"Tolong buka kaos Anda, Tuan........."
"Mada. Apa saya belum mengatakan siapa nama saya kemarin malam, Dokter Violet?" Mada tersenyum ke Violet sambil melepas T-Shirtnya.
Kekesalan mulai terlihat di wajahnya Violet dan dia diam saja, dia memilih untuk tidak merespons ocehannya Mada.
"Aarrrgghhh! sakit! Dok, Anda mau membunuh saya ya? Anda Dokter apa tukang jagal sih, kasar amat?" Mada berteriak kencang dan membuat para pasien dan beberapa tim medis yang berada di dalam ruang UGD itu, terkekeh geli.
"Ada banyak bekas luka di tubuh Anda. Itu berarti Anda sering terkena luka semacam ini kan? Lalu kenapa Anda cengeng banget? Cuma di tekan dikit aja udah teriak. Saya perlu menekan luka Anda selama lima menit sebelum kemudian saya bersihkan luka ini setelah itu, saya akan lihat seberapa dalam luka di perut Anda. Anda harus tahan, jangan teriak-teriak nggak jelas lagi!'
Mada hendak melancarkan protes tapi di detik selanjutnya, dia menjadi kesulitan untuk melepas kata dan menelan salivanya saat Violet menunduk di atas perutnya dan rambut Violet yang dikucir kuda, berada dekat sekali dengan lubang hidungnya. Wangi lembut yang dihantarkan sang angin ke indra penciumannya Mada, membuat Mada hampir tersedak oksigen di sekitarnya.
Violet membuka kasa yang ia pakai untuk menekan lukanya Mada lalu ia menunduk lagi dengan tangan kiri menekan kacamata dan tangan kanan membersihkan lukanya Mada. Keharuman tubuh dan wangi rambutnya Violet telah menyihir Mada, dia tidak merasakan nyeri sama sekali saat Violet membersihkan lukanya.
Violet lalu menyentuh kulit di sekitar luka itu dengan sangat lembut, untuk melihat seberapa dalam lukanya Mada. Hembusan napasnya Violet menggelitik kulit di sekitar perutnya Mada dan membuat Mada semakin membeku dan melemas. Mada melemas bukan karena perihnya luka sayatan yang ada dan bukan karena darah yang sudah keluar cukup banyak dari luka itu tapi ia melemas karena, pesonanya Violet.
"Syukurlah tidak begitu dalam lukanya. Hanya cukup dibersihkan sekali lagi lalu ditutup kasa steril. Tapi jaga luka tetap kering selama lima sampai tujuh hari dan hindari merokok, mengonsumsi alkohol, dan stres berlebihan selama masa penyembuhan luka, karena hal-hal tersebut dapat mengganggu dan memperlambat proses pemulihan!" ucap Violet sambil menempelkan kasa steril sepanjang sepuluh centimeter di atas perutnya Mada yang terkena sayatan benda tajam.
"Terima kasih Dok" ucap Mada setelah Violet selesai menempelkan kasa steril itu lalu Violet berkata, "Saya akan resepkan obat anti nyeri, antibiotik, dan anti demam. Harus diminum rutin tiga kali sehari dan harus habis antibiotiknya. Anda tidak punya riwayat alergi obat kan?"
Mada tersenyum, "Saya hanya alergi bila berada di ruangan sempit seperti ini dengan seorang wanita cantik dan gejala dari alergi itu adalah sesak napas, hehehehe"
Violet mendengus kesal, membetulkan letak kacamatanya lalu berputar badan meninggalkan Mada dan duduk di mejanya untuk mulai menuliskan resep untuk Mada.
Mada terkekeh geli lalu bangkit sambil memegangi perutnya kemudian berjalan dan duduk di depan mejanya Violet.
"Kenapa Anda bisa terkena sayatan anda habis duel ya? luka itu tidak dalam tapi juga bukan luka sepele"
"Anda bisa tebak, luka sayatan ini kena apa?" tanya Mada dengan senyum lebar karena, Mada yakin dokter wanita di depannya tidak akan tahu dan kalau dokter di depannya salah menjawab pertanyaannya maka ia akan memberikan hukuman. Hukumannya adalah mengajak dokter itu untuk pergi berkencan dengannya.
"Itu gampang. Luka di perut Anda, tersayat sebilah pisau dengan panjang 25 cm, lebar dalamnya empat koma lima centimeter dan Anda bisa menghindarinya dengan cepat jadi luka sayatan itu tidak begitu dalam. Anda pasti bergerak memutar saat menghindarinya dan........."
