Rembulan Dini Hari
Brakk!!!!
"Yang benar saja, masak Anda minta saya bekerjasama dengan lulusan SMA, nama baik saya dicoreng seperti ini, lagipula daya tau pemuda seperti apa orang di hadapan saya ini" seorang lelaki berwajah seram renah meluapkan kekesalannya di depan banyak orang di ruang rapat pagi itu.
Orang - orang di sekelilingnya hanya menunduk terdiam. Tampaknya lelaki itu memang memiliki jabatan tinggi hingga tak satupun ada yang membantah atay memotong pembicaraannya.
" Saya tau dia sudah lama, saya heran bagaimana perusahaan sebesar ini menerima dia, apalagi memberikan peran penting di perusahaan. Apa Anda semua tidak tahu pemuda seperti apa dia? Dia adalah pemuda tidak tahu sopan santun, pemuda kurang ajar, penipu"
Lelaki itu memandang sekeliling lalu meneruskan bentakannya
" Jika di perusahaan ini masih ada pemuda itu, saya akan memutuskan kerjasama dengan perusahaan ini"
Seketika semua wajah terangkat lengkap dengan ekspresi terkejutnya. Lalu lelaki itu keluar dari ruangan disertai beberapa orang anak buahnya, diikuti oleh beberapa orang lainnya. Dan mulailah riuh bergema di ruangan itu. Mereka menatap wajah pemuda yang dibicarakan itu dengqn berbagai macam ekspresi. Ada yang bingung, ada yang memandang kasihan dan ada pula yang memandang dengan penuh curiga.
Hampir tiga jam berlalu, semua karyawan telah kembali ke pos masing - masing. Lukman, pemuda yang menjadi sorotan itu, sudah berada di ruang atasannya. Wajahnya tenang, karena ini bukan kali pertama Dia mengalami hal serupa. Dia tahu pasti penyebab semua ini. Dan tahu pasti apa yang akan menjadi akibatnya.
"Man, sebenarnya ada masalah apa sih dengan Pak Handi? Kamu kenal sama beliau sebelumnya nya?" Tanya Mbak Dini, Manager yang mempromosikannya di bagian managemen.
Lukman mengangguk. Raut wajahnya masih tenang.
"Lha trus? Kenapa dia bisa segitu marahnya ke kamu?"
Lukman diam. Ia enggan menjelaskan masalahnya. Menurutnya orang lain tidak perlu tahu lebih dalam. Terlebih ada perasaan seseorang yang harus Ia jaga.
Mbak Dini menghela nafas, antara kesal dan kasiha. Kasihan akan nasib Lukman yang menerima cercaan di depan umum, juga kesal karena Lukman tak mau buka mulut tentang penyebab semua ini.
Krek...
Pintu dibuka, masuklah Pak Rudi, atasan Mbak Dini.
"Man, aku nggak bisa berbuat banyak. Perusahaan ini memiliki ikatan yang kuat dengan Pak Handi. Selama ini perusahaan beliau memberikan andil yang cukup besar untuk perusahaan ini"
Begitu kata Pak Rudi sambil menyerahkan amplop cokelat pada Lukman. Sudah dapat diterka. Lukman dipecat atas permintaan Pak Handi. Lukman tersenyum kecut. Sangat lucu baginya. Begitu bencinya Pak Handi sampai tak segan melakukan ini padanya.
"Pak, apa gak bisa dipertimbangkan lagi, Lukman salah satu karyawan terbaik kita pak, kalo nggak mana mungkin disetujui naik jabatan" kilah Mbak Dini
Pak Rudi menggeleng pelan.
" Di dalam sudah terjadi perdebatan sengit. Bahkan pimpinan pun meminta keringanan pada beliau"
Begitulah. Kali ketiga dialaminya saat Lukman berjuang keras untuk hidup. Promosi jabatan didapatkannya bukan dengan mudah, bukan karena koneksi bukan pula rasa kasihan. Semua murni karena potensi. Sebelum - sebelumnya juga demikian. Di saat Lukman mulai naik, Pak Handi menurunkannya melalui kekuasaan yang dimiliki. Pengaruhnya begitu luas untuk perusahaan - perusahaan di sekelilingnya. Termasuk yang kini memberhentikanya.
