Kehilangan

PLLLAAAAKKKK

Terdengar suara isakan di luar sana, keadaan seketika menjadi hening, bingung, atau bahkan kacau selepas tutupan pintu kasar, siapa lagi pelakunya kalo bukan ayahnya itu. Sesaat kemudian terdengar suara seperti sesuatu terjatuh. Dengan cepat rasya berlari keluar kamar adik laki-lakinya itu karena ia suara jatuh itu berasal dari ibunya.

"Mama nggak apa-apa" tanya rasya dengan panik menghampiri ibunya yang terduduk di lantai.

"Iya, mama nggak apa-apa sayang, kamu jangan khawatir y" ucap ibunya dengan lembut lalu mengelus-ngelus kepala anak pertamanya itu sambil sesekali menghapus air matanya.

"Tapi-" ucapan rasya terpotong.

"Kan mama udah bilang nggak apa-apa, kamu ini gimana sih, yaudah mama mau ke dapur dulu y, mau makan, soalnya lagi laper,,," sambil tersenyum, dengan sigap ibunya langsung berdiri, keadaannya sudah seperti tak ada yang terjadi, tidak kaku... tidak juga lemah.

Terima kasih ya Allah karena telah menguatkan hati mamanya rasya - rasya

"Gimana kak, keadaan ibu? " tanya devan dengan sendu yang baru keluar dari kamarnya bersama david, sedangkan ibunya sudah berlalu ke dapur.

"Baik-baik aja, tapi kakak juga nggak yakin"

"Kok ayah jadi gitu ya, rasa ingin gua santet aja" ucap david ketus.

Tanpa ba-bi-bu ca-ci-cu, rasya langsung berdiri dari dari jongkoknya sedari tadi dan langsung mencubit pipi adiknya yang terlalu baik itu.

"Orang tuamu itu,,, ngomong yang sopan boleh gak hah?! " bentak rasya kesal.

"Nggak hehehe,,, " jawab david sambil mencubit sekilas pipinya kakaknya itu dengan ekspresi manis manja yang dibuat-buatnya itu lalu melepaskan tanggan kakaknya dan berlari kabur menuju kamarnya.

Tinggi badan rasya dan david tidak jauh berbeda, david hanya sedikit lebih pendek dari rasya sehingga ia tidak terlalu kesusahan untuk mencubit pipi kakaknya itu. Sedangkan devan berbanding terbalik dengan david alias sedikit lebih panjang dari rasya, sehingga sewaktu-waktu devan mengantar kakaknya ke kampus, tak sedikit orang berfikir kalo mereka itu pacarnya rasya. Duuuhhhh, jadi iri yaaaa^_^. kalo panjangnya si ridho tu apalagi....

"Awas kamu ya, sini KAMU... " rasya berlari mengejar adiknya itu, namun yah... pintunya duluan ditutup dan dikunci.

Gue pikir, yang jadi Tom and Jerry itu cuma tikus dan kucing doang, ternyata berbentuk manusia juga ada... - devan.

Malam sudah sangat larut, sudah waktunya bagi semua orang untuk tidur, termasuk rasya. Ia sudah merebahkan tubuhnya diatas kasur selama dua puluh menit yang lalu, namun ia tidak bisa tidur karena kejadian yang baru saja terjadi. Namun ia tak boleh terbuai oleh lamunan semata, ia harus tetap positif thinking, tak lupa pula dia juga berharap dan berdo'a bahwa hari esok akan lebih baik dari malam ini. Hingga akhirnya matanya sedikit demi sedikit mulai menyipit dan tertutup hingga sepenuhnya.

***

"Rasya, rasya, bangun rasya, yuk kita pergi dari rumah ini"

Itulah kata-kata yang ia dengar barusan, namun ia belum tau apa maksud sebenarnya karena kesadarannya belum sepenuhnya terbuka, hingga akhirnya ia sadar, kalo itu suara ibunya.

Jam masih menunjukkan pukul tiga malam, namun kenapa hal tersebut terjadi dadakan. Pandangan rasya masih remang-remang, kesadarannya juga masih belum bisa dikatakan stabil, namun terpaksa membuka matanya untuk memastikan apa yang terjadi.

Ibunya rasya sedang memasukkan baju adik perempuan satu-satunya kedalam koper, itulah yang dilihat rasya saat ini.

"Ibu ngapain? " tanya rasya panik ketika merasa bahwa hal yang dilakukan ibunya tidak benar.

"Kita akan pergi meninggalkan rumah ini malam ini, cepatlah bersiap-siap, jangan lupa untuk membangun devan dan david" jawab ibunya cepat.

"Tapi kenapa bu? kemana kita akan pergi? " tanya rasya dengan perasaan yang sudah menggebu dan masih dengan posisi duduknya di atas kadur.

Ibunya rasya langsung menghentikan pekerjaannya dan langsung menatap rasya dengan sendu sambil menarik nafas panjang.

"Rasya,,," panggil ibunya lembut.

"Maafin mama ya sayang, mungkin ada banyak sekali yang harus dipertimbangkan tentang keputusan mama, tapi mama benar-benar nggak tahan lagi dengan sikap ayahmu itu, mungkin sekarang tujuan kita hanyalah pergi sejauh-jauhnya, supaya tidak terlalu terpuruk dan terbebani dalam sebuah keadaan, tolonglah,,, kali ini,,, saja kamu turuti perkataan mama ya sayang,,, "

"Lalu bagaimana dengan sekolah kami bu? " kepanikan rasya sudah sampai di stadium tingkat akhir.

"Nanti biar ibu yang uruskan, kamu tenang saja" lalu ibunya mulai berjalan kearah kamar adik laki-lakinya, tentu saja maksudnya untuk membangunkan mereka.

Bagaimana rasya bisa tenang, semua kenangan bahagia dan pahitnya dari kecil hingga sekarang ada di rumah ini, rumah tempat dia beristirahat kala lelah menghampirinya, rumah yang sudah membuat dia berkumpul bersama keluarga, lalu teman-teman yang selalu ada untuk dia, sekolah yang sudah mengubahnya menjadi orang yang lebih berarti untuk menggapai cita-citanya, terpaksa pada akhirnya harus ia tinggalkan, "mustahil" itulah yang ada di benaknya.

"Nggak mungkin ma, besok aku akan dilantik menjadi ketua ekskul basket, ekskul terpopuler di sekolah aku, dan semua persiapannya juga sudah diatur" terdengar suara david yang menentang rencana ibunya.

Tak berapa lama kemudian, pintu kamar rasya terbuka, memperlihatkan sesosok adiknya yang sudah rapi dengan setelah baju selutut kesukaannya dan beberapa makanan cemilan yang sedang di peluknya.

"Mama dimana kak? " tanya adiknya yang baru saja masuk itu.

Tanpa memedulikan pertanyaan adiknya, rasya langsung pergi ke kamar adik laki-lakinya, disusul dengan langkah adik perempuannya itu.

"Tapi kan david itu bisa ditunda kan?! " tanya ibunya memastikan.

"Tidak bisa ditunda ma, kalo emang david nggak datang besok, maka akan dilantik orang lain, sedangkan posisi tersebut adalah posisi yang selama ini david incar" jawab david agak panik.

"Devan juga nggak bisa ma, besok devan ada lomba sains tingkat nasional keluar kota, dan devan nggak mau mengecewakan sekolah kalo devan nggak ikut, bahkan persiapannya udah devan lakuin sejak dua yang lalu bersama bimbingan para guru" jawab devan dengan nada rendah.

Ibunya rasya mulai memijit-mijit kepala memikirkan apa yang akan ia lakukan, ia tidak ingin terus menanggung beban dirumah ini untuk selamanya, tetapi ia juga tidak ingin pendidikan anaknya jatuh begitu saja, yang ia lakukan sekarang hanyalah terus memikirkan apa yang harus ia lakukan selanjutnya.

"Ma ayo, kita pergi, aku nggak mau liat mama sedih... Huhuhu" pinta adiknya alena sambil menggoyang-goyangkan tubuh ibunya dan menangis.

Rasya, devan, dan david terkejut mendengar perkataan alena, mungkin di satu sisi mereka juga ingin pergi karena tak ingin ibunya menanggung beban yang sangat berat karena ayahnya, namun disini lain ada hal-hal yang mereka impikan atau pertanggungjawabkan untuk diselesaikan.

Air mata ibunya pun mulai jatuh beserta suara isakan menahan tangis, devan yang duduk disamping ibunya pun mulai mengelus-ngelus punggung ibunya mencoba meredakan suasana sedangkan matanya sudah mulai berkaca-kaca. David, air matanya sudah keluar meski hanya beberapa tetes. Rasya, air matanya sudah mulai mengalir tanpa henti yang sejak tadi berada di ambang pintu pendengar percakapan orang-orang yang di sayanginya.

"Ma-ma pergi... aja bersama al-lena"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!