkan berapa total yang harus pelanggan itu bayar.
"Terimakasih" ucap Rara sopan memeberikan kembalian pada pelanggan.
Sementara di lain tempat, Rayen tengah berkumpul bersama teman temannya. Anak kelas tiga baru saja melakukan kelas tambahan. Karena sebentar lagi mereka akan menghadapi ujian kelulusan, jadi mereka harus lebih giat dan fokus belajar.
"Ray, gimana? apa masih betah sama Rara? " tanya Arga, teman Rayen. Selain Arga, ada Bima, dan Kio. Mereka termasuk orang yang suport dengan sahabat mereka.
Rayen menghela nafas gusar, "Begitulah, meskipun lelah. Gue harus tetap bertahan sama Rara, karena gue sayang banget sama dia"
"Wahhh, cinta monyet berubah menjadi cinta sejati man... " Sahut Bima menepuk nepuk bahu Rayen.
"Apaan sih kalian. Gue sama Rara itu bukan cinta monyet. Gue benar-benar sayang sama dia"
"Iya Iya, kita tahu kok" sela Kio menenangkan Rayen yang hampir emosi. Setiap kali ada yang mengatakan bahwa cinta mereka adalah cinta monyet, emosi Rayen akan mudah terpancing.
"BTW, lo udah pernah main belom ke rumah Rara? " tanya Bima penasaran, Arga dan Kio juga merasa penasaran.
"Belom"
"Yahhhh" desah mereka di buat buat kecewa.
"Kenapa? " tanya Rayen bingung.
"Masa lo gak pernah jumpa calon mertua elo sih Rayen" ujar Kio.
"Yah gue maunya bertemu dengan mereka ketika lamaran" jawab Rayen asal.
"Silahturahmi kek, atau pendekatan. Kalian kan udah lama pacaran" sahut Arga.
"Berarti lo gak pernah dong, ajak Rara jalan jalan? " sambung Bima. Lagi-lagi Rayen menggeleng. Bagaimana mau ajak jalan, Rara tidak punya waktu untuk itu. Gadis itu sangat gigih, waktunya tidak ada yang terbuang. Rayen bertemu dengan Rara hanya di sekolah, paling dalam sebulan merek berkencan cuma sekali. Tidak ada malam mingguan di hubungan mereka.
"Rara itu gadis yang berbeda man" Jawab Rayen memuji kekasihnya.
"Iya sih, Rara sangat pintar, mandiri lagi. Aku juga pengen punya kekasih seperti dia" balas Kio mulai berandai andai, di susul oleh Arga dan Bima.
Rayen mendengus kesal melihat tingkah teman temannya.
"Heh.. Heh... Jangan menghayal yang nggak gak yah tentang pacar gue" ucap Rayen mengusap kasar wajah mereka bertiga. Sehingga hayalan ketiga bocah remaja itu buyar.
"Ihhh Rayen ganggu aja deh, sikit lagi padahal" sungut Bima, ia menghayal akan berciuman dfengan Rara.
"Tau ih, ganggu aja" sahut Kio.
"Menghayal ngapain lo!! huh!! Huh!!" tekan Rayen menepuk nepuk pipi Bima.
"Ahhh udah ah, yuk cabut" Rayen berjalan lebih dulu dari teman temannya. Merek ke luar dari kelas, sejak tadi hanya merek berempat yang belum keluar dari kelas. Lalu di ikuti oleh Bima, Arga dan Kio bersamaan.
...----------------...
Waktu terus berjalan cepat, Rara baru saja menyelesaikan sholat magrib. Ia sedang memikirkan makanan apa yang enak untuk, mengisi menu makan malamnya.
"Apa kamu tidak makan? " tanya Bobi menghampiri Rara yang tengah duduk di lantai dekat meja kasir.
"Aku sedang memikirkan nya" jawab Rara singkat. Ia juga sedang menatap layar ponsel nya. Menunggu pesan dari kekasihnya yang tak kunjung memberikan kabar. Sejak pulang sekolah Rayen tidak mengiriminya satu pesan pun.
Apa kak Rayen sibuk belajar? apa seberat itu, pelajaran anak kelas tiga yang akan ujian?. pikir Rara mencoba untuk berpikir positif.
Cling~
Satu pesan masuk membuyarkan lamunan Rara.
[Apa sudah makan? ]
Seketika senyum Rara mengembang lebar, pesan yang sejak tadi ia tunggu akhir nya datang. Dengan lincah jari jemari Rara, menari di atas layar ponselnya.
[Lagi mikirin, menu makan malam] balas Rara. Ia merasa sangat lega, Rayen tidak mengabarinya pasti karena sibuk belajar.
Cling~ Pesan baru kembali masuk.
[Makan ayam geprek aja, biar kenyang] balas Rayen memberikan usulan.
[Baiklah, aku akan memesannya sekarang] balas Rara lagi. Dengan segera Rara membuka aplikasi GO-JEK, ia akan menggunakan GO-FOOD.
Bobi melirik Rara dri samping, Ia sangat, penasaran. Apa yang membuat gadis itu terlihat sangat senang. Saking fokusnya ke layar ponsel nya, Rara tidak menyadari jika ada pelanggan yang berdiri lama menunggu nya di depan meja kasir.
"Mbak, bisa hitung belanjaan saya? " tanya Pelanggan itu berusaha sopan, sebenarnya ia sudah tidak sabar.
Rara masih tidak sadar, ia masih fokus dengan ponselnya. Hingga Bobi menyikut lengan Rara pelan.
"Ada apa? " tanya Rara menatap bingung pada Bobi yang menyikut lengannya.
"Tuh, ada orang mau bayar! " tunjuk Bobi dengan bibirnya. Barulah Rara menatap ke depan. Ia kaget, sejak tadi Rara tidak sadar jika ada pelanggan yang mengantri.
"Maaf Bu, saya terlena dengan ponsel saya. Hari ini ada yang buat saya bahagia" ucap Rara sembari menghitung belanjaan ibu itu.
"Saking bahagianya, kamu mengabaikan ku yang akan membayar semua ini" sungut ibu itu. "Memangnya kamu mendapat kabar gembira apa? " tanya Ibu itu penasaran.
Bobi yang melihat kejadian itu melebarkan matanya, ia tidak habis pikir. Rara dengan mudah menghancurkan mood para pelanggan yang sedang kesal padanya.
"Apa kamu kenal dengan semua pelanggan yang berkunjung ke sini?? tanya Bobi penasaran setelah pelanggan tadi pergi.
" Aku tidak kenal, tapi mereka kenal" jawab Rara sembari tersenyum lebar. Mana mungkin ia bisa menghafal setiap wajah pelanggan yang datang ke supermarket ini.
"Kamu itu harus ramah tamah, ajak mereka mengobrol agar terlihat akrab, sok akrab. Kita adalah pelayannya. Jadi jaga sikap agar mereka menyukai kita"
Brak~...
Rara dan Bobi melirik ke lorong 2 tempat makanan instan di tata. Rara melebarkan matanya melihat apa yang terjadi di sana.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
lina
ninggalin jejak
2021-10-27
0
Rofi Cute
kayaknya seru😍😍😍
2021-10-14
0