Morning Kiss

Malam yang gelap kini telah menjadi pagi yang cerah, embun-embun pagi mulai berjatuhan dari dedauan dan kicauan para burung terdengar nyaring dan indah di luar sana.

Dev terbangun lebih dulu daripada Zia, ia menatap Zia yang masih terlelap tidur di pelukan nya.

"Benar-benar sangat cantik." Dev mengusap lembut kepala Zia dan menyibakkan rambut Zia yang menutupi wajah cantiknya.

Tak lama Zia pun mulai terbangun karena mendapat sentuhan dari Dev.

"Eeugh!" lenguh Zia sambil membuka matanya, sedangkan Dev memilih menutup matanya kembali.

"Kak Dev, ganteng bangat kalo lagi tidur gini." Zia menatap kagum suami nya dan membelai lembut wajah Dev.

Cup!

Satu kecupan mendarat di kening Dev, Dev tersenyum bahagia di kala mendapat perlakuan manis dari istrinya.

Zia pun berniat untuk ke kamar mandi, walaupun ia merasa sangat sakit di bagian aset pribadinya. Ia tetap memilih untuk tidak membangun kan Dev.

Brukk!

"Awws, aduduh sakit bangat sih," rintih Zia yang kesakitan karena terjatuh, Dev yang mendengar rintihan Zia langsung membuka matanya.

"Ada apa Baby, apa kau baik-baik saja?" tanya Dev khawatir.

"Zia gak papa kok, Kak," balas Zia.

"Lagian mau kemana, Baby. Ini masih pagi, ayo sini sama Kakak!" ajak Dev yang langsung di setujui oleh Zia.

"Tapi Kak, Zia ga bisa jalan," lirih Zia sambil menatap Dev.

"Hhhe maaf Sayang, mungkin Kakak terlalu kasar semalam." Dev pun bangkit dan menggendong Zia untuk kembali tidur bersama nya.

Setelah Zia berada di atas kasur, Dev kembali menutupi tubuh mereka dengan selimut dan mulai memeluk Zia lagi.

"Sayang ...." lirih Dev sambil menci*m leher Zia yang membuat Zia sedikit geli.

"Ada apa, Kak?" tanya Zia bingung.

"Morning kiss nya mana, Baby." Dev masih asik bermain di leher Zia.

"Kak Dev, apa-apaan sih ga cukup semalam apa?" tanya Zia kesal.

"Kan itu semalam, Baby. Ini Kakak minta sekarang," balas Dev sambil tersenyum manis.

"Udah lah Kak, Zia mau mandi dulu." Zia hendak bangun namun aksinya di cegah oleh Dev, Dev menarik tangan Zia hingga Zia menindih tubuh atletis milik nya.

Dev langsung mengganti kan posisi Zia, sekarang ia lah yang menindih Zia.

"Kak, Zia mau mandi lepasin Kak." Zia berusaha memberontak namun tangan nya telah di cekal oleh Dev.

"Jangan menolak, Baby. Atau Kakak buat kaya semalam." Dev berbisik dengan suara seksinya di telinga Zia, hingga membuat bulu kuduk Zia sukses berdiri seketika.

Zia hanya terdiam di kala mendapat ancaman dari Dev, perlahan Dev pun mulai mendekat kan wajah nya ke wajah Zia. Sekarang tiada jarak di antara keduanya, sehingga deru nafas kedua nya dapat di rasakan oleh satu sama lain.

Cup!

Benda kenyal milik Dev kini telah menempel di bibir mungil Zia, Dev mulai memperdalam ci*man nya menjadi sebuah lum*tan lembut. Zia pun mudah luluh oleh Dev, sekarang ia ikut mel*mat benda kenyal milik Dev.

Setelah beberapa menit melakukan nya, Dev pun menghentikan aksinya karena mulai kesulitan bernafas.