Lukman keluar ruangan dengan datar, semua mata tengah memperhatikannya namun ia tak peduli. Pikirannya berkecamuk. Namun ia berusaha tenang. Dia melangkah mendekati para atasan yang selama hampir setahun ini menjadi keluarga keduanya. Ia torehkan senyum terbaiknya lalu pergi.
***
"Man....Man..!" Suara perempuan memanggil dari balik pintu disertai ketukan ringan.
Lukman tahu betul suara itu. Ia segera membuka pintu rumah kosnya. Berdiri di depannya seorang perempuan muda seumurannya berambut lurus di bawah bahu. Tangannya menenteng kotak bekal.
"Kamu dipecat ya?" Perempuan itu langsung menyerbu Lukman dengan pertanyaan inti.
Lukman mengangguk.
"Untuk kesekian kalinya Man?" Heran bercampur marah tertoreh dalam nadanya.
"Duduk dulu Lan" Ajak Lukman.
Mereka kemudian duduk berdampingan di teras rumah kos.
"Siapa sih sebenarnya orang itu? Kenapa sebegitu bencinya sama kamu? " Wulan, nama perempuan itu, masih terus menyerbu Lukman dengan pertanyaan - pertanyaannya.
" Sudahlah Lan, aku sudah kebal kok. Dipecat, ya cari lagi. Masih banyak kok perusahaan yang mau nerima aku. Yakin deh" Lukman menghibur diri.
"Ya gak bisa gitu dong Man, untuk kesekian kalinya kamu dipecat tanpa ada kejelasan dimana kesalahan kamu. Siapa sih orangnya? Aku sumpahin dia....."
"Sssst......." Lukman menempelkan jarinya pada bibir Wulan
" Jangan nyumpahin orang, ikhlas aja, ini cuma tantangan, dengan ini aku bisa lebih kuat, lebih tegar lebih siap lindungin orang yang aku sayang" Kata Lukman menenangkan.
Ucapan Lukman membuat Wulan tersipu. Ia tertunduk. Perempuan itu mengagumi sosok lelaki di depannya yang telah menjalin hubungan dengannya lebih dari Tujuh tahun.
Tujuh tahun bukanlah waktu yang singkat untuk mereka mengerti satu sama lain. Sejak kelas dua SMA sampai kini Wulan hampir memperoleh gelar Master, mereka melewati berbagai lika - liku hidup. Tujuh tahun waktu yang cukup untuk berumah tangga. Bukannya tak mau, tetapi masih ada yang harus dikejar untuk menikmati kehidupan rumah tangga yang tentram. Restu orang tua.
Lukman anak yatim piatu. Itulah yang kerap kali menjadi alasan utama keluarga Wulan.
" Oh ya, aku mau pulang kampung dulu untuk sementara waktu" kata Lukman memecah keheningan
"Kenapa?"
"Yaa aku pengen ke makam Bapak Ibuku, aku pengen nenangin diri dulu"
" Kapan berangkat?"
" Hari ini, ini sudah siap - siap"
" Kok mendadak sih Man?"
" Aku gantiin tiketnya temen kebetulan sedaerah. Daripada nunggu seminggu lagi."
" Oh ya udah, aku anterin ya?"
" Emang kamu bawa mobil?"
" Oh iya aku tadi ngegrab."
Lukman tersenyum.
"Sudahlah, aku sudah pesan grab bentar lagi datang. Kamu pulang, fokus Tesis kamu "
Wulan mengangguk.
"Itu bekal bukan buat aku?"Lukman melirik kotak bekal ditangan Wulan.
"Oh iya, nih buat bekal di jalan"
Mereka saling menetap sebelum kemudian berpisah.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Rose_Ni
dari Istri 13 kesini
2022-08-20
0
Tatik Pkl
Ayahnya Wulan mungkin yg marah2
2020-10-19
1
Dara Fuji
hai thor aq datang memberi semangat...
MANTAN ADALAH JODOH YANG TERTUNDA
2020-08-16
1