Wardah

"Bagaimana Surabaya? Betah?" Pak Haji Saman, ayahanda Wardah bertanya dengan senyumnya.

Lukman duduk menunduk sebagai tanda hormat pada lelaki tua di depannya itu.

" Alhamdulillah, dibetah - betahin Pak Haji" jawab Lukman dengan senyum pula.

Petang ini sehabis maghrib, Paklik mengajak Lukman sowan ke rumah Pak Haji Saman. Lebih tepatnya memenuhi undangan Pak Haji. Tujuannya tentu saja menpertemukan Lukman dengan Wardah. Lukman menurut saja. Jujur saja ia juga ingin melihat bagaimana wajah Wardah yang sekarang. Bukannya bosan dengan Wulan, tetapi jika ternyata Wardah lebih pas untuk dinikahi, kenapa tidak.

Beberapa menit kemudian ditengah perbincangan ringan, muncullah seorang gadis berkerudung biru membawa nampang berisi tiga cangkir teh panas dan beberapa toples cemilan. Itulah Wardah.

Pertama yang dilihat Lukman adalah lentik jarinya dan putih kulit tangannya. Pandangannya perlahan berjalan keatas. Dilihat bibirnya merah merona tapi itu bukan lipstik. Mata Lukman menuju ke atas lagi. Bulu mata yang lentik. Wajahnya masih imut seperti dulu tetapi saat ini lebih cantik karena pasti Wardah sudah pandai berdandan.

Tanpa sengaja tatapan mereka bertemu. Berdesir hati Lukman. Segera Lukman menunduk saat menyadari Wardah tersipu malu. Sepuluh tahun tak bertemu, gadis itu masih imut dan menggemaskan. Senyum yang sama. Tatapan mata yang sama. Dia gadis yang sama sepuluh tahun lalu.

"Bapakmu dulu murid kesayangan Mbahkungnya Wardah. Rajin, sopan cocok gitu lo sama Mbahkung" kata Pak Haji Saman.

Lukman manggut manggut, ia sudah sering mendengar cerita itu.

"Lha dulu Bapakmu dapat istri Ibumu itu juga dijodohkan sama Mbahkungnya Wardah" lanjut Pak Haji.

Lukman paham ke arah mana pembicaraan dibawa.

"Sudah sejak lama tak tunggu pulangmu Le... Paklikmu sudah menyampaikan pesanku kan Le?"

"Sampun Pak Haji" jawab Lukman.

"Bagaimana? Sudahkan dipikirkan?"

" Maaf Pak Haji, tapi Pak Haji tentu melihat kondisi saya, apakah saya layak untuk Mbak Wardah" pelan - pelan Lukman berbicara.

" Saya tahu betul nasabmu, karaktermu, masalah bekal ngurus mushola bisa tak gembleng, kamu sudah punya modal selama masih Tsanawiyah dulu" jelas Pak Haji.

Lukman menunduk. Ia tahu porsinya dan keluarganya. Mana sanggup dia menolak keinginan orang yang berpengaruh dalam kehidupan keluarganya.

Lukman menunduk dalam. Lukman ingat Bapaknya. Ingat Ibunya. Ingat semuanya.

***

Wardah Maulida, putri sulung Pak Haji Saman, sesepuh Desa Randu Kuning. Gadis itu sempat menjadi bunga desa saat Tsanawiyah dulu. Banyak putra Kyai dan konglomerat mempersuntingnya padahal dia masih Tsanawiyah.

Saat kecil mereka sering digojloki cewekan (pacaran). Dan tiap kali digojlokin begitu Wardah pasti menangis.

Berdasarkan cerita Pak Haji tadi, setelah lulus Madrasah Aliyah, Wardah menjalani program Hafisz Qur'an di pesantren selama satu tahun. Setelah hafal 10 juz ia dikirim ke Mesir dengan beasiswa penuh. Kini ia telah lulus S1 dari universitas di Mesir.

Bagaimana dengan Lukman?

Saat kelas dua MTs Ibunya wafat karena sakit demam berdarah. Selang beberapa bulan Bapaknya terkena stroke dan wafat empat bulan kemudian.

