Episode 5

5. Kelulusan

“Yeaayy! Kita lulus!” Teriak Geva dan Naomi bersamaan sambil berpelukan dan loncat-loncat di tengah lapangan saat kepala sekolah mengumumkan bahwa SMA Bina Nusantara lulus 100 persen.

Sorak gembira dan aksi corat coret seragam sekolah menggunakan cat semprot dan spidol pun tidak bisa dihindari lagi. Meskipun, pihak sekolah sudah memberikan peringatan secara tegas akan larangan melakukan hal yang dianggap tidak berfaedah tersebut.

Sekolah bahkan juga sudah memfasilitasi posko untuk mengumpulkan seragam siswa siswi kelas dua belas yang tidak terpakai lagi yang selanjutnya akan disumbangkan kepada anak-anak dari keluarga yang kurang mampu dan membutuhkan seragam sekolah.

Namun di luar dugaan, anak-anak kelas dua belas yang diketuai oleh Gevania justru mengumpulkan uang hingga mencapai puluhan juta dan selanjutnya akan dibelikan peralatan sekolah untuk di sumbangkan. Dan seragam sekolah mereka tetap dicoret-coret dengan motif tanda tangan teman-temannya.

“Siapa yang membeli cat semprot sebegitu banyaknya?” Tanya Bapak kepala sekolah dengan wajah yang merah padam sambil menggunakan pengeras suara. Sehingga, para siswa siswi yang heboh di tengah lapangan itupun menghentikan kegiatannya.

“Saya pak!” Jawab Theo, yang merupakan mantan kekasih Gevania.

“Siapa yang awalnya mempunyai ide untuk melanggar peraturan sekolah?”

“Saya pak!” Kini Geva yang maju ke depan dengan wajah yang santai. Naomi sebagai sahabat sekaligus kakak ipar Geva hanya mampu geleng-geleng karena Naomi sudah mengingatkan Geva untuk tidak melanggar peraturan sekolah.

“Kenapa kamu melakukan itu? Bukankah lebih baik seragam kamu itu kamu berikan pada anak-anak jalanan?” Tanya kepala sekolah dengan tegas.

“Begini Pak, Orang tua saya mengajari saya untuk selalu memberi dan berbagi pada sesama manusia. Orang tua saya juga mengatakan bahwa, saya tidak boleh memberi dan berbagi suatu barang atau makanan dengan apa yang tidak saya pribadi sukai. Jadi saya hanya akan memberikan barang atau makanan yang saya sukai atau makanan yang saya mau memakannya.

Contohnya seperti ini, saya tidak mau memakai pakaian bekas orang lain, masak saya memberikan pakaian bekas saya sama orang lain supaya mereka memakainya? Ya mending saya belikan baru dong Pak, biar mereka semakin bahagia. Masak ngasih ke orang setengah-setengah?” Ucapan Geva membuat kepala sekolah menghela nafasnya.

“Teorinya bukan seperti itu Gevania Azkia Wijaya!”

“Bukan begitu bagaimana pak? Misalkan ini pak, saya kemarin siang beli pizza yang ukuran large, terus gak habis. Keesokan harinya, saya udah gak mau makan itu Pizza meskipun belum basi. Lalu saya kasihkan ke bapak. Apa bapak mau memakannya?” Pertanyaan Geva membuat kepala sekolah tersebut menjawab dengan gelengan kepala.

“Nah,, bapak gak mau kan? Oleh karena itu, saya dan seluruh teman-teman kelas dua belas SMA Bina Nusantara yang tidak mau memakai baju bekas orang, memilih untuk menyumbangkan berbagai macam peralatan sekolah dalam kondisi baru. Baru loh Pak... bukan bekas. Dan semua itu nanti akan kita bagikan kepada anak-anak jalanan dan kurang mampu.” Lanjut Geva lagi.

“Terserah kalian dah! Yang terpenting jangan merusak fasilitas umum dan mengganggu lalu lintas!” Jawab Kepala Sekolah dengan nada putus asa. Memang debat dengan Gevania tidak pernah menang.

“Siap pak!” Jawab semua siswa dan siswi dengan kompak.

Para siswa kelas dua belas itu pun melanjutkan kegiatan yang menurut sebagian besar orang tua sebagai kegiatan unfaedah. Padahal bagi mereka yang akan berpisah dengan teman-temannya, hal itu adalah sebuah kenangan manis yang nantinya akan mereka rindukan. Ketika waktu terus berputar dan semuanya sibuk mengejar impian masing-masing hingga suatu hari mereka membuka lemari dan menemukan seragam SMA yang penuh tanda tangan teman-temannya, mereka akan tersenyum mengingat kenangan putih abu-abu yang penuh dengan cerita.

