"Pah, Mah,,,Ody dapat panggilan kerja sebagai asisten chef di Blue Palace Hotel, Jakarta. Apakah boleh Ody ambil?" Tanya Melody pada Papa dan Mamanya pagi itu di sela sela mereka sarapan.
Beberapa waktu yang lalu Melody mempertimbangkan lagi panggilan kerja yang sebenarnya sudah dia terima dua bulan sebelum dirinya bertunangan, tapi dia tak mengambilnya, dan setelah surat panggilan itu datang lagi kemarin lewat surat elektroniknya, itu seperti sebuah kesempatan untuk Melody meninggalkan semua kesedihan yang terjadi di kota kelahiran nya.
"Wah..! Itu hotel bintang lima milik EmHa grup, keren kamu nak, bisa keterima disana, kalau Papah sih, terserah kamu saja, Papah mendukung apa pun langkah kamu selama itu baik." Kata Pak Malik papanya Melody bijaksana.
"Kalau mamah?" Melody melirik ke arah Anita sang mama yang masih belum mau bersuara, seperti sedang menimbang nimbang sesuatu, atau malah merasa berat bila harus berpisah dengan anak gadis satu satunya itu.
"Mamah juga selalu mendukung cita cita mu, apa lagi ini kesempatan baik dan merupakan peluang yang baik, tapi,,,, mama rasanya berat harus melepaskan kamu hidup sendirian di luar kota." Anita berkaca kaca saat membayangkan dirinya harus berpisah dengan putri satu satunya itu.
Rumah akan terasa sepi tanpa rengekan manja Melody dan celotehan celotehan nya.
"Mah, jarak Bandung ke Jakarta lewat darat itu hanya membutuhkan waktu kurang dari tiga jam saja, lewat cipularang malah paling sekitar dua jam, Ody bisa sering pulang, mamah dan papa juga bisa sering nengokin Ody ke sana." Melody beranjak dari tempat duduknya dan berhamburan memeluk mamanya.
"Sudah lah mah, anak kita itu perempuan, cepat atau lambat dia akan di bawa pergi oleh suaminya, anggap saja ini latihan" Pak Malik memandangi istri dan anaknya yang sedang berpelukan.
"Tapi, bagaimana dengan Azta, apa dia setuju kamu bekerja di luar kota?" Tanya mama nya hawatir kalau itu akan mempengaruhi hubungan pertunangan anaknya yang baru saja di laksanakan beberapa hari yang lalu itu.
"Kalau dia benar mencintai Ody, seharusnya dia mendukung dan mengijinkan Ody meraih cita cita yang sangat di impikan Ody !" Jawab Melody menjawabnya agak malas malasan, nyatanya dia memang malas membahas tentang laki laki itu, laki laki yang telah memberinya luka yang teramat dalam.
"Itu berarti Azta belum tau?" kata Pak Malik heran.
"Hmm,,, bisa gak kalau papa dan mama merahasiakan ini dulu dari Azta?" Pinta Melody ragu ragu, dia tak ingin Azta akan mengganggu kerjanya kelak bila dia tahu dimana Melody bekerja.
"Ada apa nak, kalian bertengkar?" Tanya mama Anita dengan raut wajah yang serius, mencari tau apa yang terjadi dengan anak gadis nya.
"Sedikiiit...." Melody tersenyum palsu, padahal harinya sangat benci dan marah pada laki laki itu, andai saja orang tuanya tau apa yang sudah laki laki itu lakukan pada anak gadis kesayangan nya, pasti mereka tak kalah sakit dan kecewa seperti yang di rasakan Melody.
"Tak baik menumpuk masalah, segera selesaikan, kalian sudah bertunangan, pacaran pun sudah bertahun tahun lamanya,seharusnya sudah bisa saling dewasa dalam menghadapi masalah" Pak Malik menasehati anak semata wayang nya.
"Nanti Ody yang kasih tau Azta secepatnya, tapi Ody mohon mama sama papa jangan bicara apa apa tentang pekerjaan Ody sama Azta, yaaa,,, ya,,,,!" Rayu Melody yang tentu saja tak dapat di tolak oleh Malik dan Anita.