Mada tercengang dan secara spontan bertepuk tangan, "Wow! Anda bukan saja pintar tapi cermat dan teliti juga ya, saya salut sama Anda. Tebakan Anda benar sekali" Mada lalu mengacungkan ibu jarinya di depan Violet.
Tingkah lakunya Mada mengundang senyum para tim medis dan beberapa pasien yang ada di dalam UGD tersebut.
Tapi saya sedih nggak bisa modus lagi untuk mengajak Anda berkencan dengan saya, hiks hiks hiks. Ucap Mada di dalam hatinya.
"Terima kasih" Violet tersenyum dan tidak jadi melanjutkan kalimatnya. Lalu ia menyodorkan resep yang sudah ia tulis ke Mada dan ia berkata, "Silakan ke apotik! kalau Anda masih merasakan nyeri dan tidak bisa berjalan, saya akan meminta tolong suster mengantarkan Anda ke apotik dengan kursi roda"
Mada bangkit sambil menggenggam kertas resep lalu termangu di depan Violet. Dia termangu sebab ia masih memikirkan cara untuk bisa mengajak Violet pergi berkencan dengannya.
Violet bangkit, memasukkan kedua tangannya ke dalam saku blazer dinas kedokteran yang berwarna putih lalu bertanya, "Masih ada yang perlu Anda tanyakan lagi? kalau nggak, saya akan memeriksa pasien lagi"
"Emm, itu, anu........."
"Iya? apa? katakan saja jangan sungkan! kalau ada yang tidak enak di badan Anda, katakan saja, saya akan memeriksa Anda lagi"
Mada langsung tersenyum senang lalu berkata, "Iya. Ada yang nggak enak di badan saya. Di sini" Mada menyentuh dadanya sambil tersenyum senang karena, Ia membayangkan Violet kembali menunduk memeriksanya dan ia bisa mencium wangi rambutnya Violet lagi dan lagi. Mada lalu melangkah dengan ringan dan cueknya, kembali ke bilik yang masih tersibak tirainya dan kosong. Lalu dengan santainya ia merebahkan diri di ranjang yang ada di bilik itu. Mada terus tersenyum senang seperti anak kecil yang tengah menunggu gilirannya untuk bermain, sangat bersemangat dan ada gelitik-gelitik kecil di perutnya saking girangnya.
Modus pertamaku gagal. Aku harus pikirkan modus yang kedua. Batin Mada.
Violet menoleh ke koleganya dengan senyum kesal dan koleganya langsung terkekeh dan berkata, "Kemungkinan pasien kamu itu terbentur kepalanya jadi agak aneh tingkah lakunya, hehehehe"
Violet ikutan terkekeh kemudian berkata, "Bisa jadi" lalu ia menghela napas panjang dan berjalan menuju ke Mada. Dia masuk ke bilik dan menarik tirai untuk menutup bilik itu. Violet berdiri di samping bed dan mulai memeriksa dadanya Mada, "Tarik napas panjang dan hembuskan pelan!" Violet langsung menautkan alisnya dan menoleh ke Mada. Dia bersitatap dengan Mada dan langsung bertanya sambil menarik stetoskopnya, "kenapa jantung Anda berdebar sangat kencang? Anda punya riwayat sakit jantung?"
Mada menggelengkan kepalanya lalu segera berucap, "Jantung saya berdebar Karena saya kesulitan memikirkan cara bagaimana saya bisa berterima kasih ke Anda dengan benar" senyum lebar kemudian terlukis di wajah tampannya Mada.
Violet menegakkan badannya, membetulkan letak kacamatanya dan bertanya, "Berterima kasih? untuk apa?" Violet memasukkan stetoskop ke dalam saku blazer putihnya lalu bersedekap di depannya Mada yang telah bangun dan duduk di tepi ranjang.dengan senyum lebar.
"Saya terbiasa berterima kasih dengan benar kepada siapa saja yang telah menolong saya
Anda telah mengobati luka saya dan menyelamatkan nyawa saya jadi saya pikir, saya perlu untuk........"
"Nggak usah Tuan Mada yang terhormat. Sudah menjadi kewajiban saya untuk menolong Anda karena Anda adalah pasien saya" Violet berucap sambil membuka tirai di bilik itu dan mulai melangkah meninggalkan Mada.
Mada turun dari ranjang dan menyusul Violet, "Saya mohon, ijinkan saya berterima kasih dengan benar pada Anda"
Violet menghentikan langkahnya dan menghadap ke Mada, "Huuufftt! Baiklah katakan! Karena, rengekan Anda cukup mengganggu maka katakan apa yang ingin Anda lakukan untuk berterima kasih?"
