Malam hari Novi menyampaikan persyaratan yang diajukan Firmansyah untuk membantu perusahaan, pada suaminya. Samsuar terkejut dengan persyaratan tersebut, dan dalam hati dia menolak keras. Tapi janji yang diberikan Firmansyah untuk tidak meminta kembali dana yang diinjeksikan pada perusahaan, jika mengijinkannya
menikahi salah satu putrinya, sangat menarik minatnya. Sebenarnya ada tawaran lain yang diberikan, tetapi Novi sengaja tidak memberi tahu pada suaminya. Tawaran agar Novi menceraikan Samsuar dan menikahi Firmansyah yang sampai saat ini masih berstatus lajang. Penolakan Novi yang lebih memilih Samsuar karena alasan kemapanan, menjadikan Firmansyah menganggap bahwa semua wanita hanya menginginkan harta dalam pernikahannya. Hal ini yang mendasarinya untuk tetap melajang meskipun usianya sudah hampir mendekati 60 tahun.
“Bagaimana pa….., Firmansyah hanya memberi waktu mama untuk mendiskusikan pada papa sampai besok siang. Dia mengatakan bahwa dia akan berubah pikiran, jika sampai pukul 12 siang kita belum memberinya jawaban.” Tanya Novi pelan.
Membayangkan wajah kedua putrinya yang mulai beranjak dewasa dengan senyumnya yang menawan, hati Novi seperti ditusuk-tusuk. Tetapi kehancuran masa depan anak-anaknya karena penyitaan semua asset yang dia miliki, lebih menyakitkan hatinya lagi. Dia menengadahkan wajahnya dan menatap suaminya yang sedang memijit-mijit
keningnya.
“Papa tidak punya solusi lain ma, kecuali menerima persyaratan yang diajukan Firmansyah” jawab Samsuar pelan tidak berdaya.
“Mama jugatidak ada pa.” sahut Novi perlahan.
Mereka terdiam untuk beberapa saat.
“Segera beritahukan pada Firmansyah ma, kalau kita menyetujui persyaratan yang dia berikan.” Kata Samsuar.
Meskipun sebagai seorang bapak, hatinya menolak, tetapi pilihan itu adalah satu-satunya. Toh putrinya akan dinikahi bukan dijadikan sebagai simpanan.
“Tapi siapa yang akan kita nikahkan dengan Firmansyah pa, dia harusnya menjadi bapaknya bukan sebagai suami.” Ucap Novi lirih.
“Yang penting mama memberi jawaban dulu padanya, nanti kita diskusi dengan anak-anak siapa yang bersedia kita nikahkan. Jessica atau Naura.” Samsuar menyarankan pada istrinya.
“Baik pa, nanti malam aku akan kirimkan pesan via whatsapps pada Firmansyah. Setelah ada kepastian, kita baru menanyakan pada anak-anak kita. Semoga salah satu dari mereka ada yang ikhlas mengorbankan dirinya demi masa depan keluarga, tanpa kita harus memaksa salah satu dari mereka.” Novi menekan kegalauan yang dia
rasakan, dan berusaha memantapkan niatnya untuk menyelamatkan perusahaan keluarga.
************
Siang itu di sebuah ruangan kerja yang berada di lantai 15 **maya Tower, seorang laki-laki sedang duduk berselonjor dengan menaruh kedua kaki di atas meja kerja, dan sedang memegang sloki minuman beralkohol. Mood yang dia rasakan hari ini sangat baik, karena umpan yang dia berikan, dengan mudah ditangkap oleh ikan buntal.
“Ha..ha…ha…, aku yakin kalian akan menyetujui tawaran yang aku berikan. Dasar pasangan yang gila harta, hanya demi harta kalian rela mengorbankan anak. Jangan berpikir bahwa aku akan membahagiakannya, kita lihat surga atau neraka yang akan dialami oleh putri kalian.” Firmansyah tertawa-tawa sendiri di ruangannya mendengar kebodohan Samsuar dan Novi. Dia sudah menduga, bahwa pasangan suami istri itu akan menyetujui apa yang dia tawarkan.
Sesekali Firmansyah menenggak The Winston Cocktail yang dicampur dengan es batu dari sloki. Dia memang menyimpan beberapa merk minuman keras di ruang kerjanya, sewaktu-waktu dia ingin menghilangkan penat dari pikiran maka dia akan mengkonsumsinya. Setelah dia mendapatkan rasa hangat di badannya, dia menyimpan kembali minuman di lemari penyimpanan kemudian menyambar kunci mobil dan bergegas meninggalkan ruangan kerjanya.
