Episode 4

4. Kebahagiaan Keluarga Wijaya

Sebatas informasi, Novel Calon Janda Muda ini sementara tidak author kontrak dulu di Noveltoon, sebab author ingin melihat dulu bagaimana perkembangannya. Sebab jika sudah di kontrak maka tidak bisa dibawa kemana-mana lagi. Oleh sebab itu author meminta dukungan kalian berupa like, hadiah, vote dan  komentar juga kritik dengan kalimat yang positif dan memotivasi..

Dukungan kalian tersebut berpengaruh besar pada author loh.. dan jangan lupa untuk doakan author betah disini ya.. Terima Kasih...

Happy Reading..

Gedeon Aiden Wijaya semakin meyakinkan dirinya bahwa hatinya sudah benar-benar berlabuh pada Naomi Akaira. Deon tidak menyangka secepat ini hatinya berpindah haluan setelah dia memutuskan untuk membuka hatinya kembali dan melupakan Renata. Noami, gadis yang usianya hampir terpaut 7 tahun dengannya itu dulunya adalah gadis menyebalkan dimata Deon. Sama menyebalkan-nya dengan Gevania, adik kandung Deon.

Bagaimana tidak, hampir setiap hari Naomi selalu mencari perhatian darinya dengan hal-hal yang menurut Deon tidak masuk akal. Dari pura-pura sakit lah, hingga pura-pura ponselnya mati supaya Deon antar kemana dia pergi. Dan Deon mengganggap Naomi hanyalah anak kecil yang Alay sebab sangat jauh berbeda dengan sosok Renata yang berpenampilan menarik dan cantik dengan segala brand-brand mahalnya.

Rasanya Deon ingin menertawakan dirinya sendiri. Gadis yang dia anggap anak kecil tersebut kini justru Deon ajak untuk membuat anak kecil. Bahkan Deon sekarang seakan kecanduan melihat wajah polos Naomi yang sudah terlelap.

“Selamat pagi sayang..” Sapa Deon melihat Naomi yang mengerjapkan matanya.

“Pagi kak..” Jawab Naomi dengan mengucek matanya yang masih sangat sulit untuk beradaptasi dengan cahaya matahari yang terpancar sangat terang karena gorden kamarnya sudah di buka oleh Deon.

“Ini udah jam berapa sih? Kenapa silau banget..” Gumam Naomi masih mencoba untuk mengumpulkan nyawanya yang belum berkumpul sepenuhnya.

“Jam delapan.” Jawab Deon santai.

“Apa?” Pekik Naomi dengan membelalakkan matanya dan menatap Deon yang masih bertelanjang dada dan hanya menggunakan bokser semalam yang terlempar begitu saja di lantai.

“Kakak kenapa belum mandi.. astaga aku belum menyiapkan baju kerja kakak.. aku…”

“Stttttsss.” Deon menaruh jari telunjuknya ke bibir sang istri supaya istrinya tersebut berhenti berceloteh.

“Aku hari ini tidak ingin pergi ke kantor karena aku ingin menghabiskan waktu denganmu..” Ujar Deon menatap Naomi dengan dalam membuat sang istri yang kesadarannya baru berkumpul itu salah tingkah.

“Kenapa?” Tanya Naomi mengerjap-ngerjapkan matanya membuat Deon gemas. Naomi yang mendapat tatapan seperti itu membuat kerja otaknya terhenti dan blank. Hingga akhirnya Deon menghadiahkan cubitan di pipi Naomi yang terlihat lebih chubby setelah ujian sekolah juga ujian nasional terlewati

“Awww sakit kak!” Naomi mengusap pipinya yang dipastikan akan memerah karena cubitan cinta dari Deon.

“Salah siapa masih tanya kenapa… Harusnya kamu kan tahu kenapa aku mau menghabiskan waktu sama kamu seharian kalau bukan karena masih kangen sama kamu! Kamu gak ngerti bagaimana aku menahan rindu sebab empat hari empat malam kita terpisah oleh jarak dan waktu.”

“Lebay!” Cibir Naomi terkekeh menatap Deon.

“Berani kamu ngatain suami kamu lebay ya.. berani kamu?” Deon pura-pura melotot lalu menggelitik tubuh sang istri yang masih polos tanpa sehelai benang pun. Naomi hanya bisa berteriak memohon ampun pada sang suami sambil mempertahankan selimut tebal berwarna putih supaya tetap menutup tubuhnya.

Dan akhirnya, adegan panas semalam kembali terulang pagi ini diatas ranjang dan berlanjut di dalam kamar mandi.  Tentu baik Naomi dan Deon begitu menikmati momen indah mereka berdua dalam menggapai nirwana. Terlebih di kediaman Wijaya tidak ada orang lain selain mereka berdua dan para ART di lantai bawah. Karena, Mama Rachel dan Papa Arsa baru akan pulang sore nanti. Sedangkan Geva dan Bhumi mendarat di ibu kota siang ini. Hanya saja Geva dan Bhumi memilih langsung kembali ke apartemen mereka.

