Cinta pertama

Rasya terus menyelusuri jalanan sambil menggepal-gepalkan tangannya berharap kejadian tadi hanyalah ilusi. Pikirannya juga makin kacau mengingat entah desas-desus apa yang akan menimpanya nanti.

"kok jus jengkol gue lo minum sih... BAN*CAT KAUUU" itulah kata pertama yang ia dari dengar dari temannya ketika baru sampai ke kantin kampus.

Rasya tersentak kaget, dengan cepat dia langsung menutup mulut ember temannya itu, berharap tak jadi pusat perhatian.

Elita, teman yang membuatnya selalu tegar menghadapi semua masalah yang pernah ada di dalam hidupnya, teman yang selalu mengkhawatirkannya meski dirinya sendiri sedang terpuruk. Rasya juga tak paham kenapa elita mau berteman dengannya, yang pasti sikap ambyarnya itu selalu membuat rasya tersenyum dan tertawa setiap hari.

Usahanya gagal, semua orang mulai menatap kearah pelaku yang telah membuat keributan, entah karena elita yang sudah berteriak gila seperti monyet keracunan, atau karena kata 'jus jengkol' yang sempat di debatkan olehnnya tadi.

Jus jengkol, semua orang pasti akan kaget ketika mendengar hal mistis seperti itu. Bagaimanakah rasanya? Apakah jus jengkol itu nyata keberadaannya? Apakah dia itu tidak tidak normal? padahal jelas-jelas yang rasya minum adalah jus jeruk.

"haus, gue haus, lagian siapa juga yang jadi brother kucing disini, yang ada itu cuma bangbuaya yang baru keluar dari kandangnya" meski kesal, rasya mengucapnya dengan pelan, menahan emosi yang hampir meledak-banjir di dalam kepalanya.

"kamu jangan sedih yaaaa, mungkin dia bukan jodoh kamu" rasya terkejut dan kembali sayup dengan perkataan elita yang dengan cepat bangun dari tempat duduknya dan langsung memeluk rasya.

Mungkin memang benar perkataan elita, dia bukan jodoh rasya. Dia tampan, perhatian, baik, tidak sesuai dengan dirinya yang culun, tidak pernah tau apa arti make up kalo bukan elita yang mengajarinya belakangan ini, badannya tidak ramping seperti disa yang sudah seperti model, dengan rambut yang selalu saja diikat dan poni yang hampir menutupi seluruh keningnya , serta kacamata bulat besar yang selalu menempel di hidungnya itu. Jauh dari kata cantik, itulah yang sedang dipikirkan rasya.

Memang rehan itu pernah dekat dengannya bahkan sangat dekat, sehingga rasya tak segan-segan untuk membantunya dalam segala hal yang menyangkut tentang kuliah. hanya itu yang bisa ia lakukan untuk mengambil hati orang yang tampan tanpa harus berdandan. Tapi sekarang good looking mengalahkannya.

Kalo kalian pengen tau, Rasya memang sangat terkenal di sekolahnya karena ia memiliki IQ diatas rata- rata dengan segala prestasi yang sudah diraihnya.

Akhirnya elita melepas pelukannya dan menarik paksa rasya keluar kantin menuju halaman kampus dan duduk diantara rerumputan hijau dan menyejukkan hati yang ada disana.

"kamu nggak apa-apa kan? " tanya elita memastikan sebelum ia mencincang tubuh rehan ka*pret itu, lalu menyumbangkannya ke kebun binatang untuk menjadi santapan buaya-buaya disana supaya berkurang satu buaya berbentuk manusia, bukannya makhluk seperti itu harus di basmi kan????

"elita" panggil rasya lembut.

"Apakah kecantikan itu diatas segala-galanya? " sambung rasya.

"eh, siapa bilang? " elita terkejut dengan perkataan rasya.

"lalu kenapa orang jelek itu tidak pernah dihargai? kenapa yang cantik itu selalu dipandang sempurna? bukankah menjadi jelek itu tidak salah? lalu kenapa hanya mereka saja yang selalu dicampakkan? sekuat tenaga orang jelek berusaha, tapi orang cantik bisa mendapatkannya sekejap mata, bukankah begitu elita? DUNIA INI TIDAK ADIL, huhuhu" setelah berteriak cukup keras, rasya akhirnya menangis di di bahu rasya, tempat tadi dia bersandar dan merenungkan semua pertanyaannya.