Dalam kondisi demikian tidak ada pilihan lain bagi Lukman selain ikut panti asuhan. Waktu itu kebetulan ada guru di MTs tempatnya bersekolah menawarkan bantuan beasiswa dari suatu panti asuhan di Surabaya. Paklik dan Bulik yang menjadi pengganti orangtuanya menyetujui. Dibawalah lukman ke Surabaya untuk disekolahkan dan dibimbing masa depannya. Disitulah Lukman bertemu dengan Wulan saat kelas dua SMA.

Lulus SMA Lukman memilih keluar dari panti untuk mencari pengalaman. Mula - mula ia mengikuti kursus komputer, lalu belajar tentang elektro hingga masuk pabrik.

Jika melihat riwayat Lukman dan Wardah sepertinya jauh berbeda. Orientasi masa depan, perjalanan hidup dan pilihan hidup yang jauh berbeda. Bagaimana bisa Pak Haji Saman memilihnya menjadi menantu. Tak salah lagi pasti Wardah yang memintanya.

Betapa girangnya Bulik ketika tahu Pak Haji Saman melamar Lukman untuk dijadikan menantu. Betapa tidak, menjadi menantu orang terhormat dan disegani tentu sanggup mengangkat derajat keluarga. Disamping itu kehidupan Lukman akan terjamin. Sawah dan ladang yang luas milik Pak Haji cukup untuk dikategorikan tuan tanah. Dengan demikian tuntaslah tugas Bulik mengurus keponakannya itu.

***

Tujuh hari di kampung halaman, Lukman semakin betah. Udara dan keguyubrukunanannya warga menjadi pemicu utama. Pernah ia bermimoi untuk menghabiskan masa tuanya di kampung ini. Kampung yang penuh denga keramahtamahan,penuh dengan bahan pangan yang alami, penuh dengan suasana religi yang kental.

Sore hari Lukman menyempatkan firi bermain bola di lapangan desa bersama teman -teman masa kecilnya yang sebagian sudah menikah. Sambil mengenang masa lalu mereka mengejar dan menyepak bola di depannya. Gelak canda tawa turut menyertai setiap langkah kaki mereka. Seolah telah berpuluh-puluh tahun mereka tak bertemu. Padahal setiap hari raya Lukman pasti pulang.

Keringat mengucur di pipi dan dada. Sudah cukup sore bahkan hampir senja. Permainan usai. Dalam perjalanan pulang Lukman mampir ke warung kecil di pojok jalan tikungan untuk membeli sebotol air mineral.

"Kembaliannya Mas..." Kata ibu penjual warung memberikan beberpa lembar uang kembalian.

"Buk, teh celup satu kotak, gulanya setengah kilo ya buk" suara perempuan baru datang. Suara yang familiar.

Benar saja. Perempuan yang pernah menjadi kembang desa itu kini berada dihadapannya. Wardah.

Wardah belum tahu siapa orang disampingnya hingga kemudian ia menoleh ke arah Lukman. Wardah srdikit terkejut lalu menundukkan pandangan. Lukman tersenyum memberi anggukan sebagai sapaan.

Selesai menerima barang yabg dibelinya, Wardah menganggukkan kepala lalu segera pergi. Tak ingin kehilangan momen, Lukman pun mengejar.

"Mbak ..sebentar Mbak, Mbak Wardah, saya boleh bicara sebentar saja?" Kata Lukman.

Wardah pun berhenti.

"Ada apa Mas?"

Kini mereka berhadapan.

" Anu Mbak, yang dibicarakan Pak Haji waktu itu, Mbak Wardah sudah tahu?" Tanya Lukman.

Wardah mengangguk pelan.

" Bagaimana menurut Mbak, eh maaf maksud saya, Mbak Wardah menerima atau bagaimana Mbak"

"Ehm....saya ikut saja apa kata Abah" jawab Wardah.

"Mbak Wardah apa sudah tahu kondisi saya sekarang? Saya hanya karyawan pabrik Mbak, tamatan SMA, saya tidak kuliah. Saya... Paklik saya pasti sudah banyak cerita Mbak"

Wardah tersenyum. Terpapar jelas di raut wajahnya betapa ia bahagia bertemu Lukman. Semakin kuatlah dugaan bahwa perjodohan ini adalah atas permintaan Wardah

Fix. Semua menyetujui. Tinggal keputusan Lukman secara pribadi. Berbeda sekali dengan hubungannya dan Wulan. Seolah semua pintu tertutup untuknya.