*

"Wa.. kita foto bareng-bareng yuk!" Kata Naomi menghampiri Dewa dan Theo yang sedari tadi banyak diam namun tatapan mereka tidak lepas dari Naomi dan Geva.

" Iya." Jawab Dewa mencoba tersenyum karena hati Dewa mendadak mellow di hari kelulusannya ini. Sebab, dia yang akan melanjutkan pendidikannya ke luar negeri akan sangat sulit untuk bertemu Naomi lagi, gadis cantik yang selalu membuatnya semangat berangkat sekolah.

“Theo.. udah jangan galau-in Geva mulu! Ayo move on dari mantan. Bukannya kamu juga mau melanjutkan pendidikan ke luar negeri? Aku yakin kamu akan bertemu dengan gadis yang bisa menggetarkan hati kamu.” Naomi merasa kasihan pada Theo yang masih mencintai Gevania. Sementara Geva, gadis itu sudah bahagia dengan Bhumi. Dan Theo tahu akan hal itu karena Bhumi juga yang memberikan beasiswa padanya di luar negeri setelah keluarganya bangkrut.

“Sepertinya kita harus segera move on Wa!” Ujar Theo pada Dewa mengingat kedekatan Naomi dengan Deon yang merupakan kakak Gevania. Publik belum tahu bahwa sudah terjadi pernikahan antara Naomi dan Deon. Sedangkan Naomi tidak menanggapi ucapan Theo karena dia sudah paham apa maksud Theo.

“Hmm.. mending kita foto sekarang.. Nom panggil Geva gih.” Kata Dewa dengan wajah datar.

Beberapa pose sudah diabadikan melalui bidik kamera ponsel keluaran terbaru, mungkin ini adalah momen yang akan mereka rindukan di masa depan. Hanya lembaran-lembaran foto yang dapat mereka simpan sebagai bukti pernah saling mengenal bahkan pernah mengisi hati.

"Nom.. elu di jemput kak Deon?" Tanya Geva mengambil tasnya setelah acara pengumuman dan perpisahan itu selesai.

"Nggak. Kak Deon katanya ada meeting penting, aku udah izin sama kak Deon buat ke panti kok.. nanti sore kak Deon jemput di panti." Jawab Naomi.

"Ya sudah bareng aku aja ya. aku mau pulang ke rumah Mama. Ada acara apa di panti?" Tanya Geva lagi.

"Ibra ulang tahun. nggak usah Gep.. kan gak searah, aku naik taksi online aja. Gampang." Jawab Naomi yang juga mengambil tasnya. Ibra anak panti yang berusia 9 tahun dan sangat dekat dengan Naomi.

"Salam ya buat Ibra, kamu gak bilang dari tadi sih.. tau gitu aku ikut ke panti, sekarang pasti kak Bhumi udah perjalanan buat jemput aku." Wajah Geva nampak cemberut.

"Nanti disampaikan.. kamu tenang aja.. udah sono buruan keluar, siapa tahu kak Bhumi udah datang." Kata Naomi, Geva mengangguk.

"Kamu ati-ati ya kakak ipar!" Kata Geva mengecup pipi Naomi.

"Ih anjay cium cium!" Teriak Naomi tertawa.

"Alah dicium kak Deon aja girang, giliran dicium adiknya teriak-teriak." Ucap Geva terkekeh dan pergi.

*

*

*

Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Geva tengah asik diruang TV bersama dengan Bhumi dan Papa Arsa juga Mama Rachel. Pasangan muda dan penuh drama itu menikmati waktu dengan kedua orang tuanya, karena besok adalah jadwal Geva dan Bhumi menginap di kediaman Bramantya bersama Mami Naya dan Papi Gema.

"Jadi ambil jurusan apa Ge?" Tanya Papa Arsa pada putrinya yang bawel itu tanpa menatap sang putri karena layar TV lebih menarik menurut papa Arsa.

"Manajemen Pa." Jawab Geva sambil menyuapkan buah ke mulut sang suami tercinta, Bhumi.

"Kenapa? gak jadi kedokteran? Denger-denger dari Deon, Naomi juga ingin ambil kedokteran." Tanya Mama Rachel cukup terkejut. Pasalnya anaknya dulu kekeh ambil kedokteran di luar negeri. Ini udah mau di dalam negeri saja sudah syukur.

"Aku udah diskusi sama kak Bhumi kok ma.. ya kan bee?” Tanya Geva yang hanya dijawab anggukan oleh Bhumi karena Bhumi sama dengan Papa mertuanya yang asik menatap layar kaca.

“Kebahagiaan dan impian aku sudah berubah ma.. nantinya aku akan punya anak-anak kembar yang lucu. Terus kalau aku ambil kedokteran kasihan anak aku dong karena nanti mommy pasti sibuk praktek di rumah sakit. Terus lagi nanti suami aku malah diperhatikan wanita lain." Jawab Geva membuat Mama dan Papanya tersenyum.