Dua hari kemudian, Melody sudah bersiap untuk berangkat ke Jakarta di antar Mama dan Papanya, karena Melody harus segera menemui kepala HRD hotel Blue Palace.
"Pah, mah, ini apartemen siapa?" Tanya Melody saat Pak Malik membawanya masuk ke sebuah apartemen yang lumayan mewah, apartemen dua kamar bergaya modern itu sudah di isi dengan perabotan lengkap.
"Ini apartemen untuk kamu, papah membelinya tiga tahun yang lalu buat investasi, sukurlah ternyata sekarang berguna juga. Anggap saja hadiah kelulusan kamu!" Pak Malik memasukan beberapa koper milik anaknya.
"Aaah,,,, makasih papaku tersayang ! dan ini...." Melody meloncat loncat kegirangan saat melihat dapur yang di isi dengan peralatan masak lengkap, itu lebih membahagiakan dari apapun, memasak adalah hidupnya.
"Kalau itu makasihnya sama Mama, sayang !" Anita tersenyum sambil membusungkan dadanya, seraya memberi tahu kalau alat alat masak itu hadiah dari nya.
"Mamah memang paling the best pokoknya !" Melody mencium pipi mamanya.
Suasana di apartemen mewah itu cukup hangat dengan keceriaan Melody dan cinta kasih orang tuanya.
Sejenak Melody melupakan kesedihannya karena Azta, bagaimana pun tak ada obat yang paling mujarab selain cinta kasih dari orang tua.
Pagi ini Melody sudah rapi dengan celana bahan warna hijau lumut, dipadukan dengan kemeja kuning pastel dan blazer berwarna serupa dengan celananya. Tak lupa sepatu hak tinggi dan tas yang sudah bertengger di pundaknya.Begitu pun Malik dan Anita, mereka juga lagi ini sudah rapi.
Melody akan pergi ke Blue Palace, sedangkan orangtuanya akan kembali ke Bandung.
Setelah drama perpisahan dan berjuta petuah dari papa mamanya, mereka berpisah, Melody melepas kepulangan orang tuanya, dari lobby apartemen, dia melambaikan tangannya dan bergegas pergi setelah mobil yang di tumpangi orang tuanya tak lagi terlihat.
Melody memilih berjalan kaki menuju hotel tempatnya bekerja, kebetulan letak apartemennya berada di tengah kota, dan hanya membutuhkan waktu kurang dari sepuluh menit untuk sampai ke tempatnya bekerja.
"Ups, maaf,,, !" seorang wanita muda dari dalam loby apartemen menabrak Melody yang berjalan dengan sedikit melamun.
"It's okay !" Melody tersenyum ke arah gadis yang terlihat seperti sedang terburu buru itu.
Sesampainya di Blue Palace, Melody segera menemui bagian HRD, setelah mengetuk pintu dan di persilahkan masuk oleh pemilik ruangan, Melodi membuka pintu ruangan itu, gadis yang menabraknya di loby apartemen terlihat sedang duduk bersama seorang laki laki yang sepertinya menurut Melodi itu Roby kepala HRD yang akan dia temui.
"Maaf Pak Roby, saya Melody, asisten chef yang baru, saya kesini untuk menyerahkan dan melengkapi berkas yang bapak minta kemarin." Melody menyodorkan sebuah stopmap dengan sopan.
"Pak Roby, jangan bengong aja, naksir ya !" gadis yang tadi menabrak Melody cekikikan.
"Ish, apa sih Mes !" Laki laki itu meraih stop map yang di sodorkan Melody.
"Inget Mba Ririn menantimu, Pak Roby." Bisik gadis itu.
"Ya, kamu mulai kerja hari ini, masuk shif sore, bareng sama dia." Tunjuknya pada gadis yang kini berdiri tak jauh dari Melody.
"Hai, perkenalkan, namaku Pramesti. Panggil aja Memes.!" Ucap gadis itu ramah mengulurkan tangan kanannya.
"Melody, panggil aku Ody." Melody menyambut uluran tangan Memes.
"Ada yang perlu di tanyakan lagi?" Tanya Laki laki itu datar.
"Ti- tidak, saya permisi" Melody keluar dari ruangan itu di susul Memes yang mengejarnya.
