Bab 4: Dijemput

Jam sudah menunjukkan pukul setengah 6 pagi, tetapi Ana belum bangun juga dari tidurnya. Gadis, teman sekamarnya sudah berkali-kali membangunkan. Dengan berteriak, menggoyang-goyangkan tubuh, tetapi Ana masih setia di alam lain.

"An, lo kok masih molor sih?" tanya Gadis yang baru saja selesai mandi dan masih mendapati Ana tertidur pulas memeluk guling.

"An, udah jam setengah 6 ini. Nanti lo telat," ucap Gadis tepat ditelinga Ana yang sedikit berhasil membuat gadis itu bergerak menjadi terlentang. Digoyang-goyangkan tubuh Ana yang berhasil membuat gadis itu membuka matanya.

Ana menguap, mengucek matanya agar pandangannya jelas. "Emang ini jam berapa sih?"

"Jam setengah 6, An. Gue udah bangunin lo berkali-kali," ucap Gadis sambil mencari sisir di meja multifungsinya.

"*****!! Bisa telat gue," ucap Ana menendang selimutnya, lalu berlari ke kamar mandi setelah mengambil seragam sekolah. Tidak butuh waktu lama, Ana selesai bersiap-siap. Dengan lesu, Ana berjalan menuju teras panti sambil menenteng sepatu.

"Nah itu anaknya." Ana mendongak kala mendengar suara Bu Sukmi yang ia kenal. Dia dibuat terkejut saat melihat sosok Alan duduk di kursi yang berada di pekarangan Panti. Ngapain cowok itu ada di sini? gerutu Ana dalam hati.

Setelah mengikat tali sepatunya, Ana berjalan mendekati kedua manusia yang sedari tadi menatapnya. "Lo ngapain di sini?" tanya Ana ketus kepada Alan.

"Ana, kalau ngomong yang sopan!" ucap Bu Sukmi yang sontak membuat Ana mengucapkan kata maaf tanpa suara.

"Saya mau antar kamu ke sekolah," ucap Alan sambil berdiri dari duduknya. Bu Sukmi ikut berdiri lalu berpamit untuk masuk ke dalam Panti.

"Gue bisa berangkat sendiri," ucap Ana sambil melangkah pergi keluar dari pekarangan Panti. Dengan cepat, Alan memegang pergelangan tangan Ana. "Saya mohon, jangan ditolak."

Ana melepaskan tangan Alan yang memegang pergelangannya. "Gak perlu. Gue bisa berangkat sendiri," ucap Ana berjalan dengan cepat menuju halte untuk menunggu angkot lewat.

Tidak putus semangat, Alan mengayuh sepedanya menyusul Ana. "Terbuktikan, angkotnya lama," ucap Alan kepada Ana yang menatapnya tidak suka. "Ayo, jok belakang masih kosong."

"Gak, gue takut sepeda butut lo itu rusak."

"Emang kamu seberat apa sih? Sudah ayo naik, nanti kita telat." Terpaksa, Ana menerima tawaran itu. Rasanya aneh saat dibonceng oleh Alan. Terlihat, jika cowok itu mengayuh sepeda dengan sekuat tenanga. Emang gue gendut yah? batin Ana sambil memanyunkan bibirnya.

"Kalau kamu takut jatuh, pegangan aja," ucap Alan dengan sedikit teriak. Senang rasanya bisa membonceng gadis yang ia sukai. Alan tidak tahu sejak kapan rasa suka itu ada. Dia juga tidak tahu, kenapa rasa sukanya jatuh kepada gadis misterius bernama Ana.

"Lo yang bener bawa sepedanya, sampai jatuh awas aja lo."

"Gak bakal Ana. Alan kan maunya Ana jatuh hati ke saya, bukan jatuh ke jalan."

Ana terdiam. Berpikir dengan kalimat yang diucapkan Alan barusan. Apakah cowok itu tengah menggombalinya? Kok terasa aneh? Ingin rasanya Ana tertawa terbahak-bahak. Tapi apa boleh buat, dirinya hanya bisa tersenyum tak habis pikir akan gombalan Alan.

"Kalau boleh tahu, Ana pernah suka sama cowok gak?" tanya Alan memecah keheningan yang tercipta.

"Hah? Ngapain lo tanya kayak gitu?"

"Malah balik tanya. Yaudah gak usah dijawab. Kalau Alan pernah suka sama cewek..."

"Gak tanya."

Alan tertawa, "Ana diem aja deh, dengerin cerita Alan, biar Ana gak kepo."

"Siapa juga yang kepo."

"Yaudah gak jadi cerita, tunggu sampai Ana kepo."

Ana memutar bola matanya, jengah. Ingin sekali cepat-cepat sampai di sekolah. Tapi rasanya jalan yang ditempuh seperti memanjang dan tidak akan sampai. Rasanya Ana ingin berkata kepada dunia Tolong Ana dari situasi ini!! Lepaskan Ana dari makhluk bernama Alan!!! Sayangnya Ana tidak punya nyali. Nanti ia dikira orang gila sama orang-orang yang lewat.

"Ana gak suka diantar Alan?"

Nah tuh elo tahu, batin Ana. "Sudah cepetan bawa sepedanya. Gue gak mau dihukum, gara-gara telat."

"Gak bakal telat Ana."

5 menit kemudian, akhirnya Ana terbebas akan kondisi tidak nyaman. Gadis itu turun dari sepeda butut Alan. Puluhan pasang mata menatapnya. Entah tatapan aneh atau iri karena diantar oleh Alan yang bisa dibilang memiliki wajah diatas rata-rata. "Makasih, besok dan seterusnya, lo gak perlu repot-repot jemput gue dirumah."

