Bertahan atau Lepaskan

Perih hati Melody saat harus menyaksikan kekasih yang beberapa jam yang lalu resmi menjadi tunangannya mencium mesra bibir wanita lain, bahkan mereka terlihat seperti pasangan kekasih yang sedang di mabuk asmara.

"Kak Azta," Panggil Melody lirih, dia seakan tak punya tenaga lagi bahkan untuk sekedar memanggil nama yang selama ini bertengger di hatinya.

"Ody...!" Azta melepaskan pagutannya, dia menoleh ke arah pintu, tempat dimana Melody sekarang berdiri mematung menyaksikan laki laki yang di cintainya memeluk dan mencium mesra wanita lain di hadapannya secara langsung.

Seorang wanita cantik yang selama enam tahun ini menemani Azta dalam suka dan duka, kini berdiri lemah dengan buliran bening yang tinggal satu kedipan mata saja siap meluncur di pipi mulusnya, wajah cantiknya berubah pucat dan berbaur kesedihan mendalam, dapat terlihat betapa dia sangat kesakitan dan begitu terluka saat ini.

"Kak Azta, kenapa?" Hanya kata itu yang bisa keluar dari bibir Melody yang bergetar menahan sakit, kecewa dan amarah yang bergejolak di batin nya.

Tanpa komando tetesan bening itu menganak sungai di pipinya, mereka sudah tak dapat bertahan lagi untuk tidak jatuh, Melody berurai air mata, padahal beberapa saat yang lalu senyuman bahagia menghiasi bibir merahnya, tubuh Melody terasa lemah tak bertulang, padahal beberapa saat yang lalu dia begitu ceria dengan energi yang seakan tak ada habisnya menyambut para tamu undangan di hari pertunangannya.

"Ody,,maaf.! " Dengan suara tercekat Azta seakan bingung, saat ini di hadapannya ada dua orang wanita yang menangis karena dirinya, sementara dirinya tak punya nyali untuk memilih di antara salah satunya.

Katakan saja dia egois, tapi memang ini kenyataannya. Walau dia tak mungkin memiliki keduanya, tapi dia juga tak mungkin memilih salah satunya saat ini, ini hal yang sungguh keadaan yang sangat sulit baginya.

"Kak, bahkan acara pertunangan kita belum selesai, tapi hubungan kita sudah harus selesai." Melody masuk ke kamar itu dan mendudukan dirinya di pinggiran kasur, badannya sungguh lemas, dia tak kuat lagi berdiri lebih lama.

"Ody,,, apa yang kamu ucapkan barusan? Hubungan kita tak akan pernah selesai, hubungan kita baru saja di mulai beberapa jam yang lalu, sebagai pasangan yang bertunangan." Azta mendekat ke arah Melody yang tengah mendudukan diri di tepi ranjang hotel.

"Pertunangan karena paksaan keadaan seperti yang Kakak bilang tadi pada wanita itu?" Melodi melirik ke arah wanita yang terlihat gelisah serba salah.

"Aku permisi, maaf sudah mengganggu acara kalian," Wanita itu hendak meninggalkan kamar, sepertinya dia mulai menyadari kalau kehadirannya sangat tidak di inginkan di sana.

"Tunggu ! kamu tak bisa pergi begitu saja setelah apa yang terjadi saat ini, aku butuh penjelasan dari kalian !" Melody menatap tajam Azta yang kini berdiri di hadapannya, tatapan yang tak pernah Azta dapat dari seorang Melody selama enam tahun berpacaran.

Ini pertama kali Melody memberinya tatapan seolah ingin membunuhnya, penuh kebencian, penuh amarah, dan tak ada sedikitpun cinta tertinggal di sana.

"Ody, sayang, sudahlah biarkan dia pergi, ini semua salah ku, jangan libatkan orang lain dalam hubungan kita," Azta benar benar kalut, saat ini dia sungguh merasa menjadi laki laki paling bajing_an di muka bumi ini, dia tak menyangka kalau kejadiannya akan seperti ini, dan sialnya ini terjadi di hari yang seharusnya menjadi hari bahagia bagi mereka berdua.

"Kamu yang melibatkan dan membawa dia dalam hubungan kita, kalau kamu bilang kamu salah, itu jelas, kamu sangat bersalah dalam hal ini! Tapi aku lebih salah lagi karena telah begitu bodoh memutuskan untuk bertunangan dengan kamu padahal kamu tak mencintai ku, semua kamu lakukan tak lebih hanya lah paksaan keadaan." Melody mulai terpancing emosi karena merasa Azta berusaha melindungi wanita itu dengan menyuruhnya pergi, seakan takut dirinya akan melakukan hal kasar pada wanita nya itu.

"Ody stop! Tidak ada paksaan, aku mencintai kamu, ini hanya salah paham." Azta semakin kebingungan merangkai kata, karena apapun yang keluar dari mulutnya pasti akan menyakiti salah satu wanita di hadapannya.

"Telinga ku masih berfungsi dengan baik, Kak. Aku bisa mendengar semua yang Kakak sampaikan pada wanita itu, tolong bersikaplah seperti laki laki sejati, jangan semakin menambah kekecewaan ku pada Kakak." Ucap Melody dengan kemarahan yang sudah memenuhi ubun ubun nya.

Tok,,,

Tok,,,

Tok,,,

"Ody, acara sudah hampir selesai, saatnya berfoto bersama !" Terdengar ketukan dan suara Anita, Mamanya Melody dari balik pintu.

