Sepanjang perjalanan menuju perusahaan Sanjaya milik mertuanya, Aris memikirkan peristiwa yang baru saja terjadi. Aris menghela nafas perlahan tak dipungkiri ada perasaan bersalah yang mendera hatinya saat ini. Perasaan bersalah pada Yuni istrinya tapi dia seorang manusia biasa yang juga mempunyai sebuah keinginan. Keinginan yang tidak didapat dari Yuni membuat Aris berpaling ke wanita lain.
Hingga tak terasa sampailah Aris di perusahaan Sanjaya. Aris memarkirkan mobilnya lalu berjalan menuju ruangan asisten presdir. Aris bisa mencapai kedudukan setinggi itu selain kepintarannya juga dia adalah menantu dari presdir Lukman Sanjaya. Sementara rumah dan mobil hadiah dari mertuanya sebagai hadiah pernikahan nya bersama Nindy.
Siapa sih yang tidak tertarik dengan Nindy selain cantik dia putri dari pewaris tunggal perusahaan Sanjaya. Beruntunglah Aris belum genap setahun bekerja di perusahaan Sanjaya sudah dipercaya menjadi asisten presdir dan juga bisa memikat gadis cantik itu. Keberuntungan juga berpihak pada Aris ketika pak Lukman merestui hubungan putrinya dengan Aris. Dan mengabaikan bahwa ada sebuah hati yang terluka karena keputusan mereka.
Kembali pada Aris yang duduk sambil memeriksa berkas-berkas yang menumpuk di meja kerjanya. Aris ingin segera menyelesaikan pekerjaannya hari ini dan hendak menemui Yuni. Tapi seolah pekerjaannya itu sangat menyiksanya seperti hatinya saat ini begitu tersiksa dengan wajah sembab Yuni. Aris berulangkali mengusap pelipisnya pikirannya terbelah antara secepatnya menyelesaikan pekerjaannya dan memikirkan bagaimana memberi penjelasan agar Yuni menerima pernikahan nya dengan Nindy.
Akhirnya selesai sudah pekerjaannya hari ini. Aris merapikan berkas-berkas itu lalu mematikan laptopnya. Aris mengambil tas kerjanya keluar dari ruangan nya. Suasana tampak sepi karena sudah lewat jam kerja kantor. Karyawan yang lain sudah pulang dari tadi termasuk presdir dan juga sekretaris nya. Hanya Aris dan beberapa karyawan yang terlihat lembur mungkin berjumlah sekitar lima orang termasuk Aris.
Sampai di tempat parkir Aris masuk ke mobilnya dan melajukan mobilnya ke jalan raya. Aris berhenti dipinggir jalan menuju rumah kontrakannya yang ia tinggalkan tiga minggu lamanya. Sejenak Aris diam mengamati rumah yang ia tinggali bersama Yuni. Tidak ada yang berubah sama seperti tiga minggu yang lalu saat ia pamit pada Yuni. Aris membuka pintu mobil melangkah pelan menuju rumah kontrakannya. Sampai didepan pintu Aris mengetuk pintu.
Tok tok tok.
Tak ada sahutan dari dalam. Suasana di dalam rumah tampak sepi seperti tidak ada penghuni di dalamnya. Hingga ketukan yang ketiga kalinya pun pintu masih tetap tertutup.
Saat Aris akan mengetuk pintu lagi seorang tetangga kontrakan keluar kebetulan tetangganya itu hendak membeli makanan di warung. Dan melihat Aris berdiri di depan pintu kontrakan Yuni tetangga itu Melani namanya mendekat ke suami Yuni.
" Mas Aris ya em mas Aris baru pulang " tanya Melani.
" Eh, i iya mbak Mel, Yuni nya kemana ya mbak dari tadi saya ketuk pintunya nggak dibukain " tanya Aris.
" Tadi sih ada di rumah nggak tahu deh sekarang " sahut Melani.
" Ya sudah saya pergi saja nanti saya balik lagi " Aris hendak melangkah pergi.
" Lho emangnya mas Aris nggak bawa kunci cadangan " tanya Melani.
" Em gimana ya eh nggak mbak kalau begitu saya nanti ke sini lagi " Aris tersenyum canggung.
