PERTEMUAN TAK DISANGKA: Keberuntungan Naura
Samsuar dan Novi terlihat sedang berbincang serius di ruang keluarga. Saat ini perusahaan keluarga yang diwariskan kepada Samsuar sedang mengalami kesulitan keuangan. Berbagai upaya sudah dilakukan Samsuar dengan melakukan Initial Public Offering (IPO), mengeluarkan obligasi, dan hutang pada Lembaga keuangan
konvensional untuk mendapatkan injeksi pendanaan. Namun, sepertinya nasib baik belum berpihak padanya.
“Bagaimana ma, apakah mama ada ide untuk disampaikan pada papa? Papa sudah tidak memiliki cara apapun untuk menyelamatkan perusahaan kita.” Samsuar tampak memijit pelipisnya.
Berhari-hari dia memikirkan cara bagaimana melepaskan perusahaan dari kewajiban pembayaran hutang jangka pendek perusahaan, dan mempertahankan kegiatan operasional perusahaan.
“Apalagi mama pa, tersingkir dari lingkungan sosialita saja sudah menjadikan mama tidak dapat tidur berhari-hari. Kenapa papa tidak mencoba mendapatkan bantuan pendanaan dari kolega-kolega papa.” sahut Novi istri Samsuar.
“Ya ampun ma…., ma…… Dalam situasi seperti ini, kamu masih berpikir tentang lingkungan sosialita. Apa sih yang kamu dapatkan dari mereka selama ini? Mereka seperti teman-teman papa kan, mereka menyingkir di saat perusahaanku dalam keadaan terpuruk.” Samsuar tersenyum kecut.
Dia masih teringat bagaimana dia mencoba untuk meminta bantuan kolega-koleganya, lebih dari lima kolega menawarkan bantuan dengan persyaratan akan take over perusahaan.
“Jangan remehkan teman-teman Novi pa, mereka selama ini selalu ada menemani mama. Bahkan saat papa sibuk dengan urusan perusahaan, mereka selalu ada untuk mama,” Novi berusaha membela gank sosialitanya.
“Iya papa tahu ma, mereka ada karena mama ada uang. Tapi, coba kalau mama tidak ada uang. Apakah mereka masih mau menemani mama?” ucap Samsuar sarkasme, dan Novi diam tidak menjawab pertanyaan suaminya.
Pasangan suami istri terdiam dalam pikiran masing-masing untuk beberapa saat. Tiba-tiba Novi tersenyum, dia teringat dengan Firmansyah teman mereka saat masih kuliah S1. Karena kala itu Novi memilih Samsuar yang lebih mapan secara ekonomi untuk menjadi suaminya, hubungan pertemanan di antara mereka menjadi renggang. Bahkan sampai saat ini dengan usianya yang sudah 58 tahun, Firmansyah masih memutuskan untuk menjalalani kehidupan lajang.
“Apa aku coba meminta bantuan pada Firmansyah ya?” Novi berpikir sendiri.
“Aku akan tanya mas Sam dulu, dia setuju atau tidak jika aku menghubungi Firmansyah untuk menanyakan kemungkinan bantuan.” Akhirnya Novi memutuskan sesuatu. Perlahan dia menggeser duduknya lebih mendekat pada suaminya. Suami yang telah menikahinya selama 30 tahun.
“Pa.., papa masih ingat tidak dengan Firmansyah teman kita dulu waktu kuliah S1?” tanya Novi hati-hati khawatir membangkitkan rasa cemburu di hati suaminya.
Samsuar menoleh ke arah Novi, berusaha menyelidiki maksud dari pertanyaan istrinya. Melihat tatapan selidik dari suaminya, Novi tersenyum kemudian memegang lengan dan menyandarkan kepala ke pundaknya.
“Pa, jangan menatapku seperti itu. Apa papa mencurigaiku? Kita ini sudah sama-sama tua pa, sudah memiliki tiga anak, yang bahkan dua diantaranya sudah saatnya menikah dan memberikan cucu untuk kita.” Novi berusaha menghapuskan rasa curiga suaminya.
Mendengar perkataan Novi, perlahan tatapan selidik Samsuar memudar kemudian dia Kembali mengalihkan pandangan ke depan.
“Ya, papa ingat dia. Terakhir papa ketemu Firmansyah kira-kira empat tahun lalu, saat papa dan dia sama-sama menghadiri rapat koordinasi Persatuan Pengusaha Retailer Indonesia (PPRI) yang kala itu diselenggarakan di Surabaya. Firmansyah saat ini menjadi pengusaha yang sangat disegani di Semarang.” Kata Samsuar pelan, dan menyampaikan pertemuannya dengan eks pesaing dalam mendapatkan istrinya.
“Kenapa tiba-tiba mama menanyakan Firmansyah,” Samsuar balik bertanya.
Novi tersenyum kemudian menghela nafas sebentar.
“Iya, mama tahu kalau Firmansyah saat ini menjadi pengusaha sukses di Semarang. Teman-teman mama yang pada jablay dan kesepian itu sering membicarakannya, tapi mama pura-pura tidak mengenalnya kalau mereka membicarakan tentang Firmansyah. Bulan lalu, tidak sengaja mama ketemu dia saat lagi jalan sama Naura di shopping Arcade, dan dia sempat memberi kartu namanya.” Novi menceritakan pertemuan tidak sengaja dengan Firmansyah. Naura adalah putrinya yang nomor dua, yang saat ini sedang menempuh kuliah semester enam pada sebuah perguruan tinggi di kota Semarang.
