EP 4

Begitu mereka sampai di mobil pria itu, mobil Jaguar tipe S putih yang elegan, Hans membantu Lana untuk memasukkan kopernya ke bagasi- meski membiarkan gadis itu untuk membuka pintu sendiri untuk masuk ke mobil. Tidak mengherankan untuk seorang Hans Alexander untuk mengemudikan mobil semewah ini, karena memang Hans dan Sasha sudah terlahir kaya walaupun sekarang mejadi lebih kaya raya. Mendiang ayah mereka mewariskan harta yang berlimpah. Tetapi Hans tidak seperti Sasha yang merasa cukup puas dengan harta warisan mereka. Hans ingin mengasah kemampuan dirinya sehingga ia sempat menolak untuk memakai bagian dari warisannya dan bekerja sangat keras sehingga ia mampu memiliki apa yang ia peroleh saat ini.

Itu adalah satu dari sekian banyak hal yang Lana kagumi dari pria itu. Tetapi kekaguman itu tidak berlangsung lama ketika Hans melemparkan ucapan tanpa ragu-ragu ke gadis ini.

"Bagaimana kabar kekasihmu?" ucap Hans sementara ia melajukan mobilnya ke arah jalan raya.

"Aku tidak punya kekasih." sahut Lana sambil berusaha mengelap keringat walaupun udara di puncak lebih sejuk daripada di ibukota.

"Tidak punya? Tapi kau ingin punya, ya kan?" Hans menyesuaikan posisi kaca spion ketika berhenti di lampu merah.

"Dia atasanku. Hanya itu."

"Sayang sekali. Kau nyaris tidak mampu mengalihkan tatapanmu darinya tempo hari ketika aku mampir ke kantormu."

"Dia tampan." ujar Lana dengan tekanan yang disengaja. Lana berusaha untuk tidak menatap ke arah Hans ketika lelaki itu mampir ke kantornya tempo hari, sehingga ia berusaha untuk menatap bosnya yang tak lain adalah Ryan. "Hanya saja kau tahu apa yang terjadi sesungguhnnya." batin Lana.

Alis Hans terangkat. "Hanya bermodalkan tampang tidak akan membuatnya sukses." katanya pada Lana.

"Ah, iya. Kau pasti tahu itu karena kau sudah bekerja setengah dari hidupmu." balas Lana dengan tak mau kalah.

"Tidak sampai setengah, umurku baru 33 tahun."

"Sudah bau tanah..."

Hans melirik Lana. "Kutebak umurmu sudah 25 tahun, benar? dan belum pernah bertunangan?"

Hans tahu ucapan itu akan menyakitkan. Lana mengalihkan tatapannya ke arah jendela mobil. Sampai beberapa bulan lalu, Lana kelebihan berat badan sekitar 25 kilogram dan sangat tidak memperhatikan cara berbusana ataupun riasannya. Bahkan hingga sekarang, ia masih tidak tahu cara berpakaian yang pantas. Lana masih saja menyembunyikan tubuhnya dibalik pakaian yang besar dan longgar sehingga tubuhnya yang sudah bagus itu masih saja tertutupi. Lana melipat tangannya ke dada dengan sikap defensif.

"Aku tidak bisa menghadapi ini. Tiga hari berada di dekatmu bisa berakhir dengan mengikuti terapi seumur hidupku." ujar Lana sembari menggertakan giginya.

Ternyata Hans malah tersenyum mendengar perkataan gadis yang duduk disampingnya." Itu cukup berharga untuk menahan diri bersamamu selama tiga hari."

Lana menyilangkan kakinya dibalik rok panjangnya dan berkonsentrasi pada jalanan. "Sasha berjanji dia akan menjemputku," gumamnya, mengulangi ucapannya sendiri.

"Dia bilang kau akan sangat senang jika aku yang menjemputmu." sahut Hans dengan tatapan menusuk. "Kau masih suka padaku, ya kan?" tanyanya dengan nada sinis.

Lana melongo. "Sasha bohong! Aku tidak bilang aku akan senang jika kau menjemputku." serunya marah.

"Aku datang hanya karena dia berjanji akan menjemputku. Tadinya aku akan menyewa mobil dan mengemudi."

Mata abu-abu Hans menyipit menatap wajah Lana yang memerah. "Itu namanya bunuh diri." gumamnya. "Atau pembunuhan, tergantung darimana kau memandangnya."

"Aku bisa mengemudi." elak Lana.

"Kau?" Hans terkekeh kecil sambil melajukan mobilnya lebih kencang melewati mobil lainnya yang bergerak lebih lambat. Mobil Jaguar keluaran terbaru itu menggeram laksana kucing besar sesuai namanya. Lana melirik pria itu dan melihat kegembiraan murni atas kemampuan mobilnya ketika mobilnya bisa menyelinap cepat di antara mobil-mobil lain yang lamban. Hans selalu menyukai mobil-mobil mewah  dan cepat, dan menurut gosip, wanita-wanita yang canggih dan cantik.  Tetapi sisi hidupnya yang itu selalu pria itu sembunyikan dari Lana. Seolah Hans menempatkannya jauh-jauh untuk selamanya dan bermaksud membuatnya tetap di sana.

"Setidaknya aku tidak mempermalukan pengemudi lain dengan melesat melewatinya dengan kecepatan jet tempur!" seru Lana marah. Lana memang berbicara melantur, dan itu terjadi hanya sepuluh menit bersama pria itu. Dengan hati mendidih, Lana berpaling lagi ke arah jendela sehingga tidak perlu melihat Hans.