"Kak Ody, mau kemana? jam kerja kita masih lama" Ucap Memes sok akrab.
"Emh,, sepertinya aku akan pulang ke apartemen, apa kita tinggal di apartemen yang sama? tadi sepertinya aku lihat kamu..." Tanya Melody.
"Iya, aku yang tadi nabrak kakak, aku tinggal disana." cengir Memes.
"Ish, apa aku setua itu ya, masa kamu panggil aku kakak?" protes Melody
"Kakak asisten chef, aku cuma mahasiswa tingkat akhir yang masih kerja praktek disana." Ujar Memes
"Aku juga baru lulus bulan ini kali, berarti usia kita paling cuma terpaut setahunan, panggil Ody saja lah tak usah kakak kakak segala, aku tuh menolak tua.!" Melody dan Memes tergelak.
Saat mereka masuk ke lift, mereka memencet angka yang sama, menuju lantai 45, mereka pun saling berpandangan dan tertawa.
"Kita tinggal di lantai yang sama?" Tanya Memes,
"Aku no 4591" Melodi memperlihatkan kartu akses masuk nya.
"Hahaha... ada apa dengan kita, aku 4590" Memes memperlihatkan kartu akses miliknya juga.
Ternyata mereka tinggal bersebelahan.Benar benar kebetulan yang banyak sekali.
Melody mengajak Memes untuk mampir ke tempatnya, dia ingin ngobrol ngobrol, apa lagi Memes anaknya asik jadi Melody merasa cocok dengannya.
"Kamu tinggal sendirian di sini?" Tanya Memes melihat lihat ruangan yang luas dan bentuk bangunannya sama dengan ruangan yang dia tempati, hanya penataan barang barang saja yang membedakan.
"Iya, kamu ?" Melody membawa dua kaleng soft drink dan beberapa camilan yang kemarin mamanya beli untuk dirinya.
"Aku tinggal berdua dengan kakak laki laki ku, yang tadi kamu temui di Blue Palace itu." Memes membuka minuman kalengnya lalu menyesapnya.
"Oh, Pak Roby kakak mu, pantas saja kamu seperti akrab sekali." Melody manggut manggut.
"Johan, kakaku namanya Johan, Ody...!" Memes tertawa lepas.
Melody mengerutkan dahinya.
"Ta- tapi tadi..."
"Pak Roby lagi ke luar kota, tadi aku harus dapat surat kerja praktek dari Blue Palace hari ini juga, makanya aku mengajak Mas Johan ke ruangan Pak Roby untuk mengambil surat itu dari mejanya, karena sekretaris Pak Roby tak berani mengambilnya." Cerita Memes.
"Berarti aku belum ketemu Pak Roby dong, harusnya yang memberi tugas dan jadwal kerjaku kan pak Roby." Melody panik takut menjadi kesalahan di hari pertamanya bekerja.
"Tenang saja, Pak Roby pasti akan setuju apapun yang Mas Johan katakan, kata kata Mas Johan sama seperti titah Presdir." Memes mengunyah camilannya tanpa henti.
"Maksudnya? kakak mu presdir Blue Palace?" Melody penasaran.
"Bukan sih, tapi dia orang kepercayaannya presdir Blue Palace, bahkan EmHa grup, bisa di katakan Mas Johan asisten pribadinya." Jelas Memes menceritakan siapa itu Johan, yang tak lain adalah kakaknya.
Melody mengangguk anggukan kepalanya tanda mengerti, dia senang sekali mempunyai tetangga dan teman kerja seperti Memes yang asik dan ceria, sehingga bisa memberi hawa positive padanya.
Semoga suasana baru ini bisa membuatnya melupakan Azta, meninggalkan semua kenangan manis dan pahit saat bersamanya.
Dia ingin menjadi Melody yang baru.
* sempatkan pencet tombol likenya ya kakak, dan tinggalin jejak di komentar, biar kita saling sapa,
semoga anda semua sehat selalu...*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Ulfa
cerita nya menarik
aku lanjut di sini
2021-11-11
1
Miracle Tree
semangat dan Sehat selalu
2021-11-08
1
shofia
ok thor
2021-11-06
1