"Sayang, mulai hari ini dan seterus nya. Ini harus menjadi rutinitas kita sebelum beraktivitas ya," ucap Dev sambil tersenyum manis kepada Zia, sementara Zia hanya membalas dengan mengangguk dan tersenyum.

"Sayang, ayo kita mandi," ajak Dev seraya turun dari tubuh Zia.

"Zia duluan boleh Kak?" tanya Zia kepada Dev.

"Tapi apa kamu bisa jalan, Baby?" tanya Dev khawatir.

"Bisa sih Kak, cuman agak susah karena sakit bangat," jelas Zia sambil meringis pelan.

"Yaudah, sini Kakak antar kamu ke kamar mandi. Sekaligus kita mandi bareng," jelas Dev seraya bangkit dan menggendong tubuh polos Zia.

"Kak tunggu, Zia pakek handuk dulu," ucap Zia berusaha turun dari gendongan Dev.

"Gausah Baby, kan disini cuman ada kita berdua jadi ga usah malu," jelas Dev sambil terus berjalan menuju ke kamar mandi, ia tak perduli meskipun ia berjalan ke kamar mandi tanpa sehelai kain pun di tubuh nya. Toh di kamar itu cuman ada dia dan istrinya jadi untuk apa merasa malu.

Berbeda dengan Zia, ia merasa sangat malu karena Dev menggendong tubuh nya yang tidak memakai apa-apa.

***

|| Renata ||

"Sayang, tolong pasangin dasi Kakak," pinta Dev kepada istrinya yang sedang membereskan tempat tidur mereka.

"Iya Kak." Zia berjalan dengan susah payah ke arah Dev. Melihat Zia yang kesusahan Dev pun merasa kasihan kepadanya.

"Sayang, biar Kakak aja yang kesana." Dev berjalan mendekati Zia yang sedang berdiri di tepi ranjang, kemudian Dev menggendong Zia ala bride style dan menyuruh Zia untuk memakai kan dasinya.

"Sekarang pasang lah, Sayang!" titah Dev seraya tersenyum manis ke arah istri nya, Zia pun memasang dasi di leher Dev dengan sangat terampil dan fokus.

"Udah Kak, sekarang turunin Zia Kak. Zia mau makan," ucap Zia sambil menatap Dev.

"Kita sekalian aja, Baby." Dev berjalan menuju ke lantai bawah sambil menggendong Zia.

Cup!

Zia mengecup pipi Dev, sehingga membuat sebuah garis lengkung terbentuk di wajah Dev.

"Udah nakal ya," ujar Dev seraya menatap Zia dengan tatapan jail nya, sementara Zia hanya tertawa kecil sambil membenam kan wajah nya di dada bidang milik Dev.

Beberapa menit berjalan mereka pun telah sampai di meja makan, Dev langsung menduduk kan tubuh Zia di kursi dan ia duduk di samping Zia.

"Sayang, suapin ya," pinta Dev dengan wajah memelas.

"Iya Kak," balas Zia tersenyum.

10 menit berlalu, kini acara makan-makan mereka telah selesai.

"Sayang, Kakak berangkat dulu ya." Dev mengecup kening istri nya saat berada di ambang pintu.

"Iya Kak, jangan terlalu capek ya Kak, nanti Kakak bisa sakit," ucap Zia memperingati Dev.

"Iya Sayang, kamu juga jaga diri baik-baik ya." Dev mengusap lembut kepala istrinya dan bergegas masuk ke dalam mobil, sedangkan Zia hanya mengangguk sambil tersenyum.

"Bye, Sayangku." Dev melambai ke arah Zia. Zia pun membalas nya di sertai senyum manis di wajah nya.

Setelah mobil pribadi Dev berangkat, Zia pun masuk kedalam meskipun dengan sedikit kesusahan karena tanda cinta Dev masih membekas pada nya yang membuatnya kesusahan berjalan.

"Nyonya kenapa, apa Nyonya baik-baik saja?" tanya bi Sari salah satu maid nya, yang membuat pipi Zia merah seketika karena malu.