"Berikan nomer ponsel Anda. Saya akan kirim pesan text ke Anda nanti, mengenai cara berterima kasih yang benar ala Mada Goh karena, saat ini saya belum kepikiran apa pun, hehehehe"
"Anda gila ya?" Violet mendelik ke Mada.
"Saya tulus dan tidak gila, hehehehe. Saya nggak akan memakai nomer ponsel Anda untuk hal yang buruk. Emm, itu, saya juga perlu nomer ponsel untuk bertanya-tanya soal obat. Saya mohon Dok, kalau tidak saya akan....."
Violet langsung mengarahkan layar ponselnya ke Mada, "Ini nomer ponsel saya"
Mada tersenyum lebar dan menghela napas lega lalu memasukkan nomer ponselnya Violet ke dalam ponselnya dengan cepat dan ia berkata, "Terima kasih banyak Dok. Saya akan berterima kasih dengan benar pada Anda nanti. Tunggu pesan text dari saya!" Mada berucap sambil tersenyum dan berputar badan untuk pergi ke apotik.
Violet hanya bisa menggeleng-nggelengkan kepalanya dan koleganya kembali terkekeh geli saat melihat Violet mencengkeram pelan kucir rambutnya bak ekor kuda itu sembari berucap kesal, "kenapa aku kasih nomer ponselku ke dia dan kenapa ia harus berisik banget tadi? Huuffttt dasar sial!"
Lalu koleganya menyahut, "Aku rasa dia pria baik"
"Kakak lihat dari mana kalau dia orang baik?" Violet langsung menoleh ke koleganya.
"Dari tampangnya. Wajahnya sangat tampan dan terlihat polos"
"Hah! polos katamu Kak? dia terkena sayatan pisau di perutnya dan dia pemilik bar Black Skull. Bagaimana bisa Kakak berkata kalau dia polos" Violet tersenyum geli.
"Kok kamu bisa tahu? kamu pernah ke sana?"
"Hmm?" Violet menatap koleganya dengan panik. Dia malu kalau sampai ketahuan pernah pergi ke sebuah bar dan itu adalah bar Black Skull.
"Kau pernah ke bar Black Skull?" Koleganya menatap Violet dengan penuh tanda tanya di wajahnya.
"Ah! itu, emm, aku tahu dari Mira. Mira temanku dan ia pernah ke sana dan pernah selfie dengan pria tadi, hehehehehe" Violet langsung bangkit dan berjalan cepat meninggalkan koleganya untuk memeriksa pasien selanjutnya demi menutupi wajah paniknya dan koleganya masih terus menatap arah perginya Violet dengan penuh tanda tanya di wajahnya.
Mada memekik senang di dalam mobilnya, "Yes! akhirnya aku dapatkan juga nomer ponselnya"
Hefin dan Edo bersitatap. Lalu Hefin menoleh ke jok belakang dan Edo lanjut fokus menyetir. Hefin melempar tanya, "Nomer ponselnya siapa?"
"Kelinci buruanku, hehehehe" Mada meringis ke Hefin.
"Dasar gila! tadi bikin orang jantungan sekarang bikin orang kesal" dengusan kekesalan Hefin disambut tawa gelinya Edo.
"Kita ke dermaga" Ucap Mada sambil mengetikkan sesuatu di ponselnya.
"Hah?!" Edo dan Hefin kaget berjamaah.
"Mau apa ke dermaga? kau baru saja kena sayatan senjata tajam, bukannya istirahat malah keluyuran ke dermaga"
"Ada deh" Mada kembali meringis.
Ting, pesan masuk ke ponselnya Violet. Violet membaca pesan itu dengan lirih, "Saya tahu Anda orang kaya dari outfit yang Anda kenakan. Saya juga tahu Anda pasti pernah naik speed boat tapi, saya yakin Anda belum pernah naik speed boat di malam hari. Saya akan berterima kasih dengan benar, datanglah ke dermaga Marina, blok B28. Saya tunggu kedatangan Anda. Terima kasih, Mada Goh"
Violet menautkan alisnya, "Dia benar-benar gila. Apa aku harus ke sana? apa nggak usah aja ya? tapi.........ah sial!" Violet melepas kucir ekor kudanya dengan kesal lalu kembali bergumam, "Dia sudah bikin aku penasaran. Emm, pergi nggak ya enaknya?" Violet berpikir sambil mengulum-ngulum sendok tehnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
anggita
violet👩⚕... mada
2024-04-08
1
triana 13
lanjut
2021-11-10
0
Li Permana
boom like, semangat terus bekarya
2021-10-30
0