*

*

*

Hari sudah berganti malam...

Mama Rachel dan Papa Arsa yang baru pulang dari Singapore sore tadi meminta Geva dan Bhumi datang ke kediaman Wijaya untuk makan malam bersama. Suasana bahagia tentu terus terpancar dari wajah masing-masing anggota keluarga tersebut, tidak terkecuali Mama Rachel dan Papa Arsa yang merasa sangat lega sudah memiliki menantu secantik dan sebaik Naomi. Juga menantu seorang Bhumi Bramantya.

Mama Rachel tidak bisa membayangkan jika yang jadi menantunya adalah wanita bernama Renata. Demi apapun Mama Rachel tidak menyukai Renata. Selain Renata merupakan anak dari Sisil, wanita yang berusaha menghancurkan keluarga Bramantya, Mama Rachel juga melihat sikap dan sifat yang melekat pada diri Renata kurang cocok untuk dijadikan sebagai menantunya.

Obrolan-obrolan receh dan berbagai cerita menghiasi meja makan keluarga wijaya yang menyajikan berbagai masakan makanan rumahan sederhana. Geva sangat asik membicarakan liburan dadakannya ke Korea hingga Papa Arsa juga meminta Deon untuk mengatur jadwal supaya bisa honeymoon bersama Naomi. Dan Deon ternyata sudah memikirkan itu semua setelah pernikahannya nanti diakui oleh Negara.

Mama Rachel hanya bisa tertawa dan geleng-geleng kepala menatap anak perempuannya yang tidak bisa memasak sama sekali. Masih mending sih Naomi bisa ceplok telur dan masak mie instan juga masak nasi di magic com dengan ruas jari sebagai takaran airnya. Namun Geva?

Sama sekali tidak bisa. Menghidupkan kompor aja, bilangnya takut meledak. Emang dikira hidupin petasan. Untung Bhumi mau menerima Geva apa adanya ya.. Untung Bhumi sabar ya...

Namun sudah mending sih, karena bantuan Flower, Geva sudah mengenal beberapa nama-nama bumbu dapur dan belajar mengupas bawang putih. Kalau bawang merah dia tidak sanggup, katanya matanya terasa sangat perih.

Bukan tanpa alasan Geva tidak bisa masak, sebab memang dari kecil papa Arsa melarang Geva melakukan apapun. Anafilaktik yang Geva derita hingga keluar masuk rumah sakit dan beberapa kali hampir kehilangan nyawa, membuat Papa Arsa sangat memanjakan Geva.

"Ge kamu harus belajar masak deh.. kasian entar anak kamu nanti mau kamu kasih makan apa." Kata Mama Rachel prihatin. Dia merasa gagal menjadi ibu yang tidak mengajari anaknya dengan baik sebagai wanita yang menjadi istri dan calon ibu.

"Mama tenang aja, aku akan cari koki yang akan masak di rumah kami. Aku pastikan anak, menantu juga cucu-cucu mama nanti tidak akan kekurangan gizi." Bukan Geva yang menjawab, melainkan Bhumi.

"Tapi Bhumm."

"Sudahlah ma... Bhumi benar, passion Geva bukan di masak memasak, jangan dipaksakan." Sahut Papa Arsa, selalu saja seperti itu. Geva tersenyum bahagia mendapat pembelaan dari dua lelaki yang teramat ia cintai.

"Tapi gak gitu juga kali pah.. nanti kalau Geva mau bikinin Bhumi teh bukan menambah Gula malah dikasih garam, kan repot." Sambung Deon terkekeh dengan tatapan yang tertuju pada sang istri karena sedari tadi banyak diam. Tidak bawel lagi.

"Enak aja! gue gak se-begok itu kali.. gue juga bisa bedain mana garam mana gula kak. Tanya aja Naomi, iya kan Nom..." Sambung Geva tidak terima.

"Iya,.." Naomi tersenyum. Entah kenapa mama Rachel yang menyuruh Geva belajar memasak cukup menyentil hatinya, sebab sebagai menantu dia hanya bisa masak itu-itu saja dengan rasa yang masih sangat standar. Padahal dia dibesarkan di Panti Asuhan.

"Ma.. mama kalau gak sibuk mau gak ajarin Naomi memasak?" Tanya Naomi memberanikan diri dengan hati-hati.

"Kamu mah gak usah belajar masak dulu, pengantin baru cukup puas-puasin aja masak diatas kasur biar mama segera punya cucu. Lagi pula kamu tinggal disini sama mama, jadi Mama bisa bantuin kamu.. kita nanti belajar masak pelan-pelan saja. lah, anak itu..." Mama Rachel menunjuk Geva dengan ujung garpu.