Samsuar kembali memperhatikan istrinya.
“Mama mau menghubungi kembali Firmansyah untuk meminta bantuan, atau ingin mengulang lagi saat-saat dulu.” Tanya Samsuar pelan, yang tiba-tiba terbersit rasa cemburu di hatinya. Apalagi dia juga tahu, dulu Novi memilihnya karena dia lebih mapan daripada Firmansyah saat itu. Dia berpikir, Novi saat ini bisa meninggalkannya karena kemapanan Firmansyah saat ini.
“Papa mulai lagi deh. Ya sudah, daripada kita ribut atau papa mencurigai Novi, mending tidak perlu dianggap ada permbicaraan kita dari tadi,” Novi mulai merajuk karena merasa dicurigai suaminya.
Samsuar tersenyum kemudian merangkul istrinya yang sudah tidak muda lagi. Dia berpikir benar apa yang dikatakan istrinya, mereka sudah tidak muda lagi dan sudah tidak penting rasa cemburu atau tidak. Yang lebih penting adalah bagaimana mereka bisa bertahan hidup.
“Maafkan papa ya ma. Setelah tadi papa berpikir, kita memang tidak memiliki ide cara lain untuk saat ini. Papa setuju jika mama mencoba untuk meminta bantuan Firmansyah.” Ucap Samsuar sambil tersenyum untuk menenangkan Novi.
“Baik pa, segera nanti mama hubungi Firmansyah dan membuat janji ketemu. Sekarang kita ke kamar yuk, mama sudah mengantuk” kata Novi mengajak suaminya untuk istirahat.
Pasangan suami istri itu sedikit memiliki harapan untuk menyelamatkan perusahaan, dan kelangsungan masa depan anak-anak mereka. Berdua mereka meninggallkan ruang keluarga dan berjalan masuk ke dalam kamar.
**********
Firmansyah mempelajari dokumen-dokumen shipping company bukti pengiriman barang dengan menggunakan kapal, yang diperkirakan dalam waktu dua minggu sudah akan berlabuh di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Sesekali jidatnya berlipat dan berkerenyit, saat dia menemukan kesulitan dalam memahami dokumen-dokumen
tersebut. Padahal pihak eksportir dari Kanada sudah menunggu dia melakukan approve, agar pihak mereka segera bisa mencairkan uang melalui Letter of Credit pada arriving bank di Kanada.
“Drtt…., drtt..,” tiba-tiba telepon seluler milik Firmansyah bergetar.
Firmansyah menghentikan aktivitasnya sebentar, kemudian menengok ke screen ponsel, dan terbaca nama Novi sedang melakukan panggilan. Melihat nama itu, hatinya sedikit berdesir tapi rasa untuk membalaskan rasa sakit hatinya lebih dari dua puluh tahun yang lalu jauh lebih besar. Perlahan dia mengambil ponsel di atas meja, kemudian menerima panggailan tersebut.
“Selamat siang Novi sayang, ada angin apa ini tiba-tiba mau berinisiasi melakukan panggilan terlebih dulu,” Firmansyah menyapa Novi dengan tersenyum smirk.
“Siang Fir…., maaf ya kalau aku mengganggu aktivitasmu hari ini,” sahut Novi basa-basi.
“Tentu saja tidak Nov, dari dulu kamu selalu menjadi prioritas utamaku. Tapi ternyata bagimu, bahkan namaku tidak pernah ada,” ucap Firmansyah mencoba membangkitkan masa lalu.
“Maaf Fir, kita saat ini sudah sama-sama tua. Sepertinya kurang bijak, jika kita masih berkutat dengan pikiran di masa dulu. Bisakah kita bicara dengan mengesampingkan masa lalu?” Novi berusaha menetralisir suasana pembicaraan mereka.
“Yap, pasti Nov. Okay…, abaikan perkataanku yang tadi ya. Aku hanya bercanda, he…he.. By the way… kira-kira ada agenda apa sampai kamu mau repot-repot menghubungiku?” tanya Firmansyah.
“Aku ingin meminta bantuanmu Fir. Tapi alangkah tidak etisnya jika aku menyampaikan via panggilan telepon. Bagaimana kalau kamu meluangkan waktu, sehingga aku bisa menemuimu.” Sahut Novi pelan.
“Pasti Nov…, okay nanti sore temui aku di Banaran Coffee ya. Aku tidak mau ribut dengan Samsuar kalau aku yang datang menemuimu.” Akhirnya Firmansyah bersedia untuk ketemu dengan Novi.
“Baiklah, terima kasih Firman. Nanti jam 15.30 aku pastikan akan menemuimu di Banaran Coffee. Dan aku akan minta pada anakku untuk menemani, agar menghindarkan kita dari fitnah orang lain.” Novi menyetujui rencana pertemuan mereka sore ini.
Akhirnya setelah mendapatkan kepastian pertemuan, Novi mengakhiri panggilan telponnya.
***************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Indahindah15
huaaaaa naura umur 20th firmansyah 58th. selisih banyak banget bun wkkwkwkkwkw
2021-10-08
2