Kina sedang duduk di ruangan tim produk developer sekaligus tim pemasaran. Disana ada Satria, Kevin, Mila, Nila dan Adinda. Semua hampir sepantaran dengan Kina.
"Kaptennya kemana nih, kok nggak kelihatan?" tanya Kina, sambil menarik kursi untuk duduk.
"Biasa mbak Kin, lagi sholat duha, maklum kapten kami pria sholeh" jawab Mila yang sedang mengecek materi promosi untuk diposting di sosial media resmi PT.Nice Food.
"Masya allah, keren banget bang Ali, udah ganteng, rajin ibadah, idaman" puji Kina.
"Mbak Kina suka sama bang Ali?" tanya Nila yang duduk disamping Kina. Mereka berenam duduk melingkar di ruang meeting khusus tim pemasaran.
"Kagum, bukan suka apalagi cinta" jawab Kina
"Kagum kan bibit dari cinta mbak, hati hati lho. Tapi kalian sama sama single, ga masalah juga kalau saling jatuh cinta" kata Satria, yang sedang sibuk menatap layar laptop.
"Enggak akan, cinta ini cuma buat suamiku, suatu saat nanti" jawab Kina dengan mantab.
"Tapi perasaan cinta kadang datangnya tiba tiba lho mbak, nggak disangka sangka" Adinda yang tadi sibuk dengan ponselnya, mulai tertarik.
"Bisa iya, bisa tidak. Tergantung kita sebagai pemilik hati, kalian mau mengendalikan perasaan atau dikendalikan perasaan"
"Emang bisa perasaan dikendalikan?" tanya adinda yang semakin penasaran.
"Bisa, bangun tembok setinggi mungkin, saat perasaan mulai membuncah di hati kalian, jangan menikmatinya dan semakin tenggelam. Kita punya logika untuk memangkasnya sebelum menjalar kemana mana"
"Kan cewek gampang baper mbak, dikit dikit meleleh" tanya kevin
"Makanya perempuan itu harus punya prinsip, biar nggak gila karena perasaannya sendiri"
"Jadi, prinsip mbak Kina apa?"
"Jangan jatuh cinta pada siapapun itu, sebelum dia resmi jadi milikmu"
"Lah, menikah tanpa cinta gitu, ya kalau habis nikah bisa saling cinta, kalau nggak gimana?"
"Menikah itu nggak melulu karena aku cinta kamu, kamu cinta aku. Tapi yang utama itu kahlak pasangan kita, kalau akhlaknya baik, agamanya baik, pasti akan memperlakukan kita dengan baik, lama lama rasa itu pasti tumbuh. Sama dengan yang namanya pendekatan sebelum jadian, bedanya halal dan haramnya saja"
"Ta'arufan aja sama bang Ali mbak, kalian cocok" usul dinda yang merasa kagum pada kedewasaan Kina.
"Enggak lah, aku lagi berusaha memantaskan diri. Memperbaiki diri biar dapat jodoh yang baik juga. Nggak perlulah risau soal jodoh, semua udah tertulis dilauhul mahfudz"
"Dengerin tuh mbak din, jangan terlalu bucin sama pacarmu" sindir Nila pada dinda yang setiap hari menyanjung nyanjung pacarnya yang jauh di mata.
"Kalau sama pak Okky gimana? setiap hari barengan masak iya nggak ser ser an, pak Okky ganteng lho" tanya adinda, semakin kepo soal Kina yang menurutnya berbeda dengan cewek cewek lain.
"Huss…jangan ngomongin atasan, nggak sopan, kita harus hormat sama beliau"
"Setuju, tapi banyak lho yang ngomongin kalian dibelakang " kata Mila
"Iya mbak, nuduh kalian sering mesum dikantor, ada hubunganlah, aku sampai risih dengernya" Sambung Nila
"Biarlah, mereka begitu karena belum mengenal aku secara pribadi"
"Terutama gengnya mbak Mika, ampun deh, kata katanya ngrendahin mbak Kina banget. Mereka itu kan senior, harusnya kasih contoh yang baik, ini malah suka bikin gosip nggak jelas" ucap Adinda, semua yang ada disitu menatap Kina, merasa kasihan pada gadis baik itu.
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikum salam" jawab semua serempak
Ali, kapten tim datang dengan wajah segar dan senyum menawan, "Eh…ada Kina, anak anak nggak nakal kan, selama aku tinggal?" tanyanya.
"Kok berasa mereka ini bapak ibu kita ya gaes?"
"Ciee… bang Ali"
"Memang ada yang salah ya sama pertanyaan saya?"
"Enggak, isi kepala mereka sepertinya yang salah. Semua sudah kumpul, ayo meetingnya kita mulai, kita bahas soal meeting cabang dan pembagian tim ya"
"Siap mbak" jawab semua serempak.
