Berubah Pikiran
Di tengah hiruk pikuk suara malam kota, dan lalu lalangnya kendaraan disana-sini, serta aktivitas orang-orang yang tak dapat dihitung jumlahnya, cukup membuat Rasyandra Alita minder pergi ke Super Market sendirian. Namun apa boleh buat, demi tak terjebak dalam kelaparan, semuanya pasti akan ia pertaruhkan.
Mungkin sebuah perjalanan menjadi masalah baginya, namun saat sudah memasuki toko, matanya langsung berbinar memandang makanan dan juga minuman yang sudah tertata rapi di dalamnya. Ia pun tak segan-segan untuk memasukkan cemilan-cemilan atau makanan instan ke dalam keranjang.
"Rasya?"
Yang dipanggil pun mulai kebingungan mendengar suara yang memanggilnya seperti orang yang ia kenal atau bahkan sudah akrab dengannya, tanpa perintah rasya langsung menoleh ke arah orang tersebut. Bukan mengetahui siapa orangnya, namun rasya malah semakin bingung melihat orang tersebut. Rambut pendek ujungnya di cat agak pink, make up agak tebal, baju kemeja agak langsing, kuku di cat hitam, celana ketat bermotif macan, sepatu sport berwarna pink, dengan tas merk Hermes Matte Crocodile yang harganya di atas rata-rata sudah cukup membuat rasya tau siapa orang itu.
"Kx Riza!"
"Aduuuhhh eyyyy ayang beb gue,,,masih,,,aja sama, gak panjang-panjang lagi lu kayakny ya!" kata gue waktu itu sambil peluk dia.
"Kok gitu sih kak,,, baru ketemu bukannya disanjung tapi malah di bahas masa lalu" rengek rasya.
"Iya,,, maaf deh,,, "
"Aduk kak, jangan lama banget ya meluknya, soalnya rasya udah punya suami" ucap rasya agak sedikit menekankan pada kata suami.
"Eeehhh,,, ASTAGHFIRULLAH,,, kok nggak bilang-bilang sih lu, bikin eke anusan aja" saat itu aku reflek dan langsung melepas pelukannya, maklum lah kuy, gentleman gitu lho....
"Jhhhhhhh, jantungan kak, bukan anusan! "
"Iya deh,,, tapi Alhamdulillah eke ketemu you, soalnya eke lagi butuh inspirasi nih buat karya eke selanjutnya, gimana?"
Saat itu gue langsung merasa kalo rasya itu udah paham maksu gue, soalnya,,, sombonk dikit gak papa kan gays,,,, soalnya gue memang udah jadi penulis novel yang terkenal.
"Aduuh, mau cerita yang gimana ya kak, soalnya kalo mau nanyak cerita yang ada dipikiran aku, aku juga gak tau, terus kalo masalah cerita kehidupan aku,,, ya,,, biasa-biasa aja sih"
"Biasa gimana, eke tau kok rasya kalo you itu sekretarisnya perusahaan GVM Group" aku bisa melihat pada saat itu matanya langsung terbelalak.
"Sebernarnya juga tau kalau you itu mau menikah, cuma kelupaan aja tadi, hehehe, jadi gimana? " tanyaku meyakinkan dia.
"tapi gimana ya kak,,, "
"Alaaaaahhhhh,,,, nggak usah banyak mikir deh lu, eke dah kenal you sejak SMA bray,,,, kito selalu bersame dulu sama si ica barbar satu lagi,,, ayolah pleaseee beb,,, gue nggak tau harus gimana lagi niiihhh"
"Oke deh"
Sehabis berbelanja kebutuhan keroncongan, kami langsung saja pergi ke sebuah kafe terdekat, disana kami duduk di kursi yang letaknya dekat dengan jendela, soalnya gue tau kalo si rasya itu suka banget melihat melihat pemandangan dengan aktivitas orang yang berlalu lalang.
"Jadi ceritanya gimana? , you mau judulnya gimana? , mau dipikirin sekarang atau pas habis ceritanya?, atau aku aja yang mikirin?, tapi sebenarnya kita harus pertimbangin ceritanya jg" rasya tampak berpikir keras setelah aku menanyakan hal tersebut.
"untuk judul sih aku pengennya Memulai Ulang Kehidupan, meskipun awal ceritanya itu Broken Life"
"Hah,,, gimana sih lu, gak nyambung banget,,, tapi terserah deh,,, gw catet dulu ya! "
"Tapi betewe, gue pengen tau dong gimana sejarahnya lu tu bisa jadi sekretaris setia di GVM itu? "
"Iya deh, nanti gue juga nyelipin ceritanya"
"Bisa nggak langsung dimulai aja, perasaan dari tadi gue udah bosen sama percakapan kita aja"
"Jhhhhh,,, sabarrrr,,, " kata rasya sambil menarik nafas panjang
Lima tahun lalu...
"Assalamu'alaikum,,,, " ucap rasya ketika udah sampai di rumah.
"Waalaikum salam" sontak jawab ibunya dari dalam yang ia yakini sedang menonton TV.
Jam sudah menunjukkan jam dua belas malam, rasya terpaksa pulang terlambat karena tugas berkelompok yang memakan waktu banyak, namun ia masih bisa bersyukur karena ibunya masih memakluminya.
"Makan dulu sana, ada tumis kangkung kesukaan kamu, nanti kalo udah siap makan jangan lupa dimasukin dalam kulkas, soalnya besok masih bisa dipanasin" kata ibuku.
Di semester kelima kuliahnya ini, rasya semakin hari semakin merasa tertekan, apalagi dengan tugas yang semakin hari semakin menumpuk itu, ingin rasanya ia putus sekolah saja, daripada harus menderita. mungkin itulah yang selalu dipikirkannya selama ini, namun karena pertimbangan Beasiswa ia mengurungkan hal tersebut.
Setelah selesai dengan semua aktivitasnya, rasya langsung menuju ke kamarnya, disana dia menemukan adiknya Alena sudah tertidur pulas.
-Kira-kira saat itu ia masih duduk di bangku kelas tiga SD- rasya.
Baru saja ia merebahkan dirinya di kasur, tiba-tiba...
PLAAAAKKKKK
Memang sudah menjadi kebiasaan saat ayah rasya pulang, selalu ibunya yang membuka pintu dan menutupnya kembali seolah-olah seperti pasangan harmonis, tapi kenapa kali ini tutupan pintunya keras sekali ya,,,itulah yang timbul di benakmu rasya.
"Ayah menikah lagi ya,,, " suara ibunya pelan.
DDDOOOORRRRR
Entah cuma ilusi atau telinga rasya yang kurang jelas, bisa-bisanya ibunya mempertanyakan hal seperti itu, tapi rasanya,,, hatinya mulai tercekik hanya dengan satu telinga tersebut.
"Aaarrrggghhh... memangnya kenapa sih? hah? " sahut ayahnya agak kesal dan merasa tak peduli.
"Jadi ini alasan ayah sudah setahun tidak menafkahi kami? "
Sudah lebih dari setahun ayahnya tidak pernah memberikan nafkah bagi mereka lagi dengan alasan bisnisnya bangkrut, itulah yang membuat ibunya harus banting tulang kerja disana-sini. Bahkan rasya sendiri harus kerja paruh waktu untuk membiayai kuliahnya sendiri tanpa sepengetahuan siapa pun kecuali temannya, meskipun mendapatkan beasiswa tapi tetap saja kan buat ngeprint tugas itu diperlukan yang namanya uang, belum lagi tugas-tugas yang lain.
"memangnya dalam agama kita tidak itu dilarang menikah lebih dari dari satu orang, HAH? " bentak ayahnya dengan suara mulai kasar.
Ternyata yang rasya dengar itu bukan ilusi, langsung saja ia menatap adiknya yang berada di sampingnya masih tertidur pulas karena ia khawatir jika adiknya mendengar hal tersebut. Tak sampai disitu, hatinya juga mulai berderu kencang seolah-olah sesuatu yang buruk akan terjadi. Ia pun bangun dan berjalan pelan ke arah pintu penghubung antara kamarnya dengan kamar adik laki-lakinya selain pintu masuk tadi.
"Ya jelas haramlah kalo satu keluarga aja papa nggak sanggup nafkahin, apalagi papa cari yang lain" suara ibunya juga mulai mengeras.
Rasya akhirnya membuka pintu tersebut dengan pelan supaya tidak terdengar oleh orang tuanya. Devan, adik laki keduanya yang pertama masih sibuk dengan buku-bukunya di meja belajar, dengan headset di telingnya, rasya yakin kalau ia tidak dapat mendengar percakapan orang tuanya.
Sedangkan David, adik laki ketiganya sudah duduk mematung di ranjang atasnya dengan tablet masih ditangannya, rasya yakin kalau tadi David pasti sedang melihat update-tan dari dunia olahraga yang tak boleh terlewatkan satupun.
Pada saat yang bersamaan juga david melihat rasya sedang menatapnya panik, dengan cepat rasya memberikan aba-aba pada David untuk menyadarkan si devan tentang apa yang terjadi.
Bukan David namanya kalo tak kurang ajar, langsung saja ia menarik headset di telinga kakaknya itu. Bukannya terkejut tapi malah pelototan yang dilemparkan devan pada david.
"MAMA JANGAN IKUT CAMPUR, INI PAPA JUGA LAGI BERUSAHA BUAT BANGUN LAGI BISNIS PAPA... "
Akhirnya sebuah tamparan lembut nan manja namun ekspresi bergejolak diberikan david pada devan sebagai bentuk penyadaran untuk orang yang tak mengerti suasana.
***
"Trus pada saat itu si Radika, adik pertama kamu itu dimana? " tanyaku sambil menyeruput kopi pesanan yang baru aja datang tadi.
"pada saat itu dia masih di pelatihan kemiliteran"
"trus dia tau atau nggak soal kejadian di rumah? " tanyaku memastikan.
***
PLLLLAAAKKKKK
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments