Jam sudah menunjukkan pukul setengah 6 pagi, tetapi Ana belum bangun juga dari tidurnya. Gadis, teman sekamarnya sudah berkali-kali membangunkan. Dengan berteriak, menggoyang-goyangkan tubuh, tetapi Ana masih setia di alam lain.
"An, lo kok masih molor sih?" tanya Gadis yang baru saja selesai mandi dan masih mendapati Ana tertidur pulas memeluk guling.
"An, udah jam setengah 6 ini. Nanti lo telat," ucap Gadis tepat ditelinga Ana yang sedikit berhasil membuat gadis itu bergerak menjadi terlentang. Digoyang-goyangkan tubuh Ana yang berhasil membuat gadis itu membuka matanya.
Ana menguap, mengucek matanya agar pandangannya jelas. "Emang ini jam berapa sih?"
"Jam setengah 6, An. Gue udah bangunin lo berkali-kali," ucap Gadis sambil mencari sisir di meja multifungsinya.
"*****!! Bisa telat gue," ucap Ana menendang selimutnya, lalu berlari ke kamar mandi setelah mengambil seragam sekolah. Tidak butuh waktu lama, Ana selesai bersiap-siap. Dengan lesu, Ana berjalan menuju teras panti sambil menenteng sepatu.
"Nah itu anaknya." Ana mendongak kala mendengar suara Bu Sukmi yang ia kenal. Dia dibuat terkejut saat melihat sosok Alan duduk di kursi yang berada di pekarangan Panti. Ngapain cowok itu ada di sini? gerutu Ana dalam hati.
Setelah mengikat tali sepatunya, Ana berjalan mendekati kedua manusia yang sedari tadi menatapnya. "Lo ngapain di sini?" tanya Ana ketus kepada Alan.
"Ana, kalau ngomong yang sopan!" ucap Bu Sukmi yang sontak membuat Ana mengucapkan kata maaf tanpa suara.
"Saya mau antar kamu ke sekolah," ucap Alan sambil berdiri dari duduknya. Bu Sukmi ikut berdiri lalu berpamit untuk masuk ke dalam Panti.
"Gue bisa berangkat sendiri," ucap Ana sambil melangkah pergi keluar dari pekarangan Panti. Dengan cepat, Alan memegang pergelangan tangan Ana. "Saya mohon, jangan ditolak."
Ana melepaskan tangan Alan yang memegang pergelangannya. "Gak perlu. Gue bisa berangkat sendiri," ucap Ana berjalan dengan cepat menuju halte untuk menunggu angkot lewat.
Tidak putus semangat, Alan mengayuh sepedanya menyusul Ana. "Terbuktikan, angkotnya lama," ucap Alan kepada Ana yang menatapnya tidak suka. "Ayo, jok belakang masih kosong."
"Gak, gue takut sepeda butut lo itu rusak."
"Emang kamu seberat apa sih? Sudah ayo naik, nanti kita telat." Terpaksa, Ana menerima tawaran itu. Rasanya aneh saat dibonceng oleh Alan. Terlihat, jika cowok itu mengayuh sepeda dengan sekuat tenanga. Emang gue gendut yah? batin Ana sambil memanyunkan bibirnya.
"Kalau kamu takut jatuh, pegangan aja," ucap Alan dengan sedikit teriak. Senang rasanya bisa membonceng gadis yang ia sukai. Alan tidak tahu sejak kapan rasa suka itu ada. Dia juga tidak tahu, kenapa rasa sukanya jatuh kepada gadis misterius bernama Ana.
"Lo yang bener bawa sepedanya, sampai jatuh awas aja lo."
"Gak bakal Ana. Alan kan maunya Ana jatuh hati ke saya, bukan jatuh ke jalan."
Ana terdiam. Berpikir dengan kalimat yang diucapkan Alan barusan. Apakah cowok itu tengah menggombalinya? Kok terasa aneh? Ingin rasanya Ana tertawa terbahak-bahak. Tapi apa boleh buat, dirinya hanya bisa tersenyum tak habis pikir akan gombalan Alan.
"Kalau boleh tahu, Ana pernah suka sama cowok gak?" tanya Alan memecah keheningan yang tercipta.
"Hah? Ngapain lo tanya kayak gitu?"
"Malah balik tanya. Yaudah gak usah dijawab. Kalau Alan pernah suka sama cewek..."
"Gak tanya."
Alan tertawa, "Ana diem aja deh, dengerin cerita Alan, biar Ana gak kepo."
"Siapa juga yang kepo."
"Yaudah gak jadi cerita, tunggu sampai Ana kepo."
Ana memutar bola matanya, jengah. Ingin sekali cepat-cepat sampai di sekolah. Tapi rasanya jalan yang ditempuh seperti memanjang dan tidak akan sampai. Rasanya Ana ingin berkata kepada dunia Tolong Ana dari situasi ini!! Lepaskan Ana dari makhluk bernama Alan!!! Sayangnya Ana tidak punya nyali. Nanti ia dikira orang gila sama orang-orang yang lewat.
"Ana gak suka diantar Alan?"
Nah tuh elo tahu, batin Ana. "Sudah cepetan bawa sepedanya. Gue gak mau dihukum, gara-gara telat."
"Gak bakal telat Ana."
5 menit kemudian, akhirnya Ana terbebas akan kondisi tidak nyaman. Gadis itu turun dari sepeda butut Alan. Puluhan pasang mata menatapnya. Entah tatapan aneh atau iri karena diantar oleh Alan yang bisa dibilang memiliki wajah diatas rata-rata. "Makasih, besok dan seterusnya, lo gak perlu repot-repot jemput gue dirumah."
"Sama-sama Ana. Saya suka direpotin sama kamu!" teriak Alan kepada gadis bertas kuning yang berlari menjauhinya.
~·~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments