Pukul 01:30 wib
Di lain tempat, Rara tidak bisa tidur karna kelaparan. Dia segera duduk di sofa yang terletak di samping tempat tidurnya.
"Perut gue laper banget lagi, tapi kenapa dia sama sekali gak bujuk gue untuk makan malam sih? Sialan banget tu orang. Kalau gue tetap paksain gak makan, bisa-bisa gue jadi busung lapar nantinya. Rencana gue mogok makan rupanya gak berpengaruh sama dia. Tapi liat aja, gue bakal buat rencana lain yang lebih ampuh untuk membalas perbuatan dia. Yang terpenting sekarang, gue harus makan. Malah cacing di perut gue udah pada demo dari tadi lagi," ucap Rara bermonolog.
Rara segera melangkahkan kakinya ke dapur untuk makan malam. Rara berjalan dengan sangat hati-hati. Ia tidak mau membuat keributan yang dapat memancing Rey untuk bangun dari tidurnya. Ia terus berjalan mengendap-endap bagai seorang maling yang hendak mencuri makanan di rumahnya sendiri. Sungguh konyol bukan? Tetapi memang seperti itu lah yang terjadi saat ini. Langkah kakinya terhenti tepat di depan sebuah lemari penyimpanan makanan. Tanpa buang waktu, Rara segera mengambil nasi berserta lauk pauknya dan memindahkannya ke sebuah piring yang ia pegang. Setelah itu, Rara segera duduk di salah satu kursi yang terletak tepat di dekat kompor. Ia tidak mungkin makan di meja makan. Jika Rey megetahuinya, hal ini pasti sangat mempermalukan dirinya sendiri. Dengan cepat Rara segera menyuapkan makanan itu dengan lahap ke dalam mulutnya. Rara bukan termasuk orang yang rakus terhadap makanan. Tetapi ini semua karna akibat dari ulahnya yang mencoba menahan lapar sejak daritadi. Tetapi saat Rara makan, terlihat Rey sedang mengambil air minum di kulkas. Sontak Rara langsung terkejut. Ia baru menyadari bahwa Rey sudah ada di dekatnya sekarang. Tentunya dengan wajah sinis menatap ke arahnya.
"Oh, lo makan juga? Gue kira setelah ini lo gak bakal makan selamanya. Pasti bahan makanan bakal utuh bukan?" sindir Rey langsung.
"Sialan lo!" ujar Rara segera beranjak pergi dari tempat duduknya karna kesal mendengar ucapan Rey.
"Habiskan makanan lo." Tahan Rey dengan suara dinginnya.
"Gue udah gak nafsu karna liat muka lo," balas Rara dengan tatapan membunuh.
"Kembali dan habiskan makanan lo!" Perintah Rey.
"Gue gak mau, lo mau apa ha?" Tantang Rara tak mau kalah.
"Gak masalah kalau lo gak mau. Tapi jangan salah kan gue kalo makanan itu yang akan jadi sarapan lo besok pagi." Ancam Rey serius.
"Lo gila? Makanan itu pasti udah basi. Lo mau bunuh gue?" tanya Rara terkejut.
"Lo tenang aja, lo gak bakal mati karna makan makanan basi itu. Kemungkinan besar paling juga masuk rumah sakit. Dan satu lagi, makanan yang lo makan barusan, itu bukan dari kerja keras lo. Tapi dari kerja keras Papa lo. Jadi tolong lo hargai kerja keras papa lo itu," ucap Rey dingin.
"Gue gak yakin lo setega itu nyuruh gue untuk makan makanan yang udah basi," ucap Rara tak percaya.
"Itu terserah sama lo mau percaya atau enggak. Tapi yang perlu lo ingat satu hal, gue gak pernah main-main sama ucapan gue. Apa yang gue bilang sekarang, itu lah yang bakal terjadi besok. Kalau lo gak percaya, lo boleh buktikan sendiri. Tapi jangan salah kan gue jika itu terjadi, karna gue udah peringatin lo sebelumnya," ucap Rey datar.
"Nyali gue kok jadi ciut gini ya? Gimana kalau Rey Benar-benar melakukan apa yang barusan dia bilang. Bisa tamat gue. Gak ... gak ... gue gak mau makan makanan basi itu besok pagi. Sebaiknya gue makan aja sampai habis. Bodo amat lah dengan gengsi. Toh gue juga lapar banget sekarang. Untuk saat ini gue ambil aman aja deh. Cari masalah sama dia di situasi kayak gini pasti gak cocok banget," ucap Rara dalam hati.