"Ya Mah, Ody benerin riasan dulu, sebentar lagi Ody kesana !" Melody menghapus air mata  yang masih saja menetes tanpa ampun di pipinya berderai tanpa bisa di cegahnya.

"Ayo kita selesaikan semuanya !" Melody menarik tangan Azta setelah sebelumnya dia mematut diri di cermin membenahi riasan wajah nya yang terlihat kacau.

"Ody, aku tidak ingin berpisah sama kamu, aku tak ingin ini di akhiri." Mohon Azta, seraya diam di tempat menahan dirinya yang di tarik Melody.

"Lalu, bagaimana dengan dia? " Melody menatap tajam ke arah wanita yang masih setia berdiri menyaksikan drama pertengkaran Melody dan Azta malam itu, yang bahkan namanya saja Melody tak tau siapa, wanita itu hanya tertunduk, entah malu, sakit hati atau apa yang dia rasakan sungguh Melody tak ingin peduli sedikitpun.

"Aku akan menyelesaikan masalah ku dengan Moza," Ucap Azta yang terdengar seperti membela wanitanya karena tak terima berulang kali Melody menyebutnya dengan sebutan sebagai 'wanita itu.' dengan pandangan penuh kebencian.

'Moza,, namanya Moza,, lalu apa pentingnya bagiku mengetahui namanya, pamer! ' Batin Melody mencibir.

"Sayang !" Wanita bernama Moza itu seakan tak terima saat Azka berkata akan segera menyelesaikan masalah dengan nya,

Apa kah itu berarti Azta akan menyelesaikan hubungan dengannya, begitu pikirnya, makanya dia langsung protes.

Tapi Azta mengangkat jari telunjuk kanannya lalu diletakan di bibirnya pertanda menyuruh supaya wanita bernama Moza itu untuk diam.

"Oke, lalu bagaimana dengan hati aku yang sekarang sudah hancur?" Tanya Melody yang seakan menohok hati Azta.

Sungguh dia tak bermaksud menyakiti hati wanita yang di cintainya itu, tapi kenyataan berkata lain, dia bukan hanya menyakiti saja, tapi lebih dari itu dia sudah menghancurkan semuanya.

"Sayang, tolong,, aku bisa jelaskan semuanya!" Azta hendak memeluk Melodi yang masih memegangi tangannya, tapi Melody malah menarik paksa tangan Azta agar segera mengikuti nya pergi ke Ballroom.

"Sudahlah, tak ada waktu untuk kamu menjelaskan, sekarang waktunya untuk kita mengakhiri semuanya, cih,,, sayang,,,sayang,,,! Kesana sayang, kesini sayang, banyak kali sayang mu! Kata kata sayang mu terlalu di obral murah !" Racau Melody yang mulai muak dengan pangilan sayang Azta yang ternyata tak hanya di tujukan padanya saja.

Melodi dan Azta pergi meninggalkan Moza sendirian dengan berjuta pertanyaan di benaknya, dengan menebak berjuta kemungkinan nasib yang akan terjadi padanya. Apakah dia akan di pertahankan oleh Azta atau bahkan di lepaskan begitu saja.

"Sayang, aku mohon, jangan sampai orang tua kita tau masalah ini, " Azta menghentikan langkahnya saat berada di ambang pintu utama Ballroom tepat acara berlangsung.

"Tolong jangan panggil aku dengan sebutan sayang, aku jijik! Tenang saja, aku juga tak ingin keluargaku menanggung malu mengadakan acara pertunangan putri satu satunya sekaligus acara pembatalan pertunangan dengan acara yang yang se mewah ini, aku masih menyayangi mereka, tak ingin mereka jantungan." Ketus Melodi, lalu bergegas masuk ke tempat acara dengan menebar senyum palsunya.

Entah lah apa yang akan terjadi selanjutnya pada hubungan mereka,tapi untuk melanjutkan hubungan dengan Azta yang sudah ternoda penghianatan, sepertinya Melody tak sanggup lagi, yang jelas Melody akan merahasiakan semua masalah yang terjadi padanya dari kedua orang tua nya, dia tak ingin membebani orang tuanya dengan masalah yang di hadapinya sekarang, biarlah mereka menganggap semuanya baik baik saja, nanti bila tiba saatnya dan ada waktu yang tepat, Melody akan menceritakan semuanya pada orang tuanya, lagi pula saat ini dia belum mengetahui cerita jelasnya seperti apa tentang Azta dan wanita bernama Moza itu.

Acara berakhir dengan sempurna, se sempurna Melody yang menutupi luka hatinya di hadapan semua orang, berpura pura bahagia, berpura pura tersenyum, berpura pura tak terjadi apa apa antara dirinnya dan Azta. Oh,, sungguh kepura puraan yang sempurna! Sampai tak ada satu orang pun yang curiga, tapi itu menurut pikiran dan perasaan Melodi dan Azta. Karena sesungguhnya ada seseorang yang tau tentang apa yang terjadi di antara Melody dan Azta, termasuk kejadian yang terjadi di kamar antara Melody, Azta dan wanita bernama Moza saat itu.

Terpopuler

Comments

Panggil saja Kanjeng Ratu🤪

Panggil saja Kanjeng Ratu🤪

mari mampir di "Lihat Aku, dan Buka Hatimu"

2021-11-08

1

Nurcahaya Sebayang

Nurcahaya Sebayang

nyimak dulu ya tor

2021-11-08

1

KINOSANN

KINOSANN

nyimak dulu✌🏻

2021-10-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!