Terpaksa Menjadi Janda
"Kamu dari mana." Tanya Rina kepada suaminya.
"Aku baru pulang kerja, kenapa kau mengintrogasi ku"? Sahut Rio dengan kesal.
"Apa itu Benar?" Tanya Rina lagi dengan raut wajah penuh curiga.
"Kenapa kau terus mencurigaiku?" Suami pulang kerja bukannya kau menyediakan makanan malah bertanya seperti itu." "Sudah aku cape, aku mau mandi dulu lalu istirahat tidur." Sahut Rio sambil membuka baju lalu bergegas masuk ke kamar mandi.
Dengan wajah muram Rina pun melangkahkan kakinya ke dapur. Lalu dia mengambil gelas dan membuatkan secangkir teh hangat untuk Rio suaminya.
Prank... (Rina menjatuhkan gelas yang berisi teh hangat lalu mengenai kakinya yang putih mulus itu).
"Aduh... sakit sekali". Rintihan Rina sambil meringis kesakitan.
Rio yang mendengar rintihan Rina bergegas keluar dari kamar mandi dan melihat keadaan di dapur. "Sedang apa kau di situ? kurang kerjaan saja? Tanyanya lagi sambil melirik ke arah Rina.
Mendengar pertanyaan Rio tadi, membuat Rina semakin kesal. "Sudah tau orang lagi kesakitan, bukannya ditolong malah diejek." (Sahut Rina dalam hati).
Hari pun sudah malam mereka akhirnya tertidur dengan pulas. Tiba-tiba terdengar suara bunyi telpon genggam, tak lain adalah suara telpon genggam dari Rio. Rio pun terbangun dari tidurnya dan mengangkat ponselnya. Telpon itu berasal dari seorang gadis yang sudah lama dipacari oleh Rio tanpa sepengetahuan istrinya. Mereka asyik berbincang-bincang di tengah keheningan malam. Mereka membicarakan tentang rencana perjalanan mereka ke luar kota untuk bertamasya. Tanpa memikirkan perasaan dari masing-masing pasangan mereka.
"Kamu belum tidur." Tanya Rina sambil menarik selimut. "Belum, ada tugas kantor yang harus aku kerjakan." Jawab Rio dengan santainya. "Oh, jangan terlalu larut, nanti kamu bisa sakit." Tanyanya lagi. "Iya, sebentar lagi juga aku tidur." Sahut Rio lagi. Setelah Rina kembali tertidur mereka pun mulai berkomunikasi kembali.
Hampir jam dua pagi mereka menghabiskan waktu mereka melalui telpon. Sampai akhirnya Rio tertidur sambil menggenggam ponsel di tangannya.
Pagi harinya Rina pun bangun dari tidurnya seperti biasa ia melanjutkan rutinitasnya sebagai seorang istri dan ibu dari dua anaknya yang masih kecil-kecil. Ia membersihkan lantai dan mencuci pakaian serta dapurnya yang masih kotor bekas pecahan gelas semalam.
Setelah pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga selesai, lalu ia membangunkan suami dan anak-anaknya.
"Daffa, ayo bangun. Hari sudah siang, kamu harus berangkat sekolah."
Teriak Rina sambil membangunkan putranya yang tertidur dengan pulasnya."
"Lima menit lagi mah, aku masih mengantuk." Sahut Daffa sambil menarik kembali selimutnya.
"Nanti kamu terlambat lagi Daffa." Sambungnya lagi.
Sementara itu putri kecilnya yang masih berusia empat tahun menangis karena pakaiannya basah akibat mengompol.
"Sayang, kenapa Kamu mengompol lagi." "Bukankah mamah sudah bilang, kalau kamu mau pipis, kamu bilang jangan diam saja. Rina kembali mengingatkan putri bungsunya yang masih menangis.
Lalu Rina membawa putri bungsunya bergegas ke kamar mandi untuk memandikannya. Setelah memandikan Putri bungsunya, ia pun menyiapkan sarapan pagi.
"Mas, Daffa, kalian belum juga bangun? "
" Kamu tidak kesiangan mas berangkat ke kantor?"
"Daffa, ayo kamu juga bangun, lekas sana mandi. kamu harus berangkat sekolah." Kata Rina sambil mengambilkan seragam sekolah putranya.