"Ngapain lo malah bengong? Kembali makan atau kembali ke kamar lo," seru Rey.
"Iya-iya gue makan, puas lo!" teriak Rara kesal.
Rara kembali duduk ke kursi semula. Ia segera makan dengan cepat dan kasar. Karna terlalu kesalnya bunyi sendok yang masuk ke mulutnya sampai terdengar karna tergigit oleh giginya. Rey yang melihatnya hanya tersenyum tipis nyaris tak terlihat.
"Lo makan gak usah buru-buru, gue tau lo lapar banget. Lo tenang aja, gue gak bakal minta juga," cibir Rey lalu meninggalkannya di dapur.
"Sialan lo Rey!" teriak Rara semakin kesal.
Keesokan harinya.
Sebelum berangkat ke sekolah, terlebih dahulu Rara dan Rey sarapan bersama. Setelah selesai dengan aktivitas sarapan pagi, mereka pun bersiap berangkat ke sekolah.
"Mana kunci mobil, gue mau berangkat ke sekolah," ucap Rara sedikit ketus.
"Lo tunggu disini," ujar Rey lalu berjalan menuju garasi.
"Baik juga tu anak mau ngambilin mobil gue. Jadi gue gak perlu repot deh harus jalan ke garasi," ujar Rara bermonolog.
Tetapi semua tak sesuai ekspektasi Rara, ia melihat kehadiran Rey dengan tatapan bingung. Pasalnya, Rey hanya mengendarai motor ninja birunya bukan mobilnya. ia berhenti tepat di depan Rara.
"Loh, kok pake motor? Mana mobil gue?" tanya Rara bingung.
"Mulai sekarang lo bakal berangkat sama gue ke sekolah," sahut Rey singkat.
"Idih ... males banget gue berangkat sama lo. Bisa-bisa gue kena alergi akut dekat sama lo," ledek Rara sinis.
"Ya udah kalau lo gak mau. Lo bisa pilih berangkat bareng gue, atau jalan kaki," tegas Rey.
"Lo pikir gue bodoh. Masih ada taksi kalik. Kasihan banget deh lo, ngarep banget bisa berangkat bareng gue," balas Rara kepedean.
"Coba aja kalau bisa. Gue cuma mau kasih tau sama lo, mumpung gue lagi baik. Semua kartu kredit lo udah di blokir sama papa lo. Jadi mau lo gesek kartu itu sampe patah sekalipun, gak bakal bisa di gunakan," jelas Rey.
"Maaf ya, gue gak semudah itu lo kadalin," ucap Rara masih keras kepala. Ia segera menelfon papanya.
Panggilan tersambung.
"Halo Pa, apa bener kalo semua kartu kredit Rara Papa blokir?" tanya Rara memastikan.
"Iya, Papa sengaja melakukannya agar kamu lebih irit dan tidak boros. Itu semua saran dari Rey. Dan Papa sangat setuju," jawab Papanya.
"Papa jahat!" teriak Rara langsung mematikan telfon secara sepihak.
"Gimana? Lo udah percaya kan?" tanya Rey menaikkan salah satu alisnya.
"Sialan banget lo. Ini semua karna saran bodoh lo kan?" Rara langsung menuduhnya. Tak lupa jari telunjuknya ia arahkan tepat di wajah dingin Rey.
"Kalau iya memang kenapa?" tanya Rey tanpa berdosa.
"Dasar parasit lo!" hardik Rara.
"Kayaknya yang parasit itu lo deh. Lo kan selalu merugikan papa lo di setiap waktu," sahut Rey.
" Lo ... " ucap Rara geram seraya mengeratkan giginya.
"Lo mau naik atau jalan kaki. Gue gak mau terlambat karna lo," tutur Rey seraya memakai helm full facenya.
"Ok, gue terpaksa berangkat bareng sama lo. Lo gak usah baper bisa dekat sama gue," ucap Rara segera naik ke motor Rey.
"Cihh, pede gila lo," sahut Rey sinis
Setelah selesai dengan perdebatan panjang itu, mereka memutuskan untuk berangkat ke sekolah bersama. Dengan menggunakan motor Rey pastinya.
oke guys gimana? seru enggak ceritanya?
jangan lupa like, komen, serta kritik dan saran nya yaa
Dukung terus agar author makin semangat buat nulis😊😊😊😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Wiidhy Lestari
Kakak aku mampir lagi 😊
2020-06-25
0
Dwiqiyus
keren ⭐⭐⭐
2020-06-11
0
Johar Edogawa
Baca GHOSTPITAL juga yuk ❤
2020-06-01
0