Tidak butuh waktu lama untuk membuktikan kinerja yang baik. Hanya dalam tiga bulan karirnya meningkat. Entah karena kebetulan atau memang sedang hoki, bulan keempat bekerja Lukman diangkat menjadi leader menggantikan leader lama yang resign karena transmigrasi ke Kalimantan.
"Selamat siang the new leader" begitu celoteh Gembul saat bertemu ketika makan siang.
" Mas Gembul...monggo Mas" Lukman menggeser posisi duduknya memberi tempat Gembul untuk duduk.
"Makan Mas?" Lukman menawarkan.
"Boleh kalau ditraktir hahahha" Gembul memang selalu membawa serta tawa kocaknya
" Iya deh Mas aku traktir"
" Loh tenanan to (loh beneran to)? Hahahhah enggak, aku guyon (aku bercanda) Mas Leader"
"Tenan Mas, aku lagi syukuran ini, pesertane sampean tok (pesertanya kamu saja)"
"Walah...yo gelem aku (ya mau saya). Tapi porsiku dua piring lo. Perutku ini kan gentong. Sepiring cuma nempel di pojokan, hahahahhah"
Lukman geleng-geleng. Inilah hiburannya melepas penat bekerja setengah hari.
"Ngomong-ngomong, sempen naik jabatan itu berkat aku loh Mas" kata Gembul sambil makan dengan lahapnya
"Oh ya?"
" Oh iya, tanpa persetujuanku, Mas Lukman ndak bisa naik loh, aku kan orang kepercayaannya Pak Arif, tangan kanan, asisten, perdana menteri hahahhahah"
Tetapi bisa juga, waktu Lukman dipanggil Pak Arif, di ruangannya sudah ada Gembul. Bisa jadi Gembul memang diminta untuk melihat kinerja para karyawan. Atau hanya sesumbarnya Gembul saja. Atau mungkin semua karena Mbak Dini.
"Mas, duwe pacar durung? (Punya pacar belum)" tanya Gembul tiba-tiba dengan berbisik.
"Kenapa memang Mas?"
"Mau tak kenalin adekku. Cantik, pinter kuliahan lagi. Namanya Wiwin"
" Lah, sampean Wawan adeknya Wiwin. Keren"
"Oh iya, di keluargaku, nama semua anak itu hanpir mirip. Biar apa? Biar ada kedekatan batin antar saudara. Mbakku Weni panggilannya Wewen. Aku Wawan, adekku Wiwin. Sepupuku, Yeni, Yuni sama Yani. Sepupuku yang lain Rina, Rino, Roni sama Rini"
"Hahahahaha keren Mas"
Gembul berbadan subur, yang selalu mencairkan suasana. Tanpa kehadirannya, pabrik terasa sepi. Semua orang bekerja dengan serius sampai mukanya penuh keriput. Begitu Gembul datang cairlah suasana seketika. Meskipun demikian, tak ada yang berani merendahkan atau meremehkannya. Seakan Gembul membawa aura sungkan dalam dirinya. Gembul yang aneh.
***
Pukul 17.30 wib.
Pabrik sudah sepi hanya beberapa glintir orang yang lalu lalang bersiap pulang. Lukman baru saja selesai membereskan laporan akhir bulan. Saat ia melihtasi kantor manager di lantai 4, ia melihat ruangan yang masih berpenghuni dengan pencahayaan yang lengkap. Pelan - pelan ia berjalan karena takut mengganggu.
"Siapa di luar?" Suara dari dalam ruangan terdengar mengejutkan ditengah heningnya kantor
"Saya Pak, Lukman" jawabnya dengan sedikit takut.
Lukman mendekat lalu membuka ruangan.
"Bapak tidak pulang?" Tanya Lukman pada penghuni ruangan itu yang tak lain adalah asisten manager divisi produksi.
"Belum, saya lagi pusing" jawab Pak Aji, sang asisten manajer dengan sedikit ketus.
Lukman menyadari dia berada di waktu yang tidak tepat. Ia segera keluar ruangan karena takut mendapat tanggapan yang kurang menyenangkan.
"Eh, kamu bukannya leader team produksi?" Tanya Pak Aji tiba - tiba.
" Betul pak, saya salah satunya"
"Kebetulan, saya pengen lihat laporannya selama 4 bulan ini"
"Belum direkap Pak, karena supervisor kita sedang cuti Pak"
" Itu lagi supervisor cuti gak masuk-masuk, sudah bawa sini saya bisa baca kok"
Segera Lukman menuju ruangan supervisor untuk mengambil laporan yang sejak minggu lalu ngangkrak di meja supervisor.
Pak Aji membuka buka laporan dengan cepat
" Aduh" komentar Pak Aji melihat isi laporan.