Aris pamit pada Melani lalu melangkah menuju mobilnya. Mobil Aris melesat ke jalan raya dan pulang ke rumah pemberian mertuanya.
Melani menatap Aris heran karena suami Yuni itu bukannya pulang ke kontrakan Yuni. Tapi malah masuk ke mobil lalu pergi begitu saja.
Sementara itu di sebuah rumah sakit kota di ruang rawat Yuni terbaring lemah dengan selang infus terpasang di tangan kirinya. Dan di sebelahnya duduk seorang lelaki tampan yang sedari tadi menatap wajah pucat Yuni tak berkedip.
Setelah beberapa saat lamanya ada pergerakan dari Yuni. Matanya perlahan terbuka dan tampak bingung ketika melihat sekeliling ruangan semua serba putih. Lalu melihat dirinya yang terbaring lemah Yuni mulai berpikir dan mengingat sesuatu. Terakhir dirinya bertemu dengan suaminya dan berlari menghindar dari suaminya kemudian Yuni tak ingat apa-apa lagi. Yuni menoleh ke samping betapa terkejutnya ia ketika melihat seseorang yang sangat ia kenal tersenyum padanya.
" Kak Dewa " gumam Yuni.
" Kau sudah sadar Arti " kata lelaki bernama Dewa itu.
Ya hanya Dewa yang memanggil Yuni dengan panggilan Arti. Karena nama gadis itu Yuniarti dan Dewa selalu memanggil pada Yuni dengan panggilan kesayangan yaitu Arti. Entah mengapa saat lelaki itu memanggil namanya dengan sebutan Arti ada rasa nyaman menelusup ke hatinya.
Sekian lamanya lelaki itu menghilang tak ada kabar berita dan baru hari ini Yuni bertemu dengan lelaki itu lagi. Ada rasa bahagia bertemu dengan lelaki itu.
" Kak..." lirih Yuni.
" Sssst aku panggil dokter dulu ya " Yuni mengangguk.
Lelaki itu bangkit memencet tombol untuk memanggil dokter. Beberapa saat dokter dan perawat datang, dokter lalu memeriksa Yuni. Dokter itu tersenyum pada Yuni lalu berganti menatap Dewa membuat Yuni mengernyit heran.
" Ada apa ya dok " tanya Yuni.
" Selamat ya pak bu istri anda sedang hamil lebih pastinya silahkan ibu nanti periksa ke dokter spesialis untuk memastikan usia kehamilan nya " dokter itu tersenyum.
Dewa tersenyum canggung pada dokter yang memeriksa Yuni. Sementara Yuni menutup mulutnya tak percaya ada rasa bahagia bercampur sedih di sana. Tak terasa bulir bening keluar begitu saja dari kedua pipinya.
Dewa mengusap pelan bahu Yuni lalu berterimakasih pada dokter. Setelah dokter dan perawat itu keluar semakin deras lah bulir bening itu membasahi pipi Yuni.
Apa yang harus aku lakukan, gumam Yuni bingung. Dewa melihat kebingungan di mata gadis itu. Dewa meraih tangan Yuni lalu menggenggamnya memberinya kekuatan.
" Cerita padaku siapa tahu aku bisa bantu Arti " kata Dewa lembut.
" Aku tidak mau bersamanya lagi tapi gimana dengan anak ini " Yuni berkata sendu sambil mengusap perutnya yang masih rata.
Setelah mendengar ucapan dari dokter bahwa dirinya hamil sejenak Yuni berpikir. Lalu Yuni bertekad untuk menyembunyikan kehamilannya dari suaminya. Karena terlalu sakit hati pada pengkhianatan yang dilakukan oleh Aris, Yuni telah mengambil keputusan untuk bercerai dari Aris. Yuni meminta bantuan pada Dewa untuk menyelesaikan urusannya dengan suaminya. Dewa mengangguk ragu namun dalam hati bersorak kegirangan.Dewa memandang Yuni dengan tatapan yang sulit diartikan.
" Pikirkan sekali lagi Arti " kata Dewa.
" Aku yakin akan keputusanku ini kak " yakin Yuni.
