Tiga minggu telah berlalu sejak kepergian suaminya yang katanya keluar kota. Selama itu pula Yuni bertanya-tanya dalam hatinya apakah Aris suaminya sangat sibuk dan tak pernah sekalipun memberi kabar ataupun pesan padanya. Kegundahan melanda diri Yuni tetapi ia berusaha tetap tenang dan tetap berpikir positif pada suaminya.
Hari ini kebetulan Yuni minta cuti satu hari karena badannya terlihat lelah. Setelah beberapa jam tiduran di kasur dan tidak melakukan apa-apa membuat Yuni merasa bosan. Lalu ia berpikir hendak pergi jalan-jalan ke mall saja sekalian berbelanja kebutuhan rumah yang sudah menipis.
Yuni mengganti bajunya dengan atasan kaos putih celana panjang jeans lalu meraih tas selempang. Setelah mengunci pintu kontrakannya Yuni berjalan pelan menuju jalan raya. Untuk mengirit ongkos Yuni naik bus setelah menunggu beberapa saat lamanya bus pun datang. Kemudian Yuni naik dan duduk sambil menikmati pemandangan di luar lewat kaca jendela. Tak terasa bus telah sampai dan berhenti di depan mall Yuni lalu turun.
Suasana pagi menjelang siang yang panas itu berganti sejuk setelah masuk ke mall. Yuni hanya berkeliling saja selama satu jam membuat ia haus dan lelah. Lalu Yuni membeli minuman sekalian berbelanja. Saat Yuni hendak mengambil minuman ia melihat sosok yang sangat dikenalnya. Dialah Aris suaminya hendak keluar dari mall dengan membawa paper bag di tangan kirinya.
Yuni segera menyusul Aris keluar mengikuti suaminya yang ternyata menuju ke parkiran. Setengah berlari Yuni mencari keberadaan suaminya tapi ternyata Aris sudah masuk ke mobil dan keluar dari mall. Yuni menyetop taksi yang baru saja menurunkan penumpang dan meminta supir taksi mengikuti mobil warna biru yang dikendarai suaminya.
Mobil Aris melaju melewati rumah kontrakan yang ditinggali Yuni. Membuat Yuni heran dan bingung kenapa mobil Aris malah lurus saja. Yuni bertambah heran ketika mobil biru itu masuk ke kawasan perumahan dan berhenti di sebuah rumah mewah. Rumah itu besar sekali lebih besar dari rumah kontrakan yang saat ini ia tinggali.
Yuni meminta supir taksi untuk berhenti lalu membayar ongkos taksi. Yuni keluar dari taksi dan berjalan pelan mendekati rumah mewah itu. Di sana ada seorang penjaga di pos dan ada mobil biru milik suaminya terparkir di depan rumah. Ada tanaman yang menghiasi halaman depan rumah mewah itu.
Seorang perempuan cantik rambut tergerai indah dengan baju rumahan keluar dari rumah itu. Perempuan itu menyambut Aris dan Aris merangkul pinggang perempuan cantik itu dan mencium keningnya.
" Mas membeli pesanan ku " tanya perempuan cantik itu.
" Ini " Aris mengangkat tangan kirinya sambil memberikan paper bag.
" Terimakasih mas " perempuan itu mencium pipi Aris.
Aris dan perempuan itu masuk ke dalam rumah.
Yuni yang melihat itu menutup mulut dengan tangannya. Yuni kaget bercampur sakit hatinya melihat pemandangan yang menyakiti mata dan hatinya. Yuni berusaha menenangkan dirinya dan mencoba masuk ke rumah itu. Yuni sedikit berdebat dengan penjaga di rumah itu karena tak diijinkan masuk. Keributan itu sampai terdengar ke dalam rumah membuat seseorang keluar dan melihat sumber keributan.
" Ada apa ribut-ribut di luar " seru Aris mendekati Abdul penjaga rumah nya.
" Maaf pak, wanita ini memaksa masuk " jawab penjaga itu sambil menunduk hormat.
Aris menoleh ke wanita yang ditunjuk oleh Abdul betapa terkejutnya Aris saat melihat Yuni sudah berdiri dihadapannya.
" Mas Aris ... " bibir Yuni bergetar menyebut nama suaminya.
Tak terasa bulir bening menetes di kedua pipi Yuni.
" Yun, dengarkan aku dulu... a aku bisa jelaskan ini " Aris meraih tangan Yuni tapi Yuni mundur sambil menggelengkan kepalanya.
