Kampung Masa Lalu

Kediri mulai senja. Sinar merah memancar di ufuk barat tepat di atas gunung wilis. Burung emprit beterbangan di atas persawahan. Para petani mulai kembali menuju kediaman masing - masing. Perempuan - perempuan pencari kayu menggendong seikat kayu hingga tubuhnya membungkuk. Beberapa diantaranya menganggukkan kepala pada Lukman. Rupanya masih ada yang ingat wajah Lukman.

"Loh Man, kok nggak bilang - bilang kalau mau balik" seorang perempuan ibu - ibu datang dari selatan menenteng tas menjalin.

"Assalamualaikum Bulik" sapa Lukman yang sedari tadi duduk di teras rumah sambil mencium tangan Buliknya.

"Sama siapa?" Tanya Bulik.

"Sendirian Bulik"

"Nggak ngajak konco?"

"Mboten"

Bulik membukakan pintu lalu mereka masuk ke dalam.

Rumah itu adalah peninggalan almarhum orang tua Lukman. Selama Lukman belum menikah, rumah itu ditempati Buliknya bersama suami yang kemudian menjadi wali Lukman. Beliaulah yang selama ini mengurus Lukman sepeninggal kedua orang tuanya.

"Untung kamu pulang Man, Paklikmu ada yang mau diomongin" kata Bulik sambil menyuguhkan secangkir teh panas.

Sesaat sebelum adzan maghrib Paklik tiba di rumah. Segera Lukman mencium tangan Pakliknya. Wajahnya sumringah melihat kehadiran Lukman yang sepertinya telah lama dinantikannya.

Selepas sholat maghrib Lukman menemui Pakliknya di teras. Dua cangkir kopi hitam telah tersedia di meja berikut gorengan yang masih hangat. Bulik memang ahli dalam membuat cemilan.

" Begini Le....kamu masih ingat Pak Haji Saman ?" Tanya Paklik sembari menyeruput kopi hitamnya.

Lukman mengangguk.

"Anak ragilnya, siapa itu... Wardah....sudah tamat sekolahnya di Mesir"

Paklik mencicipi gorengan buatan Bulik. Lalu melanjutkan.

" Nah, Pak Haji menghendaki yaaa mengenalkan dulu lah sama kamu Le...."

Deg. Lukman kaget dengan apa yang baru saja didengarnya. Untuk apa? Apa maksudnya?

" Ya... Pak Haji maunya Wardah itu dapat tetangga sini saja yang sopan yang baik yang penurut sehingga bisa diajak sama - sama ngurusi mushola begitu, lha Pak Haji milih kamu" terang Paklik.

Sesak dada Lukman. Untuk kesekian kalinya seseorang menawari jodoh. Dan selalu saja dadanya sesak. Mengapa semua tidak mengerti bahwa hati Lukman sudah terisi. Namun hingga kini Lukman belum berani menceritakan pilihan hatinya pada keluarganya. Ada ketakutan mendalam pada diri Lukman. Ia khawatir jika dicegah atau tidak direstui. Bagaimanapun Bulik dan suami adalah walinya kini. Mereka yang dipasrahi untuk menjaganya.

***

Dua hari di Kediri, jauh dari bisingnya kota, jauh dari asap yang mengepul, jauh dari ramainya hiruk pikuk kota. Sungguh berbeda. Di kota jam enam pagi sudah panas, tetapi di kampung ini masih dingin, cocok jika ditemani dengan secangkir teh panas dan tahu goreng, seperti yang saat ini tersedia di samping Lukman.

"Paklikmu sudah berangkat?" Tanya Bulik dari balik pintu

"Sampun Bulik" Jawab Lukman.

Bulik kemidian duduk di samping Lukman.

"Memang Paklik mau kemana Bulik?" Lukman balik bertanya.

"Nyambangi Nurul sama adek adeknya" jawab Bulik.

Bulik memiliki tiga anak. Ketiganya perempuan dan ketiganya berada di pesantren. Jarak lahir yang hanya dua tahun membuat mereka seperti kembar tiga.