"Untung deh.. otak kamu udah waras!" Sahut Mama Rachel.

Eh.

"Mama ngatain anak mama?" Tanya Geva. Bhumi nampak anteng aja menikmati suapan buah sang istri tanpa ada niat untuk ikut masuk obrolan istri dan mertuanya. Pertandingan sepak bola lebih seru.

"Bukan ngatain kamu Ge.. Mama cuma heran aja karena biasanya kamu kan gak bisa diatur." Ucap Mama Rachel.

"Kan biasanya Ma.. kalau ini namanya luar biasa sebab menguntungkan banget buat aku..” Geva tersenyum penuh arti. Dari sorot mata Geva seakan sebuah rencana besar sudah tersusun sangat rapi.

“Menguntungkan?” Tanya Mama Rachel.

“Yess! kan kalau aku ambil management udah ada yang siap bantu kerjain tugas kuliah aku ma… apalagi saat nanti aku hamil anaknya, melahirkan dan menyusui anaknya. Iya kan sayang?" Tanya Geva pada Bhumi.

"He'em." Jawab Bhumi.

"Ck. ternyata! Dasar licik!" Ucap Mama Rachel menatap sinis putri kesayangannya.

Tidak berselang lama terdengar pertengkaran yang cukup mengusik telinga dua pasangan suami istri beda generasi itu. Geva langsung mengambil remote TV dan mematikannya. Belum juga Bhumi dan papa Arsa protes karena layar TV dimatikan oleh Geva, tapi suara pertengkaran dari luar itu semakin terdengar jelas dari ruang TV keluarga Wijaya hingga membuat semuanya penasaran.

"Keluar kamu Ta!" Teriak Deon.

"Nggak Yon! aku mau ketemu mama dan papa kamu! Aku mau kamu menepati janji kamu untuk bertanggung jawab!"

"Ta, please jangan sekarang! aku harus mengurus semuanya dulu! Aku belum membicarakannya dengan Naomi."

"Nggak Yon! Aku gak peduli sama istri siri kamu itu! perut aku akan semakin membesar." Teriak Renata hingga mereka kini sudah berada di depan pintu yang menghubungkan ruang tamu dan ruang televisi.

Empat pasang mata itu menatap Deon dan Renata dengan tajam, apalagi tangan Deon memegang pergelangan tangan Renata. Perasaan Geva tidak enak. Geva harap tadi yang ia dengar dari mulut Renata tentang perutnya yang sudah membesar adalah halusinasi. Tapi, mata Geva menangkan perut Renata membuncit. Sebuah buncit yang Geva yakini berisi janin, bukan bola basket.

"Ada apa ini?" Tanya Papa Arsa dengan tegas.

"Aku hamil om! Dan aku mau Deon segera menikahi aku Om! aku gak mau anak aku lahir tanpa bapak!" Jawab Renata dengan tegas.

Dyar!

Kediaman Wijaya beserta para penghuninya dibuat terkejut dengan pengakuan Renata dan semuanya seperti disambar petir. Deon hanya memejamkan matanya menetralkan emosinya.

BERSAMBUNG…

Gaes kayaknya banyak yang salah paham deh yaw...  Dan menganggap author pindah lapak saat sudah mencapai tingkat penasaran para readers... hehehe..

Maksud author begini gaes, apabila kalian bersedia memberikan dukungan kalian mulai dari like, komentar(kritik dan saran boleh, tapi jangan yang nyakitin ya soalnya authornya gampang baper), Vote hingga hadiah pada author. Secara langsung kalian membuat author semangat dan membantu novel ini untuk naik level.

Iya memang, tinggi rendahnya cuan dari NT berdasarkan level novel, author gak mau munafik soal itu karena author suka sama cuan. Tapi bukan semata-mata soal cuan doang,

Author gak muluk-muluk kok pengen level tinggi. Nggak.. asal jangan terlalu nyungsep kayak OMK beberapa bulan kemarin aja.. Udah capek-capek nulis dan menghalu, ada komentar yang gak enak... di nyinyirin reader karena Keenan gak jadi sama Alona eh level ikutan nyungsep... kan nyesekkk... Dan semangat nulis seketika hilang-

Terpopuler

Comments

Spurwani Nci

Spurwani Nci

waduh deon masih pengantin baru udh hamilin renata

2022-11-11

0

Anonymous

Anonymous

Pinisirin.. Endingnya ama Kaisar atau Deon ya🥺🥺

2022-03-24

0

buna Risma

buna Risma

deon ko gak tegas y..kl emng itu bkn anaknya y jgn mw lah tanggung jawab

2022-02-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!