"Yaampun, aku harus jawab apa? Masa iya aku jawab gara-gara Kak Dev semalam," batin Zia menggerutu kesal dan menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal.

"Nyonya!" panggil bi Sari sambil melambaikan tangan di depan wajah Zia.

"Eh, eum saya baik-baik aja kok hhhe," jawab Zia sedikit terkejut.

"Loh itu bekal siapa?" tanya Zia sambil menunjuk kotak makan yang ada di meja.

"Itu kotak makan tuan Dev, Nyonya. Mungkin tuan lupa membawa nya," jawab bi Sari.

"Kak Dev suka bawa bekal dari rumah?" tanya Zia penasaran.

"Iya Nyonya, tuan Dev lebih suka bawa bekal dari rumah karena makanan nya lebih sehat katanya, dan tuan Dev itu sangat menjaga kesehatan nya," jelas bi Sari panjang lebar sementara Zia hanya mangut-mangut saja mendengar kan penjelasan bi Sari.

"Ooww gitu ya, Bi. Oh ya Bibi tau gak apa makanan kesukaan Kak Dev?" tanya Zia lagi.

"Setau saya tuan Dev, sangat menyukai sup Nyonya karena sebelum Nyonya kesini hampir tiap hari kami membuat sup untuk tuan Dev," jelas bi Sari.

"Ow gitu ya, Bi." Zia mengangguk tanda mengerti.

"Bi, ayo bantu saya. Saya mau masak sup untuk Kak Dev, karena bentar lagi saya akan mengantar bekal makan siang Kak Dev," ajak Zia dan bi Sari hanya mengangguk mengiyakan, kemudian kedua nya menuju dapur dan mulai memasak.

1 jam berlalu, kini Zia telah selesai memasak sup untuk Dev. Zia melirik sekilas ke arah jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul 11:00 WIB, artinya sebentar lagi adalah waktu makan siang Dev.

Setelah mengemas kotak makan Dev. Zia pun bergegas keluar dan meminta supir agar mengantarnya.

"Ada yang bisa kami bantu, Nyonya?" tanya supir yang tengah duduk bersama bodyguard penjaga gerbang, sementara bodyguard itu hanya tersenyum kepada Zia.

"Pak, tolong antar kan saya ke kantornya Kak Dev," pinta Zia seraya membalas senyuman mereka berdua.

"Baik, Nyonya. Mari saya antar kan." Supir itu bergegas membuka pintu mobil untuk Zia, dan melajukan mobil nya menuju kantor Dev.

20 menit berlalu, Zia pun telah sampai di kantor Dev. Ia sempat takjub saat melihat kantor Dev yang begitu besar dan indah, namun ia segera menepis rasa kagum itu dan segera keluar dari mobilnya untuk mengantar makan siang Dev.

"Tolong antar kan, Nyonya ke ruang tuan Dev. Ini adalah istri tuan Dev," jelas supir itu kepada satpam penjaga pintu.

"Baik. Mari Nyonya saya antar anda keruang tuan Dev," ajak satpam itu dan di angguki oleh Zia.

Saat Zia memasuki kantor Dev, semua karyawan yang ada di sana menatap Zia dengan tatapan kagum. Mereka sangat takjub akan kecantikan alami dari Zia, biasa nya di sana Renata lah yang paling cantik namun Zia mengalah kan kecantikan Renata.

"We, siapa tu? Cantik bangat," bisik salah satu karyawan kepada karyawan yang lain.

"Entah mengapa gue mencium bau-bau pertengkaran disini," ucap karyawan yang lain.

"Gue yakin itu saingan baru Renata," timpal yang lain, sementara Zia hanya bisa melempar senyum manisnya ke arah mereka. Yang membuat mereka semakin kagum.

"Yaampun, senyuman nya," ucap mereka serempak, tak lama kemudian Renata pun datang.

Brakk!

Renata menggebrak salah satu meja karyawan, sehingga membuat semua karyawan beserta Zia merasa sangat terkejut.

