Ipar Julid

Selang berapa hari. Semenjak Rio dan Rina mulai merasakan sedikit kebahagian. Rumah tangga mereka diuji dengan kehadiran adik ipar Rina, yang tak lain adik kandungnya Rio yang bernama Ira dan Salsa. Mereka mulai mengusik rumah tangga Rio dan Rina. Keduanya selalu meminta uang kepada Rio dengan alasan untuk keperluan orang tua mereka.

Seperti yang kita ketahui, rumah tangga Rio dan Rina serba kekurangan. Mereka berdua bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, anak-anak dan membayar kontrakan. Tetapi Ira dan Salsa selalu saja menelpon Rio meminta dikirimi uang. Padahal untuk memenuhi kebutuhan mereka saja masih kekurangan. Hal ini yang menyebabkan Rio dan Rina mulai bertengkar.

Pasalnya Rio sangat sayang kepada adik-adiknya, Rio selalu memanjakan mereka. Padahal mereka berdua sudah cukup dewasa. Dan seharusnya mereka sudah bisa bekerja sendiri tidak tergantung sama kakaknya Rio.

Tetapi kenyataannya berbeda.

Keesokan harinya, karena handphone Rio bermasalah sehingga adik-adiknya datang ke rumah, menanyakan keberadaan Rio.

"Tok... tok... tok..."

suara pintu diketuk

"Ya tunggu sebentar," teriak Rina dari dapur.

Rina membuka pintu dan melihat kedua adik iparnya datang ke rumah. Rina sangat terkejut lalu bertanya kepada mereka "ada apa ya? kenapa kalian ke mari?" Tanya Rina menaruh curiga.

"Kami datang ke mari mencari kakak kami. Dia sudah seminggu tidak datang ke rumah mamah. Kami ingin meminta uang, karena kami belum pada makan." Jawab mereka dengan sinis.

"Bukankah kalian sudah dewasa, sudah seharusnya kalian bekerja tidak bergantung sama suami saya." Rina kembali menegaskan. Mereka berdua tampak tidak senang mendengar ucapan Rina, seraya berkata: "Memangnya kami tidak boleh meminta uang sama kakak kami sendiri? Kenapa kamu larang, kami berhak kok." Ucap mereka dengan nada sinis.

"Meminta sih boleh, tapi tidak terlalu sering. Memangnya kalian tahu, kita juga masih serba kekurangan. Makanya aku saja bekerja di luar karena kebutuhan yang masih belum mencukupi. Ucap Rina.

"Itu urusan kalian, mana kami tahu, kalian punya uang atau tidak. Kami minta hak kami kok. Kenapa kamu yang rese? Ucapnya lagi masih dengan nada sinis.

"Kalian memang tidak tahu diri ya, tidak mau usaha hanya bisa meminta. Memangnya aku ini pohon duit kalian apa? Asal kalian tahu ya, setiap kalian minta uang ke kakak kalian bila ia tidak ada uang, kakak kalian mintanya ke aku. Jadi tolong kalian jangan selalu meminta. Cobalah mandiri." Rina kembali mengingatkan adik iparnya.

Akhirnya, dengan perasaan kesal mereka berdua pergi meninggalkan Rina yang sedikit emosi. Mereka mengancam akan mengadukannya ke kakak mereka. Setelah bertemu nanti.

Keesokan harinya lagi-lagi adik iparnya kembali menelpon Rio dan meminta untuk dikirimi uang. Tentunya Rina merasa kesal, ia saja meminta uang kepada suaminya untuk membayar listrik saja tidak diberikan. Sedangkan untuk adiknya selalu ada. Hal inilah yang memicu pertengkaran rumah tangga mereka.

"Mas, aku minta uang untuk bayar listrik saja tidak kamu berikan. Kamu selalu bilang tidak punya uang. Tetapi untuk adikmu selalu ada. Mereka kan sudah dewasa, sudah seharusnya mereka bekerja sendiri. Kita juga masih serba kekurangan, tetapi kamu selalu saja memanjakan adik-adikmu." Ucap Rina dengan sedikit kesal.

"Sudah kamu tidak usah ikut campur. Sampai kapanpun mereka tetap adik kandungku." Bentak Rio kepada Rina.