"Kelas berapa sekarang Nurul Bulik?" Tanya Lukman sambil menyeruput teh hangatnya.

" Nurul sudah kelas tiga aliyah, Fatma kelas 1 aliyah terus Fitri kelas 2 MTs"

Suasana hening sejenak

"Le....Bulik mau tanya serius. Kamu jawab yang jujur yo?" Tanya Bulik.

Lukman mengangguk.

"Kamu di Surabaya sudah punya pandangan belum? Sing jujur"

Lukman hanya tersenyum.

"Kalau kamu sudah punya pacar, cobalah dikenalin sama Bulik. Biar Bulik lihat cocok ndak buat kamu. Ingat Le, menikah itu bukan hanya dua orang tapi dua keluarga"

Bulik mencicipi tahu goreng,. Lalu meneruskan.

"Seperti yang dipesankan almarhum Bapakmu, cari istri yang solihah, yg ngerti agama, dari keluarga islam kentel"

Dada Lukman kembali panas. Inilah mengapa Lukman belum pernah menceritakan perihal Wulan pada keluarganya. Apakah Bulik akan merestui Wulan yang berasal dari keluarga sosialita, orang kota nan kaya raya. Apalagi jika mereka tahu orang tua Wulan belum memberi isyarat lampu hijau hingga sekarang.

Pukul 02.00 WIB.

Burung hantu menyuarakan jati dirinya di belaang rumah. Warga sesa biasa menyebutnya manuk uwuk karena bunyinya nya wuk .wuk...

Lukman memandang genting di atap yang terlihat jelas berajajar rapi di atas sana. Rata - rata rumah di kampung tidak dipasang plafon. Mereka tidak suka memberikan ruang pada para tikus untuk bertempat dan membuat gaduh ditengah malam.

Wardah. Bagaimana wajahnya sekarang? Apakah masih imut seperti dulu? Lukman membayangkan jaman dahulu saat mereka masih SD. Wardah adalah adik kelasnya yang kalem, manja dan menggemaskan. Dulu saat masih kecil mereka sering bermain bersama. Dan wardah sering menangis karena dijahilin anak laki - laki.

Lukman tertawa mengingat saat masa kecilnya, Wardah belajar naik sepeda cowok. Sepedanya dipinjam teman, ia akhirnya mencoba menaiki aepeda cowok yang di bagian tengah ada penghalang. Karena tak biasa, wardah teejatuh dan menangis. Lukman yang kala itu menolongnya. Ditolong oleh Lukman bukannya berhenti menangis ia malah marah-marah pada Lukman tanpa tahu sebabnya. Belakangan temannya menceritakan kalau sebenarnya Wardah malu ditolong Lukman. Temannya bolang Wardah memang suka Lukman dari dulu.

Tapi itu kan dulu, pikir Lukman. Masak iya dia masih suka Lukman selang sepuluh tahun ini. Atau jangan - jangan dia yang meminta Abahnya untuk menjodohkannya dengan Lukman?

Wardah. Siapa yang tak suka Wardah, putri Kyai meski hanya Kyai desa, lulusan Mesir, cantik, pintar, apakah berlian seindah itu akan dia lepaskan?

Tapi Wulan? Tujuh tahun bertahan akankah dilepaskan karena datang berlian yang indah ini? Entahlah, hatinya mulai bimbang. Dulu setiap dia ditawari jodoh, dia selalu bisa menolak. Namun kali ini, ia tidak ingin terburu menolak. Entah mengapa.

Wardah. Kenapa datang disaat begini. Kenapa disaat Wulan telah hadir lebih dulu. Kini ia berada di kampung masa lalu.

***

Terpopuler

Comments

Rose_Ni

Rose_Ni

Lukman sedaerah sama Azimah ya Thor,sama-sama dri Kediri

2022-08-20

0

ⓘ ⓝ ⓐ ⓨ

ⓘ ⓝ ⓐ ⓨ

istikharah dulu Lukman, biar dpt yg terbaik..

2020-09-06

2

ⓘ ⓝ ⓐ ⓨ

ⓘ ⓝ ⓐ ⓨ

tahu Kediri..

2020-09-06

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!