"Apa yang kalian bisik-bisik hah! Cepat kerja!" teriak Renata seorang gadis cantik yang berpropesi sebagai sekretaris Dev, namun semua orang tidak menyukai nya karena sifat nya yang kejam dan sombong, Renata sendiri memiliki paras cantik akan tetapi dia kalah dengan kecantikan Zia yang natural.

"Siapa lo, apa lo karyawan baru disini?" tanya Renata kepada Zia.

"Ini ...." Satpam itu berusaha menjelas kan namun Renata segera memotong ucapan nya.

"Gue tanya sama dia, lo diam!" bentak Renata.

"A -- aku is -- istrinya Kak Dev," jawab Zia gugup.

"Apa, istri? Hhhhhh mimpi lo." Renata tertawa terbahak-bahak saat mendengar jawaban Zia.

"Lo dengar ya, hanya gue yang bisa ngedekatin Dev. Dan sekarang lo ngaku-ngaku sebagai istrin nya?" ucap Renata disertai senyum mengejek

"Apa tu di tangan lo, cepat siniin!" bentak Renata meminta kotak makan di tangan Zia, nemun Zia menolak memberikan nya yang membuat Renata semakin marah dan hendak menampar Zia.

Dengan sigap tangan Renata di cekal oleh seseorang yang tak lain ada Dev.

"Kurang ajar!"

Plak! Plak!

Dua tamparan keras mendarat di pipi Renata, sehingga salah satu sudut bibirnya mengeluarkan darah segar.

"Kamu tau ini siapa?" tanya Dev kepada Renata sedangkan Renata hanya menggeleng sambil menunduk dan memegangi pipinya yang di tampar Dev.

"Dengar buat kalian semua! Wanita ini adalah istri sah saya, jadi jika ada diantara kalian yang berani menyakiti dia maka bersiap lah kalian akan saya pecat dari kantor ini!" ucap Dev tegas sambil meraih Zia kedalam pelukannya.

Mendengar ucapan dari Dev membuat semua karyawan terkejut sekaligus senang, karena mereka berpendapat bahwa Dev dan Zia sangat lah serasi.

"Ma -- maaf Tuan, sa -- saya ti -- tidak tau kalo di -- dia istri, Tuan," ucap Renata terbata-bata karena takut kepada Dev.

"Meskipun kamu tidak tau ini istri saya. Tidak bisa kah kamu bersikap baik kepada orang lain apalagi tamu? Sulit kah kamu bersikap sopan kepada orang lain?" Dev benar-benar murka terhadap Renata apalagi ia sudah berani menyakiti istrinya.

"Maafkan saya, Tuan," lirih Renata tanpa berani menatap Dev.

"Sekarang kemas barang-barang mu, dan kau bisa pergi dari sini. Kamu saya pecat!" ucap Dev tegas. Mendengar ucapan dari Dev, Renata langsung menangis dan memohon sambil memegang lutut Dev.

"Lepaskan kaki saya, sebelum kamu saya tendang!" ancam Dev sambil berusaha melepaskan kaki nya dari tangan Renata.

"Kak, sudah lah jangan pecat dia. Lagian tadi dia gak tau kalo Zia istri Kakak, Zia udah maafin dia Kak, jangan pecat dia kasian dia Kak," ucap Zia seraya mengelus dada suami nya dengan lembut, mendapat sentuhan dari Zia membuat Dev sedikit tenang dan perlahan amarah nya turun.

"Sungguh wanita berhati mulia," batin Dev seraya menatap istrinya dengan tersenyum.

"Baiklah, kamu tidak akan saya pecat. Akan tetapi kamu bukan lagi sekretaris saya, kamu cuma karyawan biasa sekarang sama seperti mereka semua," jelas Dev panjang lebar sambil menunjuk-nunjuk ke arah Renata.

"Terima kasih, Tuan." Renata menyatukan kedua tangan nya dan berterima kasih kepada Dev.