"Sama-sama Ana. Saya suka direpotin sama kamu!" teriak Alan kepada gadis bertas kuning yang berlari menjauhinya.

~·~

Episodes
1 Bab 1: Murid Laki-Laki
2 Bab 2: Ajakan
3 Bab 3: Maafkan Saya
4 Bab 4: Dijemput
5 Bab 5: Soto Ayam
6 Bab 6: Kata Teman
7 Bab 7: Malu
8 Bab 8: Tamu
9 Bab 9: Ketahuan
10 Bab 10: Cerewet
11 Bab 11: Terpesona
12 Bab 12: Sabtu Bersama Alan
13 Bab 13: Terwujud?
14 Bab 14: Nggak Sabar
15 Bab 15: Bertemu Pram
16 Bab 16: Halte
17 Bab 17: Mulai Terbuka
18 Bab 18: Sore yang Hangat
19 Bab 19: Tidak Sendirian Lagi
20 Bab 20: Kepo
21 Bab 21: Gisel
22 Bab 22: Memenuhi Undangan
23 Bab 23: Bingung
24 Bab 24: Tugas Pertama
25 Bab 25: Gol Untuk Ana
26 Bab 26: Flying Kiss yang Trending
27 Bab 27: Bertemu Kembali
28 Bab 28: Ketiga Kalinya
29 Bab 29: Cerita Pengiring Tidur
30 Bab 30: PMS, yah?
31 Bab 31: Es Krim 4 Lapis
32 Bab 32: Mobil-mobilan Merah
33 Bab 33: Menunggu Lagi
34 Bab 34: Kenapa Bisa Rindu?
35 Bab 35: Seporsi Berdua
36 Bab 36: Tidak Bisa Menolak
37 Bab 37: Di atas Sepeda Butut
38 Bab 38: Aku? Kamu?
39 Bab 39: Kerumah Alan
40 Bab 40: Alan yang Tersudutkan
41 Bab 41: Ciuman Untuk Alan
42 Bab 42: Malam yang Ramai
43 Bab 43: Ana yang Berubah
44 Bab 44: Terima Kasih Atas Waktunya
45 Bab 45: Bang Didit Patah Hati
46 Bab 46: Tetap Tersenyum Walau Dihukum
47 Bab 47: Karena Alanalovers
48 Bab 48: Donatur Panti
49 Bab 49: Renggang
50 Bab 50: Ada Jarak Diantara Kita
51 Bab 51: Terima Kasih
52 Bab 52: Solusi Dari Teman
53 Bab 53: Surat Untuk Alan
54 Bab 54: Tidak Mungkin
55 Bab 55: Alana Comeback
56 Bab 56: Pasar Malam
57 Bab 57: Haruskah?
58 Bab 58: Adik Kakak?
59 Bab 59: Pemikiran Gadis
Episodes

Updated 59 Episodes

1
Bab 1: Murid Laki-Laki
2
Bab 2: Ajakan
3
Bab 3: Maafkan Saya
4
Bab 4: Dijemput
5
Bab 5: Soto Ayam
6
Bab 6: Kata Teman
7
Bab 7: Malu
8
Bab 8: Tamu
9
Bab 9: Ketahuan
10
Bab 10: Cerewet
11
Bab 11: Terpesona
12
Bab 12: Sabtu Bersama Alan
13
Bab 13: Terwujud?
14
Bab 14: Nggak Sabar
15
Bab 15: Bertemu Pram
16
Bab 16: Halte
17
Bab 17: Mulai Terbuka
18
Bab 18: Sore yang Hangat
19
Bab 19: Tidak Sendirian Lagi
20
Bab 20: Kepo
21
Bab 21: Gisel
22
Bab 22: Memenuhi Undangan
23
Bab 23: Bingung
24
Bab 24: Tugas Pertama
25
Bab 25: Gol Untuk Ana
26
Bab 26: Flying Kiss yang Trending
27
Bab 27: Bertemu Kembali
28
Bab 28: Ketiga Kalinya
29
Bab 29: Cerita Pengiring Tidur
30
Bab 30: PMS, yah?
31
Bab 31: Es Krim 4 Lapis
32
Bab 32: Mobil-mobilan Merah
33
Bab 33: Menunggu Lagi
34
Bab 34: Kenapa Bisa Rindu?
35
Bab 35: Seporsi Berdua
36
Bab 36: Tidak Bisa Menolak
37
Bab 37: Di atas Sepeda Butut
38
Bab 38: Aku? Kamu?
39
Bab 39: Kerumah Alan
40
Bab 40: Alan yang Tersudutkan
41
Bab 41: Ciuman Untuk Alan
42
Bab 42: Malam yang Ramai
43
Bab 43: Ana yang Berubah
44
Bab 44: Terima Kasih Atas Waktunya
45
Bab 45: Bang Didit Patah Hati
46
Bab 46: Tetap Tersenyum Walau Dihukum
47
Bab 47: Karena Alanalovers
48
Bab 48: Donatur Panti
49
Bab 49: Renggang
50
Bab 50: Ada Jarak Diantara Kita
51
Bab 51: Terima Kasih
52
Bab 52: Solusi Dari Teman
53
Bab 53: Surat Untuk Alan
54
Bab 54: Tidak Mungkin
55
Bab 55: Alana Comeback
56
Bab 56: Pasar Malam
57
Bab 57: Haruskah?
58
Bab 58: Adik Kakak?
59
Bab 59: Pemikiran Gadis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!