Usai meeting, Kina menuju kantin untuk makan siang karena sudah jam istirahat dan perutnya sudah lapar.
Duduk sendiri, menikmati makan siang dengan tenang. Soto ayam dan es teh jadi pilihan Kina untuk memulihkan tenaga.
Saat sedang asik menikmati makanannya, seseorang dengan sengaja menyenggol es teh dimeja Kina, hingga membasahi rok dan kemeja Kina.
"Ups, maaf ya, sengaja" wanita itu tertawa mengejek.
"Iya mbak Muti, nggak papa" menghela nafas, tak mau terpancing emosi.
"Saya boleh duduk disini kan?"
"Boleh mbak, silahkan!"
"Tumben kamu sendiri, biasa juga nempel sama bos"
"Mbak, saya ini kan sekertaris pak Okky, wajar kan kalau kami sering bareng bareng"
"Wajar kok, wajar, sering kerumah bos juga wajar kok"
"Saya ada alasan datang kesana, tidak semua orang harus tahu"
"Saya juga tidak ingin tahu, tapi saya rasa saya tahu"
"Jangan menduga duga, tidak semua yang mbak Muti fikirkan sama dengan yang terjadi. Saya tegaskan, saya bekerja secara profesional"
"Iya… termasuk boncengan motor berdua malam malam, juga profesional kerja. Ngojek kamu?" cibirnya.
"Terserah mbak Muti, saya tidak pernah mengusik hidup mbak, saya harap mbak juga tidak mengusik hidup saya. Permisi!" Kina berdiri dan melangkah pergi, meninggalkan Mutia yang memandangya dengan sinis.
Kina memilih kekamar mandi didekat ruang kerjanya, membersihkan badannya yang terasa lengket karena gula di es teh. Mika, Mutia, Rima dan Jihan. Mereka tak henti hentinya menganggu Kina. Bahkan berani menyebar gosip tentang Kina dan Okky, mengarang cerita yang tidak tidak.
Kina tahu apa alasan mereka membenci dirinya, semua karera iri. Mereka merasa lebih berhak dan lebih unggul untuk menempati posisi Kina saat ini.
Semua berawal saat sekertaris lama Okky, yang akan pensiun, lebih memilih Kina, dari pada keempat seniornya itu. Kina hanya mengambil kesempatan yang diberikan padanya. Bukankah hal wajar bersaing secara sehat dalam mencapai sesuatu. Kina tak pernah berbuat curang, apalagi menjilat seperti yang mereka tuduhkan.
Kina duduk dengan lesu dimejanya, Okky belum datang. Tadi bosnya bilang akan makan siang dirumah, karena kedatangan saudaranya dari jauh.
Ternyata pilihan Okky untuk pulang sedikit keliru, saudaranya datang membawa undangan pernikahan. Membuat Bundanya semakin gusar.
"Okkyyyyy…pokoknya bunda nggak mau tahu, bulan depan kamu harus nikah!ti…tik!"
"Iya, tapikan belum ada pasangannya, masak nikah sendirian?"
"Udahlah kak, Kina, udah paling pas" kata Okta yang asik memasukkan camilan kedalam mulut.
"Dia nggak mau, kalian nggak boleh maksa dia"
"Kamu mau nggak?" tanya Okta
"Nggak tau, aku itu menganggap dia seperti adik"
"Kita paksa aja gimana? Kita jebak Kina, supaya mau nikah sama kamu" usul Bunda
Okky mengusap wajahnya, "Bunda jangan aneh aneh ya, Kina itu bukan siapa siapa kita, Kina berhak menentukan hidupnya, masa depannya. Aku nggak setuju, aku nggak mau menyakiti hati Kina" katanya dengan sedikit emosi.
"Kakak sayang sama Kina ya, jangan jangan cinta sendiri lagi"
"Apasih…"
"Terus mau kamu apa, bunda sudah capek dengar omongan orang orang, kamu dibilang nggak normal, perjaka tua, susah jodoh, bunda malu" Bunda mulai terpancing emosi juga.
"Kenapa harus peduli omongan orang sih bun, bunda harusnya juga mikirin kebahagiaan dan kenyamanan Okky dong. Jangan libatkan Kina lagi, Okky bersedia bunda jodohkan dengan siapapun yang menurut bunda baik. Tolong, jangan tekan Kina lagi" Okky meninggalkan Bunda dan Okta, memilih menenangkan diri dikamarnya.
Kini dua orang yang biasanya bersama sama itu, duduk termenung ditempat masing masing. Sedang memikirkan masalah masing masing. Sama sama membutuhkan bahu untuk bersandar.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments