"WHAT?!"Lily sungguh kaget dengan apa yang dikatakan sahabatnya itu.
"Menikah?! Dengan siapa? Bosmu yang tadi?!"Tanya Lily beruntun.
"Tenanglah Lily. Bukan. Kau pasti tidak percaya kalau aku tadi bertemu dengan Tuan Nathan. Aku tidak pernah tahu jika Tuan Aiden kenalan Tuan Nathan."Ucap Daisy.
"Lalu?"
"Aku tidak sangka jika dia masih mengenaliku. Dia pasti sudah mencari informasi tentang diriku. Tadi saat aku bekerja, dia datang ke kafe dan menarikku untuk berbicara di dalam mobilnya. Dia bilang kalau dia sungguh menyesali perbuatannya. Jadi sebagai gantinya, dia ingin menikahiku."Ucap Daisy.
Lily tiba-tiba bertepuk tangan. "Bukankah itu bagus? Dia tahu kesalahannya. Itu bisa jadi kesempatan besar untukmu belum lagi dia pasti belum tahu kalau kau sedang hamil anaknya kan?"
"Itu benar. Tapi aku tidak yakin. Aku sangat takut. Aku dengan dia sangat bertolak belakang seperti hidup di dua dunia berbeda. kau juga pasti tahu jika sudah berhubungan dengan orang-orang kelas tinggi, itu pasti akan sangat berat bagi orang awam sepertiku..."Ucap Daisy.
"Memang benar sih. Tapi apa salahnya jika kau mencoba untuk menerimanya? Apa kau sanggup membiarkan anakmu hidup tanpa seorang ayah? Aku bukannya bermaksud untuk memaksamu. Menurutku Tuan Nathan orang yang cukup baik?"Ucap Lily memberikan pendapat.
Daisy memilih diam dan dia begitu pusing.
"Entahlah Lily. Dia tadi memberiku waktu seminggu untuk memikirkannya. Dia akan datang lagi di minggu berikutnya untuk menemuiku."Ucap Daisy.
"Kau hadapi saja. Jangan terus merendah seperti itu."Ucap Lily menyemangati.
"Iya, benar. Terima kasih Lily. Aku juga merasa tidak enak karena sudah banyak merepotkanmu. Aku akan mencari uang lebih banyak lagi agar aku segera mencari tempat tinggal baru."Ucap Daisy.
Lily sejenak mengkerutkan keningnya.
Dia tadi tidak mendengar omonganku ya?
"Jangan bekerja terlalu keras. Pikirkan juga kesehatan anakmu. Sekarang kita makan malam yuk! Aku sudah beli makanan untuk kita berdua."Ucap Lily.
Keesokan harinya, Daisy berangkat dengan perasaan kurang bersemangat. Dia juga sedikit takut jika dia harus bertemu dengan Nathan lagi.
Sesampai di kafe, Daisy mulai melakukan pekerjaannya. Tuan Aiden hari ini tidak akan datang ke kafe karena dia memiliki urusan di tempat lain.
Tak lama muncul seorang karyawan wanita yang berlagak seperti pesuruh dan memandang Daisy dengan rendah.
Wanita itu belum lama bekerja disini tapi dia sudah mendapatkan perhatian bos. Lihat saja bagaimana aku akan memperlakukanmu...
"Ehem, hei kau. Tolong kau cucikan piring di wastafel."Ucap Edith yang merupakan karyawan yang sombong tadi.
"Ah baik."Daisy hanya menurut dengan apa yang disuruh.
Daisy kaget karena piring kotor bertumpuk dengan sangat banyak. Dia pun segera mencucinya.
Hari ini padahal pengunjungnya tidak terlalu banyak tetapi Edith menyuruh Daisy melakukan banyak pekerjaan seperti mencuci piring, melayani pengunjung, membersihkan lantai dan banyak lagi. Daisy menyadari karyawan lain yang tersenyum puas kearahnya. Kebanyakan dari mereka cuma duduk-duduk santai tidak banyak melakukan pekerjaan seperti dirinya.
Tetapi jika tuan Aiden sedang berada di kafe, mereka pasti akan tiba-tiba bersikap rajin untuk mencari perhatian sang bos.
"Daisy, lantai di sebelah sana masih kotor. Gimana sih kau bersihkannya? Kau mau aku laporkan ke bos karena tidak becus?"Ucap Edith dengan angkuhnya.
"Aku tadi sudah membersihkan lantai itu dengan sangat bersih."Ucap Daisy jujur.
Edith kemudian menarik tangan Daisy dengan kasar menuju lantai yang dikatakannya kotor.
"Kau bilang lantai ini bersih?! Apa matamu itu sudah rusak? Lihat, banyak debu disini! Bersihkan sekarang!"Ucap Edith sambil mendorong-dorong tubuh Daisy.
Hari ini Daisy sedikit lesu dan perasaannya sedang tidak bagus. Dia juga sangat lelah mungkin karena efek sedang hamil.
Apa? Bagaimana bisa lantainya kotor lagi? Pasti mereka yang sengaja membuat lantainya kotor lagi kan!
"Kenapa tidak kau saja yang bersihkan? Aku sudah melakukan banyak pekerjaan. Jika aku saja yang bekerja kan tidak adil? Kalian juga karyawan sama sepertiku."Ucap Daisy.
"Heh, kami karyawan yang sudah lama. Sementara kau masih baru. Sudah sepantasnya senior seperti kami menyuruhmu."Ucap Edith tersenyum licik.
"Jadi anak baru saja sudah berlagak. Kau seharusnya menuruti perintah kami."Ucap karyawan yang lain.
Daisy sempat mengapal tangannya merasa begitu geram. Rasanya dia ingin membalas orang-orang itu.
Tiba-tiba ada satu karyawan yang sengaja menumpahkan bekas minuman kopi ke arah kepala Daisy hingga tumpahan itu mengotori rambut dan sebagian pakaian seragamnya.
"Ups. Aku tidak sengaja. Habisnya tanganku licin. Maaf ya Daisy."Ucap salah satu karyawan itu sedikit menahan tawanya. Sementara yang lain malah tertawa kencang menonton pertunjukan yang memuaskan mata mereka.
"Apa yang kalian lakukan? Apa kalian mau aku laporkan ke bos kalian karena sudah membully wanita ini?"Ucap suara seorang wanita tiba-tiba.
Daisy segera mengalihkan pandangannya ke arah suara wanita itu. Dia membulatkan matanya karena mengenali wanita itu. Wanita itu tak lain adalah wanita yang tidak sengaja menyenggolnya sewaktu di rumah sakit.
Sejenak semua karyawan terdiam merasa takut. Mereka sempat mengenali wanita itu.
"Maaf Nona, kami tidak bermaksud. Kami hanya menyuruh yang sepantasnya kepada junior kami."Ucap Edith.
"Junior katamu? Kalian kira ini sekolah? Tidak ada yang dibedakan disini. Kalian benar-benar keterlaluan. Jika kalian tidak segera meminta maaf kepada teman kalian, maka aku terpaksa mengadukan hal ini pada bos kalian."Ancam wanita bernama Jessy itu.
"Jangan! Baik Nona, maafkan kami. Daisy, tolong maafkan perbuatan kami..."Ucap Edith terlihat tidak ikhlas. Ekspresinya terlihat terpaksa dan keberatan.
Daisy hanya diam dan dia tahu ekspresi yang ditunjukkan Edith tidaklah tulus.
Sial, kenapa dia diam saja? Apa dia mau balas dendam kepadaku?
"Aku akan memaafkan kalian jika kalian tulus meminta maaf."Ucap Daisy.
Edith dan karyawan yang lainnya tercengang.
Dasar perempuan rendahan!
"Baik, baik. Tolong maafkan kami Daisy. Kami berjanji tidak akan mengulangi perbuatan kami lagi...kami mohon ya...kami benar-benar tulus meminta maaf..."Ucap Edith dan karyawan yang lain juga ikut meminta maaf.
"Baik, ku maafkan."Ucap Daisy.
"Terima kasih Daisy."Ucap karyawan yang lain.
"Jadi namamu Daisy ya? Bisa kita bicara sebentar?"Pinta Jessy.
"Ah, bisa Nona."Ucap Daisy sedikit canggung.
"Kemarilah. Ada hal sedikit yang ingin kutanyakan kepadamu. Nama margamu Wilson kan?"Tanya Jessy.
"Iya benar."
"Kenalkan, namaku Jessy Rodriguez."Ucap Jessy sambil mengulur tangannya meminta untuk berjabat tangan.
Daisy tersentak. Nama belakang wanita itu jelas tidak asing.
"Oh...Nona Rodriguez? Jangan bilang anda..."
"Benar. Aku adalah putri dari keluarga Rodriguez sekaligus kakak kandung Nathaniel. Adikku sudah menyampaikan padaku bahwa kau wanita yang akan dinikahinya. Jadi, aku pasti adalah calon kakak iparmu, bukankah begitu?"Ucap Jessy tersenyum.
Kakak ipar?!
"Tunggu nona, sepertinya anda salah paham. Saya...tidak berniat untuk menikah dengan Tuan Nathan."Ucap Daisy sedikit takut.
"Apa? Kenapa? Apa adikku tidak cukup pantas?"Tanya Jessy heran.
"Tidak! Bukan! Justru sebaliknya! Sayalah yang tidak pantas untuk Tuan Nathan...saya hanyalah orang rendahan...mana mungkin saya pantas untuk menjadi istrinya..."
Next....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Kar Genjreng
masih menyimak Thor
2021-11-03
0
Moly
Lanjut
2021-10-11
0