Dengan menangis Rina berlari masuk ke kamar. Pengorbanannya selama ini tidak dihargai. Ia merasa kecewa dengan suaminya. Ia harus bekerja keras mengurus anak, pekerjaan rumah bahkan ia juga harus bekerja di luar sana dan menitipkan anak-anaknya ke neneknya demi memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka.

Dialah yang harus berjuang sendiri menjadi tulang punggung untuk anak-anaknya. Sementara Rio, memang dia bekerja namun ia tidak pernah memberikan gajinya ke Rina. Semua kebutuhan Rina semua yang menanggung.

"Mah, aku minta uang jajan. Teman-teman aku semua pada jajan." Pinta Daffa sambil menadahkan tangannya. Rina merasa iba dan kasihan dengan anak-anaknya. Dia kurang memperhatikan kedua anaknya. Sehingga anaknya kurang mendapatkan kasih sayang darinya. Setiap hari dia harus pergi ke kantor. Bahkan di hari libur sekalipun dia selalu lembur dan pulangnya dia harus merapihkan rumah yang seperti kapal pecah, sehingga ia tak punya waktu untuk bercengkrama dengan kedua anaknya. Ia pernah berpikir untuk menggunakan jasa asisten rumah tangga. Namun ia mengurungkan niatnya, karena gaji yang diperolehnya tidak mencukupi untuk itu. Ia pernah mendiskusikan dengan suaminya akan keinginannya untuk berhenti dari pekerjaannya. Tapi suaminya tidak mengizinkan dengan alasan kebutuhan rumah tangga mereka sangat banyak. Ia tidak bisa bekerja sendirian.

"Mas, aku kasihan dengan anak-anak. Mereka kurang terurus. Aku sibuk kerja, makannya tidak terkontrol sehingga mereka sangat kurus. Aku berhenti saja ya dari tempat pekerjaan aku?" Pinta Rina sambil memandang kedua anaknya yang masih kecil-kecil.

"Sudah kamu bekerja saja, kebutuhan kita banyak. Memangnya aku sanggup bekerja sendirian." Sahut Rio yang sedang asyik bermain ponselnya. Rina kembali berkata "kamu tidak pernah memberi aku uang mas, aku juga ingin seperti istri orang- orang. Mereka selalu dinafkahi oleh suaminya."

"Kamu kan pegang uang, lagian gaji aku juga sudah habis buat aku beli rokok, beli bensin dan beli makan di tempat kerja. Sudah kamu tidak usah bawel. Kalau aku ada uang juga aku kasih ke kamu. Sekarang aku lapar, ambilkan sana makanan. Dari tadi kamu ngoceh mulu." Ujar Rio lagi.

Sambil menggerutu Rina melangkah ke dapur untuk mengambilkan sepiring makanan dan segelas air untuk suaminya.

"Ini mas makanannya, cuma ini yang kita punya." Ucap Rina sambil menyodorkan sepiring nasi ke tangan suaminya. "Beras di dapur juga sudah habis, sepulang kerja nanti kamu beli beras ya dan telur." Ucapnya lagi.

"Beli saja sana pakai uang kamu dulu, nanti aku ganti. Uangku tidak cukup." Sambung Rio yang asyik makan.

"Mah, aku minta uang jajan lagi dong. Aku ingin membeli susu kotak." Pinta Daffa lagi sambil mengajak temannya.

"Tuh kan mas, anak kita bentar-bentar minta jajan. Aku harus gimana?" Tanya Rina lagi.

"Ya, kamu kasihlah, masa sama anak sendiri pelit. Kamu kerja kan buat mereka, memang buat siapa lagi." Sahut Rio.

"Iya aku tahu, aku kerja buat mereka juga. Tapi uang aku kan sedikit, kamu tidak pernah memberiku uang." Ucap Rina lagi.

"Mah, cepetan teman-teman aku sudah menunggu." Pinta Daffa lagi.

"Sudah kamu kasih buruan, kasihan Daffa dari tadi sudah nungguin belum kamu kasih juga." Kata Rio lagi.

"Ini uang jajan kamu Daffa. Nanti, tidak usah minta uang jajan lagi ya!" Kata ibu kepada Daffa sambil memberikan selembar uang lima ribu.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!