"Aku tidak melesat. Aku masih mematuhi batas kecepatan," balas Hans.

Hans melirik ke arah spedometer, tersenyum kecil dan memperlambat laju mobil. Ia melirik ke arah Lana dengan rasa penasaran.

"Kau terlihat jauh lebih kurus, aku nyaris tidak mengenalimu ketika aku mampir menemui Ryan tempo hari."

"Benar, aku terlihat berbeda ketika aku masih gemuk."

"Kau tidak pernah gemuk. Kau montok. Ada bedanya." balas Hans marah mendengar perkataan Lana.

Lana menatap sekilas ke arahnya. " Aku sangat kegemukan. Dan kaum pria lebih suka membelai tubuh wanita yang kurus. Ya, kan?"

"Dulu kau kurang percaya diri. Sekarang juga masih. Tidak ada yang salah dengan dirimu kecuali lidah tajammu itu." tambah Hans

"Lihat siapa yang mengeluh."

"Kalau aku tidak berteriak, tidak ada yang mendengarkan." ucap Hans.

"Kau tidak perlu berteriak," Lana mengoreksi. "Kau cuma perlu untuk menatap orang lain. Hanya itu dan orang akan lari terbirit-birit."

"Aku berlatih cukup lama di cermin kamar mandiku." Hans tersenyum bangga.

Lana yang mendengarkan ucapan bangga Hans, tidak mempercayainya dan memutar bola matanya dengan malas.

"Kau harus memikirkan kostum Halloween." gumam Hans ketika ia membelokkan mobilnya.

"Untuk apa? Apa kau akan menyewaku untuk pesta-pesta?" gerutu Lana.

"Untuk pesta Halloween bulan depan. Sasha sudah mengundang puluhan orang untuk datang dan mengenakan topeng atau kostum tolol." sahut Hans dengan rasa jijik yang disembunyikan.

"Kau akan muncul sebagai apa?" tanya Lana penasaran.

Hans menatap Lana dengan sorot tidak peduli. " Aku akan datang sebagai seorang CEO yang sukses."

"Wah, aku tidak bisa membantah itu." kata Lana malas.

Lana memutuskan untuk berdiam diri dan menikmati perjalanan yang mulus di dalam mobil mewah yang tidak pernah ia nikmati. Lana juga terkenang akan kedua orang tuanya yang meninggal karena tenggelam di pantai ketika mereka memutuskan untuk berlibur tipis-tipis. Liburan yang seharusnya menyenangkan berakhir tragis ketika ombak besar tiba-tiba datang dan menyeret kedua orangtuanya. Orang tuanya tidak melihat adanya bendera-bendera merah yang tertancap di sekitar pantai yang merupakan peringatan adanya gelombang pasang surut berbahaya yang bisa menenggelamkan perenang berpengalaman sekalipun. Lana masih teringat betapa menakutkan kejadian yang berlangsung sangat cepat itu. Kejadian yang meninggalkan trauma dalam  di dirinya.

Hans yang mendapat kabar tersebut langsung bergegas datang dan membantu membereskan segalanya dan membawa Lana. Aneh,betapa banyak tragedi dan krisis yang Hans lihat Lana lewati selama tahun-tahun itu.

"Ibumu adalah wanita yang lembut. Ayahmu juga sosok laki-laki baik yang mencintai keluarganya. Aki ikut prihatin kau kehilangan sosok mereka dalam usia yang masih muda." ucap Hans tiba-tiba memecah keheningan.

Lana sangat kaget ketika Hans dapat mengetahui apa yang ia pikirkan dalam keheningan. Sudah delapan tahun berlalu dan Lana sering berusaha untuk mengingat-ingat kejadian menyenangkan bersama kedua orangtuanya. Namun kejadian itu membekas dan meninggalkan luka yang sangat dalam bagi Lana. Lana juga tidak memiliki siapapun untuk membagi dukanya. Karena ketika ia bersama dengan Sasha, sahabat satu-satunya, ia akan lebih sering mendengarkan Sasha daripada berbicara. Karena memang Sasha Alexander adalah orang yang ceria, manja dan sangat mendominasi. HIngga saat ini, kalau Lana teringat akan kedua orang tuanya, ia hanya akan berdoa di dalam kamar dan menangis sendirian.

"Aneh ya, kau tidak mirip salah satu dari mereka. Tidak ada pria waras yang menyebutmu lembut." kata Hans pedas.

"Hentikan saat ini juga, Hans. Aku juga bisa mengatakan banyak hal tentang dirimu."

"Apa? Bahwa aku memesona, cerdas, tampan dan merupakan perwujudan atas doa seorang perawan?" Hans mencibir dan melirik Lana ketika ia membelok ke jalan yang merupakan arah ke perkebunan.

"Yang justru menimbulkan pertanyaan lain. Apakah kau sudah tidur dengan atasanmu yang berotak kosong itu?" tanya Hans dengan nada tidak suka.

" Dia tidak berotak kosong dan aku tidak harus memberitahumu apakah aku sudah tidur dengannya atau lelaki lain."

ucap Lana sewot.

"Dia suka makan tahu dan quiche, dia mengemudi mobil convertible merah yang tidak jelas tahun pembuatannya, dia suka bermain tenis, dan tidak tahu cara untuk memprogram komputernya tanpa harus menghancurkan sistemnya."

Pengetahuan itu terlalu mendetail jika sekadar berasal dari catatan singkat. Mata lana menyipit. "Kau mengecek semua latar belakangnya!" tuduh Lana dengan yakin.

Hans hanya tersenyum dan  itu bukan senyuman yang menyenangkan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!