" Maaf Pak, sebenarnya ada apa, maaf mungiin saya tidak bisa membantu banyak tapi paling tidak saya bisa meringankan beban Bapak jika bapak bercerita" usul Lukman.
" Begini, saya dipanggil oleh Deputi. Saya dihadapkan dengan manager dan para direktur. Ada keluhan dari berbagai petinggi. Minyak yang kita hasilkan tidak sama. Ada yang jernih ada yang pekat. Bagaimana bisa itu terjadi"
Lukman mengetahui betul masalah itu sejak empat bulan yang lalu. Namun ia memilih diam agar tidak beresiko. Namun kali ini tampaknya masalah ini belum menemukan titik terang.
" Ini hanya dugaan saja Bapak. Ada beberapa mesin yang berbeda dengan mesin lainnya. Setiap minyak yang dihasilkan oleh mesin tersebut menjadi pekat"
"Mesin? Mesin yang mana yang kamu maksud?"
"Sepertinya mesin yang bari dibeli Pak, maaf ini hanya dugaan"
"Masak? Mesin itu baaru dibeli dari Jerman. Sama seperti mesin - mesin yanglain. Bagaimana bisa hasilnya berbeda"
"Benar Pak meskipun berasal dari negara yang sama tetapi mereka dibuat oleh perusahaan yang berbeda pak. Bapak bisa cek di mesinnya"
" Oh ya? " Pak Aji manggut-manggut.
Pak Aji terlihat sedang berfikir keras. Dahinya mengernyit.
" Menurutmu bagaimana, eh siapa nama kamu tadi?"
"Lukman Pak"
" Ya, Lukman. Ada saran?"
" Pertama kita harus bujtikan apakah benar yang saya katakan bahwa penyebabnya adalah mesin produksi yang berbeda, dalam hal ini pihak engineering yang lebih berhak kemudian pihak laborat menguji kualutas kedua minyak yang berbeda. Apakah minyak yang pekat lebih baik dari minyak yang jernih ataukah lebih buruk kualitasnya. Jika lebih buruk maka mesin itu harus diganti atau diperbaiki. Tetapi jika hasilnya justru lebih baik dari minyak yang jernih maka kita akan membuat produk baru. Jadi kita punya dua produk. Pekat dan jernih. Tentu kemasannya pun dibuat berbeda. Kemudian pihak oemasaran akan membuat promosi tentang produk baru tersebut. Dengan begitu kita tidak akan rugi"
Pak Aji kembali manggut-manggut.
" Tetapi Man, beok aku sudah harus memberi jawaban pada manajer. Besok siang ada meeting. Saya harus siap"
" Apa Bapak percaya jika saya bantu?"
" Bagaimana?"
"Saya akan merekap laporan dan bukti pendukung, bapak membuat proposal pengajuan rencana kegiatan seperti yang saya katakan tadi"
" Begitu ya?, Oke!"
Puiul 19.00 wib Lukman ditemani Gembul menuju pabrik luas yang hampir kosong. Hanya ada beberapa penjaga yang memang tinggal di pabrik. Mereka lalu lalang memeriksa keamanan.
Kring...kring...
Hape Lukman berbunyi. Wulan menelepon. Luiman lupa harus ini ada janji dengan Wulan.
" Halo Lan, aduh sorry banget aku lembut di pabrik ada masalah dikit" kata Lukman begitu mengangkat telepon.
"Kamu kan udah janji Man, aku terlanjur gak ngerjain tesis nih" suara Wulan di seberang sana.
" Iya maaf, atau aku video call biar kamu percaya?"
" Enggak ah gak papa tapi janji ya diganti!"
" Iya siap nona" kata Lukman mengakhiri lalu menutup telepon.
"Sopo Mas? Pacare yo? ( Siapa Mas, pacarnya ya)" tanya Gembul penasaran.
"Apa sih ah" jawab Lukman ngasal.
"Wooo pantesan tak kenalin adekku ndak mau, hahahhahah. Cantik gak?"
"Apa sih Mas...kerja...kerja..."
Semakin Lukman menghindar semakin Gembul menggoda. Suasana malam yang mencekam kini menjadi riuh ditambah dengan para penjaga yang ikutan nimbrung, ikut menggoda Lukman padahal mereka tidak tahu topiknya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
eve
suka bgt tokoh lukman ini 🥰
2022-08-25
0
Rose_Ni
jangan-jangan Wawan ini pemilik pabriknya,ada hub.kekeluargaan juga kah sama Wulan,soalnya nama diawali huruf W juga
2022-08-20
0
vlaha
akhirnya up bareng kunti keluar, thor.
2020-04-04
1