Lalu mereka berdua pun bangun dari tidurnya, "Daffa, sana kamu mandi duluan. Nanti mobil jemputanmu keburu datang kamu belum siap." Ucap Rio kepada putranya.
"Baik pah, aku mandi duluan ya..."
Ucap Daffa sambil mengambil handuk lalu mandi.
Setelah semuanya sudah rapi, mereka pun sarapan bersama.
"Pah, nanti belikan aku sepeda baru ya. Sepeda lamamu sudah rusak. Teman-teman aku sepedanya pada bagus-bagus, hanya sepeda aku yang jelek." Pinta Daffa penuh harap.
"Sepeda kamu kan masih bisa digunakan Daffa, tidak usah beli lagi. Keuangan kita tidak banyak, kita harus berhemat jangan boros." Timpal Rina sambil membereskan piring di atas meja makan.
"Belikan saja mah, kasian Daffa sepedanya sudah jelek. Kita kan bisa kredit." Ucap Rio membela putranya.
"Betul mah, belikan aku sepeda baru ya." Sambungnya lagi.
"Kamu selalu memanjakan anak-anakmu mas, kamu sendiri kan tahu keuangan kita tidak banyak. Kita harus berhemat agar bisa memenuhi kebutuhan kita sehari-hari."Ucapnya lagi.
"Kapan lagi sih menyenangkan anak, toh kita kerja juga untuk mereka. Sudah kamu jangan banyak berfikir, rezeki sudah ada yang ngatur." Kata Rio kepada istrinya.
Tiin... tiin ... tiin
Tiba-tiba dari luar terdengar klakson mobil jemputan berbunyi. "Daffa, mobil jemputan mu sudah tiba. Lekas kamu berangkat sekolah."
Perintah ibu kepada Daffa sambil membawakan tasnya ke dalam mobil.
Mah... Pah... aku berangkat dulu ya. Ucap Daffa sambil mencium tangan ayah dan ibunya.
"Hati-hati ya Daffa, kamu belajar yang benar, jangan nakal di sekolah." Kata ibu kepada Daffa.
"Tenang saja mah, aku pasti belajar dengan tekun dan jadi anak yang rajin." Ucap Daffa sambil melambaikan tangannya ke luar jendela mobil.
"Mas... ayo antarkan Diva ke tempat mamahku, lalu ke tempat kerjaku. Nanti aku ada rapat di tempat kerjaku, jadi pulang agak sore. Kalau kamu pulang cepat jemput aku ya mas." Pinta Rina.
"Iya... nanti kalau aku pulang cepat, aku jemput kamu. Ayo kita berangkat, sudah hampir siang."
Ucap Rio sambil menyalakan motornya.
Dalam perjalanan ke rumah orang tua Rina, Rio berkata kepada Rina. "Kamu punya uang ga? Aku pinjam dulu sini, bensin aku sudah habis dan juga nanti buat beli makan siang aku di kantor."
"Tapi mas, uang aku tinggal sedikit. Hanya cukup untuk keperluan transport aku bila kamu tidak bisa jemput aku." Sahut Rina dengan wajah memelas.
"Nanti juga aku gantiin jika ada uang. Memangnya kamu mau aku di rumah aja tidak usah kerja." Rio kembali menegaskan.
"Tapi kamu janji ya, akan gantiin uang transport aku! Aku tidak punya uang lagi soalnya. Kalau kamu tidak ganti aku tidak bisa berangkat kerja." Ucap Rina penuh lirih.
Sesampainya mereka di rumah orang tua Rina, mereka menitipkan putri bungsu mereka ke orang tua Rina untuk dijaga, selama mereka bekerja di luar."
"Bu, aku titip DiVa ya... Nanti siang, sepulang dari kantor aku jemput Diva." Ucap Rina sambil meletakkan perlengkapan Diva di atas kursi.
"Iya... kamu seharusnya tidak usah kerja, kasihan anak-anakmu masih pada kecil. Mereka butuh kasih sayang dari kamu." Ucap ibu kepada Rina.
"Mau bagaimana lagi Bu, keperluan rumah tanggaku sangat banyak, Daffa harus bersekolah, dan biayanya lumayan mahal. Kalau aku tidak kerja, bagaimana bisa aku memenuhi kebutuhan rumah tanggaku Bu." Ucap Rina dengan sedih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Tiana
kasihan
2023-11-14
0