" Gimana dengan anak ini nanti " Dewa sekali lagi berkata.
" Aku akan membesarkan nya sendiri " tekad Yuni bulat.
Dewa mengalah untuk sementara ia mengikuti kemauan Yuni. Untuk ke depannya Dewa akan membujuk Yuni bagaimana pun caranya. Entah apa yang ada dalam benak Dewa hanya Dewa yang tahu.
Setelah sehari di rumah sakit hari ini Yuni bersiap untuk pulang ke rumah kontrakannya. Dewa menelpon seseorang untuk mengambil mobilnya sekaligus membayar biaya rumah sakit Yuni. Kemudian Dewa menghampiri Yuni keduanya keluar dari ruang rawat itu. Yuni duduk di kursi roda dan Dewa mendorong pelan kursi roda keluar dari rumah sakit.
Dewa menyetop taksi lalu keduanya masuk ke dalam taksi. Sampai di depan kontrakan Yuni, Dewa membayar ongkos taksi lalu membantu Yuni keluar dari taksi. Dan menuntun gadis itu masuk ke rumah kontrakan nya.
" Istirahat saja aku buatkan makanan untukmu " seru Dewa tersenyum.
Dewa membantu Yuni berbaring di kasur lalu berjalan ke dapur membuat kan makanan untuk Yuni. Saat di dapur Dewa membuka kulkas ternyata kosong tidak ada bahan makanan di sana. Hanya ada botol yang berisi air mineral saja.
Dewa keluar dari kontrakan Yuni kebetulan ada pedagang yang menjual buah-buahan dan ada berbagai makanan ringan terbungkus rapi di wadah. Dewa membeli beberapa buah dan makanan ringan itu. Setelah membayar sejumlah uang Dewa masuk kembali ke kontrakan Yuni.
Dewa menata irisan buah ke mangkok dan beberapa cemilan di piring lalu membawa ke kamar Yuni.
" Ayo makan dulu kasihan baby-nya dia butuh makan juga kan " Dewa membantu Yuni bersandar.
Dewa menyuapkan potongan buah ke mulut Yuni.
" Kakak aku bisa sendiri " sahut manja Yuni.
Dewa tertawa sambil mengacak rambut Yuni.
" Kak " Yuni cemberut.
Uh, menggemaskan sekali kamu Arti, Dewa kembali mengacak rambut Yuni.
Keduanya tertawa bersama.
Setelah puas tertawa Dewa menatap Yuni sambil tersenyum.
" Arti " panggil Dewa.
" Ya kak " sahut Yuni.
" Kamu tidak apa-apa sendiri di sini " Dewa menatap Yuni.
" Ya kak " sahut Yuni.
" Aku pergi dulu kalau butuh sesuatu panggil saja. Kakak tinggal di deket sini kok " Dewa mengusap lembut pucuk rambut Yuni.
" Di mana kak " tanya Yuni.
" Samping kiri tiga pintu dari sini dan ini nomor kakak sudah ada di hp mu, kakak juga sudah menyimpan nomor mu " seru Dewa menyerahkan ponsel Yuni yang tadi sempat Dewa ambil dari tas Yuni.
Dewa melangkah keluar kamar Yuni saat di depan pintu kamar Yuni memanggil Dewa.
" Kak Dewa " Dewa berbalik.
" Terimakasih " sahut Yuni tulus.
Dewa melangkah pelan dan duduk di pinggir ranjang.
" Jangan sedih kakak akan selalu ada buat mu " Dewa mengusap lembut punggung tangan Yuni.
" Sekali lagi terimakasih kak " Yuni tersenyum.
Dewa tersenyum dan mengacak pelan rambut Yuni.
Dewa bangkit dan melangkah keluar dari kontrakan Yuni lalu menutup pintunya.
Dewa berjalan memasuki kontrakannya lalu merebahkan tubuhnya ke kasur dan tidur.
***********
Author up lagi ...
Semoga terhibur dengan cerita recehan ku ini.
Terimakasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Rusni Pakaya
lanjut
2024-02-13
1
Tiana Yusni
lanjut Thor
2023-05-07
0
BABY BOY R
kok belum up lagi
2021-10-31
0