"Tuhan itu adil rasya, dia tau apa yang terbaik buat kamu, lalu bagaimana lalu bisa mengatakan hal seperti itu? " elita mulai menaikkan suaranya mendengar pernyataan rasya, tujuannya ya,,, supaya rasya berhenti menangis.

"Mungkin hari ini kamu gagal rasya, tapi bukankah kamu ada hari esok untuk memulainya lagi, mungkin hari ini kamu jatuh dan terluka, tapi bukankah kamu masih bisa sembuh dan bangkit lagi, teruslah mencoba, jangan pernah mengulangi kesalahan yang sama karena masih banyak kesalahan lain yang harus dicoba, " elita mulai membuang nafasnya gusar.

"keras kepalalah pada tujuanmu untuk meraih mimpimu yang indah, bukankah itu yang selalu kamu katakan padaku" sambung elita sambil mengusap air mata rasya.

"Mungkin kamu benar, terlarut dalam penderitaan itu tidak ada gunanya" rasya mulai bangun dari duduknya sambil terus menyapu bekas air matanya.

"Mari, kita jalani hidup kita seperti biasanya" tegas rasya yang dibalas senyum oleh elita.

"tapi,,, tentang rehan jadian sama disa itu udah menyebar kemana-mana, aku bahkan mengetahuinya dari grup fakultas kita, aku mohon kepada mu,,,, jangan menghiraukan apapun perkataan mereka saat kita berjalan nanti, terus tertawa bersamaku, kita buat mereka heran dengan tingkah kita, jangan sampai kamu terlihat sedih di mata orang lain ya,,, " pinta elita lalu akhirnya mereka mulai berjalan menuju kelas karena ada presentasi yang harus mereka hadapi.

Saat di perjalanan tiba-tiba rasya dan elita sedang duduk di kursi halaman kampus. Hatinya kembali terpuruk mengingat kejadian tadi.

"Apakah kamu melihatnya? " mungkin yang dimaksud elita adalah rehan, tentu saja rasya melihatnya.

"mungkin ini berat, tapi cobalah untuk menyapanya, tapi jangan pernah menunjukkan wajah sedih padanya, tunjukkan kalo kamu baik-baik saja"

Awalnya rasya bingung apakah ia harus melakukannya atau tidak, tetapi ia akhirnya memberanikan diri.

" halo kak rehan" sapa rasya dengan senyum.

"jangan pernah datang padaku lagi, aku takut disa akan salah paham tentang kita" kata rehan tanpa menoleh.

apa maksudmu, kenapa dia akan salah paham, memangnya kamu anggap aku ini apa setelah dua tahun kita saling dekat Hah.... - rasya

"apa maksudmu?, aku sama sekali tidak mengerti dengan perkataanmu "

"menjauhlah dariku, aku tidak ingin kau menjadi orang ketiga dalam hubunganku" suara rehan sudah agak sedikit meninggi, tapi rasya sudah benar-benar bingung dengan keadaan ini.

"bukan kah dulu kita hanya dekat" kini suara rasya juga agak meninggi.

"tapi bukannya kamu juga menyukaiku"

BBBBRRRAAAHHH

Detak jantung rasya berkobar cepat, kali ini dia bukan hanya bingung tapi juga merasa terpojok, bagaimana rehan bisa mengetahuinya sedangkan ia hanya mengatakannya pada elita.

"memangnya kenapa, bukankah aku tidak pernah mengganggumu? "

"bahkan sekarang kau sedang menggangguku"

"baiklah jika itu yang kamu inginkan, aku akan menganggap kedekatan kita dulu hanya ilusi" rasya pergi dengan langkah kasar dan gusar, sepertinya rasa polos dan culunnya sudah hilang saat ini juga, ia ingin sekali membunuh laki-laki itu suatu hari nanti tanpa pengampunan.

"bagaimana?" tanya elita penasaran.

"Hati dan pikiranku sudah memutuskannya, bahwa semua kenangan dan keberadaan tentangnya adalah ilusi, mari kita ke kelas" dengan nafas terengah-engah karena marah, rasya berjalan duluan mendahului elita.

Yang ditinggalkannya pun hanya melongo bingung.

Sepertinya, sisimu yang lain sudah mulai keluar rasya -elita terus saja menatap sahabatnya itu dengan senyuman.

"EH, AKU KOK DITINGGALKAN SIH,,, BA*GKE EMANG KAUUU" barulah elita lari terbirit-birit mengejar rasya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!