"Milih hidup mandiri gak bisa masak, terus nikahnya juga udah berbulan-bulan tapi gak ada kemajuan!"

"Enak aja! ada tau ma!" Kata Geva tidak terima ditunjuk-tunjuk sang mama.

"Apa?" Tanya Deon penasaran.

"Kemajuan udah bisa mengupas bawang putih, dan bikin adonan anak kembar yang sebentar lagi tumbuh disini." Kata Geva penuh optimisme mengusap perutnya yang rata padahal belum ada tanda-tanda hamil.

Geva yang dulu benar-benar ingin menunda kehamilan mengingat masih duduk di bangku kelas tiga, juga segala impiannya yang ingin menjadi dokter. Tapi setelah dia tahu bahwa dia keguguran tanpa sadar akan kehamilannya, rasanya Geva menyesal. Sangat menyesal dan ingin segera hamil lagi untuk menebus kesalahannya pada calon janin yang telah tiada itu.

"Cepat tumbuh disini ya anak-anak Daddy.." Kata Bhumi ikut mengusap perut rata Geva dengan wajah bahagia dan penuh cinta.

Mama Rachel saling pandang dengan papa Arsa, begitu juga Deon dan Naomi. Oh sungguh rasanya seperti mimpi, Bhumi sahabatnya yang super kaku seperti besi karatan itu bisa berwajah semanis itu? Iya sih Bhumi memang banyak bicara setelah menikah dengan Geva dan juga lebih banyak tersenyum jika bersama keluarga dan sahabat. Tapi gak se-alay itu juga kali...

Melihat bagaimana Geva yang sudah menunggu kehadiran janin dalam rahimnya membuat Naomi tersenyum dan ingin melakukan hal yang sama. Naomi tidak ada niat untuk menunda kehamilan, lagi pula selama beberapa hari menjadi istri Deon, Deon tidak membahas sedikitpun soal anak. Jadi tidak masalah kan Naomi ingin segera hamil anak dari Deon?

"Ngapain elu lihatin gue dari tadi?" Tanya Bhumi pada Deon dengan tatapan tajam. Auranya berubah 180 derajat.

"Elu sehat kan Bhum?" Tanya Deon.

"Kenapa emang?"

"Kok elu jadi alay sih?"

"Siyalan!" Umpat Bhumi.

"Eh jaga itu mulut ya.. gue kakak ipar elu.. tjatet! noh tjatet!" Kata Deon.

"Iya mas Deon.." Kata Bhumi dengan nada manja meniru Naomi membuat semuanya tertawa terbahak-bahak termasuk Geva. Namun yang dipanggil Bhumi justru bergidik ngeri..

Sementara Naomi hanya menundukkan kepalanya dengan pipi yang merona karena malu. Naomi memanggil Deon mas usai ijab qobul kemarin dan rasanya geli sendiri jika akan memanggil deon dengan ‘mas’ sebab, wajah Deon itu bukan wajah orang jawa melainkan blesteran Indo- sedikit Jerman.

"Anjay su ranjay! ketularan adik gue ini pasti nih.. pasti, karena hanya adik gue yang punya aliran sesat macam begitu." Kata Deon.

"Kamu itu ada-ada saja sih bee." Kata Geva terkekeh menepuk lengan suaminya. Geva tidak menyangka suaminya bisa se absurd itu.

"Bee.. beaaa cukai?" Nyinyir Deon.

"Nyinyir aja sih elu.. manis-manisin tuh bini mumpung masih pengantin baru dan anget-angetnya. Jangan ditinggal ke luar kota mulu. Karena menikah itu ternyata banyak ujiannya.” Gumam Geva yang merasakan lika liku rumah tangga di awal-awal pernikahan seperti yang Geva dan Bhumi alami dulu. Dan Geva berharap, Naomi dan Deon bisa saling menguatkan dan bertahan, sekuat Geva mempertahankan Bhumi hingga Bhumi benar-benar mencintainya.

"Hidup kita mah akan selalu saling membahagiakan, iya kan mas " Sambung Naomi optimis.

"i.. iya.." Kata Deon ragu bahkan sampai memejamkan matanya namun tidak disadari Naomi yang duduk disampingnya. Sedangkan Geva yang ada didepannya menangkap ekspresi sang kakak.

BERSAMBUNG

TERIMA KASIH DUKUNGANNYA..

Terpopuler

Comments

Ichas Ichus

Ichas Ichus

semoga Naomi tetep disini,aku gak sabar nunggu kelanjutan ceritanya 😄

2022-05-22

0

Elisa Nursanti Nursanti

Elisa Nursanti Nursanti

lanjuuttt thooorr

2022-01-27

0

Endang Priya

Endang Priya

padahal kan aku udah tau spoilernya ya.tp pas baca kisahnya langsung ttp aja deg degan.
thir jgn dibawa kemana manalah ttp disini aja ya.

2022-01-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!