"Berterima kasihlah kepada istriku, kalo dia tidak ada maka kamu akan saya tendang keluar." Dev menatap Renata dengan tatapan yang mematikan.

"Terima kasih, Nyonya." ucap Renata kepada Zia, akan tetapi tanpa di ketahui oleh siapapun ternyata Renata menyimpan dendam kepada Zia.

"Ayo Kak, bangun lah!" Zia membantu Renata untuk berdiri sehingga Dev dan para karyawan kembali memuji perbuatan Zia.

"Wah baik bangat istri tuan"

"Iya benar, hatinya sangat mulia"

"Udah cantik, baik lagi"

Itulah pujian yang di dapat oleh Zia, Dev yang mendengar itu hanya tersenyum senang karena istrinya berhasil merebut hati semua orang dengan sifat baik nya.

"Awas lo, ini belum selesai. Gue akan terus ganggu hubungan kalian dan gue akan merebut Dev dari lo," batin Renata seraya tersenyum licik.

"Gara-gara lo juga, gue kehilangan jabatan gue sebagai sekretaris pribadi Dev." Renata benar-benar dendam kepada Zia.

"Sekarang semua nya kembali bekerja!" titah Dev kepada semua karyawan nya dan langsung di patuhi oleh semua karyawan nya.

"Sayang, ayo kita ke ruangan Kakak," ucap Dev sembari menggendong istrinya, sontak semua karyawan berteriak histeris melihat adegan romantis itu.

"Kak, turunin. Zia malu Kak." Zia berusaha turun dari gendongan Dev, akan tetapi Dev tetap tidak menurunkan Zia dan terus berjalan menuju ke ruangan nya.

Sesampai nya diruangan kerja nya, Dev langsung menduduk kan tubuh Zia diatas meja kerja nya. Ia kemudian membuka jas nya karena merasa gerah, dan tinggal lah kemeja abu-abu yang menutupi tubuhnya. Tak lupa Dev juga membuka dua kancing bajunya hingga membuat dada bidang nya terlihat.

Dev mendekati Zia yang tengah duduk di atas meja.

"Sayang, kok gak bilang-bilang kalo kamu kesini?" tanya Dev sambil mendekat dan merangkul pinggang langsing istri nya.

"Zia cuma mau nganterin makan siang Kakak, tadi ketinggalan dirumah," jelas Zia sambil tersenyum manis ke arah Dev.

"Kalo begitu ayo kita makan, Baby. Kakak juga udah laper bangat," ajak Dev sambil duduk di kursi kerja nya.

"Bentar ya Kak, Zia buka dulu makanan nya." Zia meraih kotak makan yang ada di samping nya dan membukanya, seketika aroma wangi dari sup yang di buat oleh Zia memenuhi ruangan itu sehingga membuat Dev semakin bernafsu makan.

"Sayang, suapin ya," pinta Dev manja.

"Iya Kak, buka mulut nya biar Zia suapin!" titah Zia kepada Dev. Dev pun langsung membuka mulutnya dan melahap makanan yang di suap oleh Zia.

"Sayang, sup ini enak bangat beda dari biasanya. Siapa yang buat, Sayang?" tanya Dev sambil mengunyah makanan nya.

"Aku yang buat, Kak. Tapi di bantu juga sama bi Sari," jelas Zia sambil terus menyuapi Dev.

"Ini enak bangat, Sayang. Ternyata Kakak gak salah pilih kamu, udah cantik pintar lagi," puji Dev sambil memeluk tubuh mungil Zia yang masih berada di atas meja kerja nya.

"Hhhe biasa aja kali, Kak." Zia mengelus lembut kepala suami nya seraya tersenyum manis.

Sekarang Zia benar-benar merasa bahagia, dan dia sangat bersyukur karena doa nya telah terkabul kan. Zia benar-benar sangat bersyukur karena mendapat suami sebaik Dev.

Bersambung ....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!