Yuni berbalik dan berlari secepatnya dari rumah itu. Air mata keluar begitu saja dan seperti aliran air bah yang tak bisa dicegah membanjiri wajah pucat Yuni. Seperti ribuan batu menimpa tubuhnya Yuni sangat kecewa pada suaminya. Orang yang sangat ia percaya dan cintai ternyata tega mengkhianati dirinya. Hingga Yuni tak kuat lagi untuk berlari tiba-tiba saja dunia yang ia pijak gelap. Semua menjadi gelap bersamaan tubuhnya yang melayang ringan seperti kapas. Yuni pingsan tapi sebelum tubuhnya mendarat ke tanah seseorang telah menopang tubuh Yuni dan membawa ke mobilnya. Lalu mobil itu melaju keluar dari perumahan.
" Yun ...Yuni ... " Aris berlari sambil berteriak mengejar Yuni.
Sampai di pertigaan Aris tidak menemukan Yuni. Aris mengacak rambutnya frustasi.
" Huff ! sial ... " seru Aris sambil berjalan memasuki rumahnya.
Aris memasuki rumahnya dan disambut perempuan cantik bernama Nindy.
" Ada apa sih mas " tanya Nindy menghampiri Aris.
" Tidak apa-apa " sahut Aris pelan.
Nindy menuntun Aris duduk di sofa. Keduanya duduk berdampingan. Nindy menggenggam tangan Aris.
" Tadi Yuni kan " Nindy berkata lembut pada suaminya.
Aris mengangguk.
" Mas, mungkin sudah saatnya mas bicara pada Yuni. Cepat atau lambat Yuni akan tahu hubungan kita ini. Terlebih lagi ada bayi yang ada di perut aku ini. Mas menantikan kehadirannya cukup lama kan dan ini tidak didapat dari Yuni " Nindy mengusap lembut punggung tangan Aris.
Aris tersenyum lalu merangkul pinggang Nindy. Ada kebahagiaan yang sebentar lagi ia dapatkan dari Nindy. Tapi ada sesuatu yang harus ia jelaskan pada Yuni. Aris memikirkan hal apa yang akan ia katakan pada Yuni agar Yuni mau menerima Nindy dan anak yang dikandung oleh Nindy.
" Sudahlah mas, ayo kita makan ini sudah lewat jam makan siang " kata Nindy.
" Bahkan ini sudah sore " jawab Aris mengikuti Nindy menuju meja makan.
Aris duduk sambil memperhatikan Nindy yang mengambilkan makanan untuknya. Nindy begitu cantik di mata Aris apalagi ketika ia melihat ke bawah ke perut Nindy yang sedikit menonjol Aris tersenyum tipis. Harapannya untuk memiliki anak sebentar lagi akan terwujud meski itu bukan dari Yuni. Aris menerima piring yang berisi nasi dan lauknya lalu makan sementara Nindy hanya duduk memperhatikan Aris.
" Kau tidak makan Nin " tanya Aris.
Nindy menggeleng.
" Melihatmu makan aku sudah kenyang " jawab Nindy terkekeh ringan.
" Nanti anak kita kelaparan " Aris hendak menyuapkan nasi ke Nindy.
" Em, tidak aku mau segelas susu saja " sahut manja Nindy.
" Aku akan buatkan " Aris hendak berdiri tapi dicegah Nindy.
" Habiskan makanan nya mas " Nindy memegang tangan Aris.
" Baiklah " Aris kembali duduk dan menghabiskan makanannya.
Selesai makan Aris membuatkan Nindy segelas susu yang baru saja ia beli tadi siang. Nindy minum susu hingga habis dan meletakkan di meja.
" Mas mau berangkat lagi ke kantor " tanya Nindy.
" Iya, pekerjaan hari ini banyak sekali " keluh Aris.
" Biar aku ijinkan sama papa biar mas tidak usah balik lagi ke kantor " sahut Nindy.
" Tidak bisa seperti itu, aku ini bawahan papa mu di kantor " Aris melihat jam di pergelangan tangannya.
" Aku balik ke kantor ya " Aris mencium kening Nindy lalu bergegas keluar rumah.
" Hati-hati mas " Nindy melihat Aris makin menjauh dan keluar rumah memasuki mobilnya.
Mobil Aris melaju keluar dari perumahan melesat ke jalan raya menuju perusahaan mertuanya.
**************
Okey, semoga suka dengan cerita recehan ku ini.
Up nya suka-suka....
Terimakasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Endang Supriati
engga liat iistrinya ya,jahat,buuat nidha neraka tempatnyya.
2024-06-12
0
Qorie Izraini
tegaaaaaa...
sungguh terlalu
2022-02-15
0