**********
Setelah 20 menit kemudian, Firmansyah sudah berdiri di depan sebuah apartemen. Dengan tidak sabar dia menekan bel masuk berkali-kali. Tidak lama kemudian seorang wanita yang mengenakan pakaian kurang bahan memberikan akses masuk pada Firmansyah. Tank top warna biru dongker dengan leher rendah yang dia kenakan siang ini, tampak kontras dengan kulitnya yang putih. Gumpalan pa****ra tampak menyembul dari bawah leher yang jenjang. Tangan Firmansyah langsung memegang pinggang wanita itu, dan langsung bergerilya di bagian atas tubuhnya.
Wanita itu seperti ogah-ogahan dan berusaha menyingkirkan tangan yang mulai kurang ajar merambah kepemilikannya.
“Santi aku sedang hor** saat ini. Ayo layani aku seperti biasanya.” Bisik Firmansyah di telinga wanita yang dia panggil dengan sebutan Santi.
“Ahhh…, kapan kamu mulai bisa memperlakukanku layaknya wanita yang memiliki martabat Firm,” tanya Santi pada Firmansyah dan berusaha menolak ekspansinya di sekujur tubuhnya.
Sesekali terdengar suara de***an yang terlontar dari mulutnya. Dia selalu begitu, mulutnya selalu menolak perlakuan Firmansyah yang selalu memperlakukannya seperti wanita penghibur, tetapi bahasa tubuhnya selalu mengisyaratkan hal yang sebaliknya.Dia sangat mencintai laki-laki itu tanpa syarat, tapi Firmansyah selalu menganggapnya hanya mengincar hartanya. Hingga sampai detik ini, Firmansyah berapapun uang yang dia inginkan, tanpa perlu merayu Firmansyah akan memberikannya.
Karena ketidak mampuan tubuhnya menahan desakan dari Firmansyah, tidak membutuhkan waktu lama kedua
tubuh itu akhirnya terjerat dan terjalin menjadi satu. Setelah menyalurkan kebutuhannya, Firmansyah mengirimkan sejumlah nominal uang melalui mobile banking pada Santi.
Mendengar ada suara notifikasi dari ponselnya, Santi mengabaikannya dan hanya tersenyum kecut kemu ian mencoba bangun dari posisinya yang berada di atas tubuh Firmansyah. Tapi kedua tangan laki-laki dibawahnya itu, tidak mengijinkannya dia merusak posisi kenik***an yang dia rasakan.
“Fir…, sekali lagi aku tegaskan. Aku tidak membutuhkan uangmu, aku membutuhkan ragamu untuk selalu hidup bersamaku.” Ucap Santi memprotes tindakan Firmansyah.
“Tetapi yang selalu aku dapatkan adalah, bahwa kamu akan membayarku setiap kali kamu melampiaskan ***sumu padaku. Aku layaknya seorang pelacur Fir, tidak ada bedanya.” Lanjut Santi mengungkapkan perasaannya pada Firmansyah.
“Apa lagi yang kamu inginkan Santi. Bukankah ini adalah kesepakatan awal dari saat kita memutuskan dalam satu relationship. Aku tidak bisa menjanjikanmu sebuah pernikahan, tapi ragaku akan selalu bersamamu saat kamu membutuhkanku.” Kata Firmansyah sambil berusaha mendaratkan bibirnya yang tebal ke bibir Santi.
Santi melengoskan kepalanya ke samping, sehingga bibir tebal itu mendarat di pipinya. Tiba-tiba Firmansyah mendorong tubuh Santi tanpa peringatan, sampai punggungnya membentur pinggiran sofa.
“Aduh,” Santi memekik kecil. Tangannya mengelus punggungnya.
“Kamu jahat Fir, kamu selalu kasar jika aku menanyakan kelanjutan hubungan kita,” seru Santi sambil meringis kesakitan.
Tanpa memberikan jawaban, Firmansyah langsung memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai kemudian membawanya ke kamar mandi. Setelah 10 menit berlalu, dia sudah keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang sudah rapi. Tanpa pamit, Firmansyah meninggalkan Santi sendirian yang saat ini masih *****jang **lat tanpa mengenakan pakaian. Santi hanya terdiam meneteskan air mata melihat punggung Firmansyah yang perlahan menghilang di balik pintu. Namun meskipun hatinya sakit, dia tidak memiliki kemampuan untuk meninggalkan laki-laki itu.
**********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments