Mada menunggu kedatangannya dokter Violet sambil duduk di dermaga dengan kaki telanjang berjuntai di atas air. Mada menatap pantulan indahnya senja di air dan tersenyum ke senja yang terpantul di air bukan yang terlukis di atasmya. Entah kenapa saat itu Mada lebih menyukai lukisan senja di jernihnya air daripada yang terlukis secara nyata di hamparan angkasa, tepat di atas kepalanya.
"Kami pergi ya?" Suara Hefin membuyarkan lamunannya Mada. Mada menoleh ke Hefin dan menganggukkan kepalanya sambil tersenyum lebar.
"Selamat bersenang-senang dan kami tidak ingin mengganggu" Hefin melambaikan tangannya dengan senyum jahil sambil berjalan bersama dengan Edo, menuju ke pelataran parkir mobil.
Setelah kepergiannya Hefin dan Edo, beberapa menit kemudian terdengar suara tak, tik,tuk, tak, tik, tuk.kletak, kletok, tuk, tuk, tuk. Mada langsung berdiri dan berputar badan. Dia berhadapan dengan dokter Violet. Mada terpana saat melihat dokter Violet tampak lebih jenjang dan lebih anggun lalu Mada menurunkan pandangannya dan menangkap sepatu high heels yang dikenakan oleh dokter Violet.
Violet masih terengah-engah dan karena tergesa-gesa dia baru menyadari saat Mada menatap kakinya, dia ternyata memakai sepatu high heels. Violet lalu menepuk jidatnya dan berkata, "Maaf, saya ridak sadar kalau saya telah salah memakai sepatu"
Mada tersenyum, "Anda tampak beda. Lebih jenjang, lebih menarik dan anggun. Cuma, saat Anda mengenakan heels, salah satu masalah yang sering muncul adalah suara yang bising dan itu sangat mengganggu orang sekitar Anda"
Violet lalu menoleh ke kanan, ke kiri, dan ke belakang. Kemudian dengan pelan menoleh ke depan lagi. Dia meringis di depannya Mada, "Iya Anda benar" Violet meringis malu lalu ia kembali mengedarkan pandangannya dan melambai ke orang-orang di sekitarnya dan memekikkan kata, "Maaf"sembari mengangguk dan mengatupkan kedua tangannya
Violet lalu menghadap ke Mada kembali, "Tunggu dulu! Kenapa kita jadi membahas heels? Saya tergesa-gesa ke sini sampai salah kostum kayak gini, itu karena Anda demam" Violet langsung melangkah maju untuk menyentuh keningnya Mada, untuk mengecek demamnya Mada tapi sialnya, heels yang dia pakai nyangkut di sebuah lubang dan dia oleng ke arah depan. Violet berteriak, "Aaaaaa!" sambil memejamkan kedua matanya. Dengan sigap, Mada menangkap tubuhnya Violet.
Violet merasa heran kenapa dia tidak merasakan sakit saat jatuh di kerasnya jalan di dermaga yang menjorok ke laut. Dia segera membuka kedua matanya dan langsung bersitatap dengan kedua manik cokelatnya Mada. Violet terpesona dengan kedua manik cokelat itu dan membuat dia semakin memajukan wajahnya untuk bisa melihat lebih dekat dan lebih jelas lagi kedua manik cokelat itu.
Mada segera berdeham, "Saya tahu saya cukup tampan dan Anda ingin lebih lama menatap saya tapi, Anda cukup berat juga ternyata, tangan saya mulai pegal menopang badan Anda nih, Dok"
Violet langsung menegakkan kembali badannya, lalu ia meraba wajahnya, "Mana kacamataku? Anda bisa membantu saya mencarikannya? saya tidak bisa melihat dengan jelas tanpa kacamata itu"
Mada langsung menunduk untuk membantu mengambilkan kacamatanya Violet yang terjatuh lalu ia memasukkan kacamata itu ke dalam saku kemejanya dan berkata, "Maaf, saya tidak menemukan kacamata Anda, Dok" Mada berkata seperti itu karena, dia sangat mengagumi kecantikan wajahnya Violet tanpa kacamata tebal dan jelek itu.
Violet menghela napas panjang dan berucap, "Kenapa aku sial banget hari ini" Sambil melepas kedua sepatu heelsnya dan memilih berdiri di depannya Mada dengan bertelanjang kaki lalu ia berkata ke Mada, "Apa Anda bisa mendekat ke saya? Saya akan memeriksa Anda"
Alih-alih mendekat, Mada memegang tangannya Violet dan berkata, "Saya akan menuntun Anda masuk ke dalam kapal saya. Anda bisa memeriksa saya dengan nyaman di dalam kapal"
Violet yang masih lugu dan polos menurut saat Mada menuntunnya naik ke atas kapal miliknya Mada.
Mada membantu Violet duduk lalu dia duduk di sebelahnya Violet.
Violet meraba wajahnya Mada lalu menembakkan Thermo Gun dan bertanya, "Berapa angka yang tertera di alat ini?"
"38" Mada menyahut jujur
Violet menautkan alisnya, "Anda benar-benar demam ternyata. Tapi, maaf saya tidak bisa mengecek luka Anda tanpa kacamata saya. Apa Anda sudah meminum obatnya?"
"Sudah. Saya nggak papa kok Dok. Cuma demam dikit" Lalu Mada memasangkan kacamata di wajahnya Violet dan tersenyum di depannya Violet, "Kenapa Anda lebih memilih memakai kacamata tebal dan jelek ini? Kenapa Anda tidak memilih untuk memakai softlens? sayang sekali wajah secantik ini ditutupi kacamata besar, tebal, dan jelek ini" tanpa sadar Mada mengusap pipinya Violet setelah ia memasangkan kacamatanya Violet.
Violet merasakan wajahnya memanas dan secara spontan ia memundurkan wajahnya dan Mada segera menarik tangannya dari wajahnya vIolet dan berkata, "Maaf"
"Di mana Anda menemukan kacamata saya?"
"Dari tadi saya sudah menemukannya dan maaf saya berbohong tadi karena, saya ingin menikmati keindahan lukisan Yang Maha Kuasa yang tergores indah di wajah Anda sedikit lebih lama" keseriusan terdengar di nada bicaranya Mada dan Violet langsung memalingkan wajahnya untuk menyembunyikan rona merah di wajahnya ketika suasana mulai terasa canggung.
Violet lalu membuka tas medikasinya dan berkata, "Buka kaos Anda Tuan Mada! Saya akan mulai memeriksa luka Anda"
"Ini sudah kedua kalinya, Anda meminta saya membuka kaos saya. Anda gadis yang polos ya, meminta seorang cowok membuka kaosnya dengan nada ringan dan santai" sahut Mada.
"Ehem!" Violet berdeham untuk mengusir rasa canggungnya dan berkata, "Karena saya seorang dokter dan dokter tidak pernah berpikiran macam-macam saat ia menyuruh pasiennya untuk membuka kaos. Dokter hanya memikirkan keselamatan pasiennya dan........."
"Benarkah? tapi kenapa wajah Anda memerah Dok?"
"Bisakah Anda tidak ceriwis lagi?" Violet mulai menatap Mada dengan garang
Mada tertawa lirih, memakai kembali kaosnya lalu bangkit, "Saya akan sembuh jika saya mengelilingi dermaga ini" Mada kemudian berjalan menuju ke ruang kemudi.
"Tapi Anda perlu dimedikasi, Tuan" teriak Violet berbarengan dengan gerak kedua netranya Violet mengikuti arah perginya Mada dan Mada tidak menggubris kata-kata yang dilontarkan Violet.
Mada tetap mengemudikan kapal itu lalu ia menoleh ke belakang, "Melangkah lah ke sini Dok! duduk di sebelah saya!" teriaknya
Violet menutup kembali tas medikasinya lalu melangkah pelan menuju ke ruang kemudi dan duduk di sebelahnya Mada.
"Indahnya!" pekik kekaguman akan indahnya laut di penghujung sunset, lolos dari mulutnya Violet.
Mada menggemakan tawanya dan berkata, "Saya rasa, saya sudah berterima kasih dengan benar karena, Anda menyukainya"
Violet tersenyum dan menoleh ke Mada, "Tapi saya serius. Luka Anda perlu diperiksa lagi karena Anda demam saat ini"
"Saya nggak papa. Kalau sampai saya pingsan, kan ada Anda Dok jadi, tenanglah!"
Violet tersenyum dan hanya bisa menggeleng-nggelengkan kepalanya untuk menanggapi sikap keras kepalanya Mada. Lalu ia berkata, "Anda mirip dengan almarhum Kakek saya. Suka semau gue dan gaya santainya Anda pun mirip dengan Kakek Saya"
Mada tertawa lebar lalu menoleh ke Violet, "Kalau Saya mirip dengan almarhum Kakek Anda, apa boleh saya berteman dengan Anda?"
Violet menoleh dan bersitatap dengan Mada. Dia lalu tersenyum dan berkata, "Boleh"
Mada mengulurkan tangannya dan Violet menyambut tangan itu kemudian Mada berkata, "Kita berteman sekarang jadi kita nggak perlu lagi memakai bahasa formal kan?"
Violet menarik tangannya lalu menganggukkan kepalanya dan bertanya, "Berapa umurmu?"
"Wah! Kau langsung tanggap dan bisa langsung bersikap santai ya? hahahaha, aku suka gaya Elo, Dok" ucap Mada dan Violet langsung terkekeh geli menyambut celotehannya Mada
Mada tersenyum lebar lalu berkata, "Emm, umurku dua puluh lima tahun"
"Berarti aku harus memanggilmu Kak karena aku, masih dua puluh tahun"
"Boleh" Sahut Mada sambil memutar balik kapal Speed Boat mini miliknya dan tubuh Violet menjadi oleng ke samping kanan dan menempel erat di bahunya Mada.
Mada lalu berkata, "Maaf aku harus memelukmu" dan ia segera memeluk bahunya Violet, "Karena, aku nggak mau teman baruku ini terlempar ke tengah laut" ucapnya kemudian.
Violet tertegun saat ia merasakan ada debaran aneh di hatinya. Entah itu karena sensasi naik speed boat di malam hari, karena indahnya laut, atau karena kehangatan tubuhnya Mada yang masih memeluknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Yukity
Nyasar ke sini🤭
like😍
2022-01-08
0
Restviani
oalah... Mada modus nih...
lanjut, kak
2021-12-31
0
Xianlun Ghifa
semangat
2021-11-19
1