Apakah ini tanda jodoh? Hatinya memberontak, mengamuk, bertengkar dengan dirinya sendiri. Dalam hatinya masih tertancap dalam nama Wulan. Tapi Wardah tak kalah baiknya tak kalah cantik dan cerdasnya. Jalan menuju Wardah jauh lebih mudah ketimbang Wulan.

Tetapi perjalanan tujuh tahun bukanlah hal yang mudah untuk dihapus begitu saja. Terlalu indah. Terlalu dalam menancap di relung hati.

Hampir pukul dua belas malam. Lukman masih terjaga. Pikirannya menerawang jauh. Kedua lengannya dilipat sehingga menjadi bantal di kepalanya. Sesekali ia menengok jendela. Melihat bintang yang tersebar di atas sana. Seolah mereka memihta jawaban atas pertanyaan yang sulit ditentukan.

Tit..tit...

Hapenya bergetar. Sebuah sms masuk

"Kamu baik-baik saja kan?"

Sms dari Wulan. Lukman baru sadar semenjak di kampung ia tidak menyalakan data seluler. Ia oun segera menyalan data seluler di hapenya. Ratusan pesan WhatsApp masuk. 54 chat dan 43 panggilan suara tak terjawab dari Wulan.

Lukman membaca satu persatu

Sudah sampai Man?

*Hati - hati jaga kesehatan

Gimana Kediri? Betah*?

Chat yang terakhir berbunyi

Maaf kalau aku salah, tolong jelaskan jangan diam begini. Kamu kenapa? Are you okay?

Oh Wulan. Selama beberapa hari Lukman berpaling darinya dan mulai beralih pada perempuan lain. Kini Wulan datang lagi dan membuyarkan semuanya. Pesonanya tidak bisa hilang begitu saja. Lukman tidak bisa membohongi perasaannya.

"Aku besok pulang. Jemput di terminal Bungurasih ya" jawab Lukman di WA.

***

Terminal Bungurasih.

Lukman berjalan santai sambil mencari perempuan yang membuatnya kembali ke kota. Hingga melepas berlian indah dikampungnya.

Masih terngiang ungkapan kemarahan Paklik dan Bulik saat tadi siang Lukman pamitan pulang.

"Kamu ini dikasih enak kok mbulet saja" kata Paklik.

" Kamu nggak sungkan sama Pak Haji? " Tanya Bulik.

"Saya sudah sowan kesana Bulik. Insyaallah beliau memahami" jawab Lukman.

Memang benar. Pagi hari sebelum pamitan pulang, Lukman menyempatkan diri ke rumah Pak haji.

"Saya merasa kurang pantas juga kurang mampu untuk mengampu mushola ini. Saya belum siap Pak Haji. Tidak tahu suatu saat nanti. Tetapi untuk saat ini saya masih sangat kurang layak Pak Haji"

Begitulah yang dikatakan Lukman pada Pak Haji Saman.

Seorang perempuan berambut lurus sebahu memakai blazer warna putih dan celana capri abu - abu. Tampak Ia sedang menengok kesana kemari mencari seseorang.

"Hay" sapa Lukman begitu berada tepat di belakangnya.

Perempuan itu berbalik.

"Man!!" Perempuan itu tidak bisa menutupi kebahagiaannya.

Perempuan itu adalah Wulan. Lukman menggenggam erat tangan Wulan.

" Waduh kenapa mendadak romantis gini. Kamu gak habis nonton drama Korea kan?" Tanya Wulan.

Lukman menggeleng.

"Gak pa pa, kangen aja" jawab Lukman sembari tetap menggenggam erat tangan kekasihnya.

Lalu mereka berjalan menyusuri lorong - lorong dan para penumpang yang menunggu angkutan. Mereka berjalan dengan mantab dan tegap. Lukman yang baru saja menghilangkan Wulan di hatinya, ia sadar ia belum bisa melakukannya. Wulan terlalu kuat mengisi relung hatinya. Terlalu bersih untuk disalahkan. Terlalu baik untuk ditinggalkan. Terlalu tidak adil untuk diduakan.

Terpopuler

Comments

eve

eve

hemmhh..,.lukman....🙄

2022-08-25

0

ⓘ ⓝ ⓐ ⓨ

ⓘ ⓝ ⓐ ⓨ

lahh dibilang tuwek.. ngenyek sampeyan...

2020-09-06

2

Taslimul Anam

Taslimul Anam

💪💪

2020-04-02

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!