[Author mencoba membuat cerita dengan sudut pandang orang ketiga]
______________________________________________
Sebuah guild akan disegani saat mereka memiliki anggota yang kuat, sementara kekuatan sendiri berbeda-beda menurut pandangan masyarakat.
Ada guild besar dengan sedikit anggota dimana setiap anggota memiliki kekuatan luar biasa, lalu ada pula guild dengan banyaknya jumlah anggota namun mereka masih dikategorikan sebagai guild kecil.
Guild rank ada sebagian indikator untuk melihat guild mana yang terbaik, fitur ini terdapat pada sistem yang telah dimilik semua orang.
Pada papan skor guild terbaik ASF tidak pernah berada di papan peringkat ini, bahkan tidak pernah masuk satu kali pun. Tapi seluruh petinggi organisasi itu merupakan ranked pada perolehan skor individu.
***
Artemis sang Dewi perburuan, seorang wanita yang menjadi top rank pada leaderboard pemain terkuat sekaligus pemimpin organisasi ASF.
Di dalam permainan dia dikenal sebagai seorang tirani yang memperbudak seluruh top guild.
Bahkan setelah dunia berubah dan permainan Reastream online menjadi kenyataan, kekejaman dari iblis merah masih menghantui seluruh pemain.
Namun saat ini di dalam ruang kerjanya keagungan sebagai manusia terkuat di dunia sama sekali tidak dapat dirasakan pada wanita itu.
“Ugh, aku tidak kuat lagi.” keluh Artemis sambil memijat jarinya yang pegal karena terlalu lama mengetik tombol keyboard.
Dia terlihat begitu lelah saat mengurus banyaknya dokumen yang harus ditandatangani.
Sebenarnya dia biasa menyerahkan pekerjaannya pada asisten Violet, namun ada beberapa pekerjaan yang harus dia tangani sendiri.
“Bertahanlah nyonya, dan ini yang terakhir.” balas violet yang kembali menaruh setumpuk kertas di atas meja Artemis.
“…….”
Wanita berambut merah itu hanya bisa terdiam saat melihat tumpukan kertas yang harus dia kerjakan.
“Uso desyo.…” dengan lemas dia hanya bisa meratapi nasibnya.
“Huhuhu… aku tersiksa secara mental di dalam sini sementara kalian bersenang-senang.” ratapnya sambil menatap foto yang terpajang di meja kerja, Artemis pun mulai menangis.
Foto yang diambil bersama teman-temannya yang juga petinggi organisasi ASF saat mereka pertama kali menaklukkan sebuah dungeon di dunia nyata.
Penaklukan itu baru terjadi lima bulan lalu sekitar 2 Minggu setelah outbreak terjadi. Peristiwa penaklukan dungeon untuk pertama kalinya dalam sejarah sekaligus menjadi awal kejayaan ASF.
Perlu diingat jika menaklukkan dungeon di dunia nyata lebih sulit daripada di dalam permainan.
“Huhuhuhu….. aku ingin kalian segera pulang.” karena terlalu rindu pada teman-temanya membuat tangisan Artemis semakin menjadi-jadi.
Melihat tuannya yang begitu menderita membuat violet tidak tega. Akhirnya sekertaris itu membuatkan teh dan beberapa cemilan lalu mempersilahkan Artemis untuk beristirahat.
“Jahi bhaghaimaha dhenghan thughas merheka?.” dengan mulut yang di penuhi oleh kue Artemis berusaha berbicara.
Tidak mengerti samasekali apa yang dibicarakan oleh tuannya, Violet segera memberikannya teh.
“Aku bertanya bagaimana keadaan penjelajah mereka?.” wanita itu kembali menanyakan tentang teman-temannya.
“Oh aku pikir tadi anda ingin mengajak makan malam denganku.”
“Wut!. Kenapa kau bisa melenceng sejauh itu?” Artemis hanya bisa menatap sekertaris itu dengan heran.
“Entahlah mungkin karena akhir-akhir ini anda memang harang mengajak aku makan malam bersama.”
Violet membalas tatapan Artemis hingga keduanya saling lomba menatap selama beberapa saat yang pada akhirnya Artemis menyerah dan kembali memfokuskan perhatian pada layar monitor.
“Kabar yang aku dengar terakhir kali mereka telah mencapai lantai ke 109 dan sedang menyusun rencana untuk mengalahkan bos dungeon di lantai 110.”
“Begitukah…. itu artinya mereka sebentar lagi akan pulang.”
Mendengar kabar tentang teman-temannya membuat Artemis lebih bersemangat, dia mengerjakan tugasnya lebih cepat dari sebelumnya.
Hingga saat wanita itu ingin menandatangani dokumen terakhir tiba-tiba dia berhenti. Melihat itu Violet pun merasa heran.
“Apa ada yang salah?.” tanya violet, namun Artemis tidak menjawab dia terus membaca dokumen itu secara berulang-ulang.
Dokumen itu berisikan data dari sebuah dungeon yang dikuasai oleh organisasi ASF. Beberapa hari lalu telah terjadi Keanehan terhadap dungeon tersebut, contohnya monster yang bertindak lebih agresif kemudian banyaknya para Hunter yang menghilang.
“Aku berpikir jika itu hanya sebuah sabotase seperti sebelumnya.”
Violet berpikir jika ada sebuah kelompok yang sengaja membuat monster lebih agresif dan juga menculik para Hunter yang sedang berada di dalam dungeon tersebut.
Dia berpikir seperti itu karena memang sudah sering terjadi. Beberapa kali orang-orang yang tidak menyukai ASF melakukan sabotase terhadap dungeon yang menjadi milik ASF dengan tujuan agar nama baik organisasi menjadi tercoreng.
“Tidak, sepertinya kali ini berbeda.”
Artemis terus menatap sebuah gambar pada dokumen tersebut, gambar yang hanya berupa tulisan dibuat pada dinding dungeon.
“Akhirnya mereka muncul.” Ucap Artemis.
***
Bunker Arcade, sebuah tempat perlindungan yang menampung lebih dari lima ratus ribu pengungsi saat masa awal outbreak. Sekar ada lebih dari satu juta penduduk yang memilih tinggal di kota bawah tanah itu.
Keputusan pengungsi untuk memilih tinggal di bawah tanah bukan tanpa sebab. Selain masalah keamanan dimana monster terus berkeliaran di permukaan, masalah lainnya saat malam tiba kabut Mana yang sangat mematikan akan menyelimuti bumi. Hanya tempat kedap udara atau terletak di dalam tanah saja yang aman dari kabut ini.
Karena itu bunker menjadi satu-satunya pilihan aman untuk manusia yang ingin bertahan hidup.
[Lantai 1 underground]
Lantai teratas sebelum permukaan, tempat dimana banyak toko-toko yang dibuka oleh para penduduk bunker. Seperti Megamall tepat ini begitu ramai. Orang-orang dapat membeli apa saja dari barang kebutuhan sehari-hari atau senjata secara bebas di tempat ini.
Dengan seragam serba hitam dan masker setengah wajah yang menjadi ciri khas dari para anggota ASF, Artemis menatap sebuah layar kaca berukuran raksasa.
Saat ini Artemis telah berubah menjadi gadis biasa yang merupakan wujud aslinya di dunia nyata, dia hanya seorang gadis berusia 19 dengan nama Vina.
[Note : Artemis sebenarnya hanya sebuah Avatar game Reastream online yang digunakan oleh Vina. Tapi setelah outbreak Avatar itu bisa digunakan di dunia nyata]
Dia sengaja menonaktifkan Avatar Artemis dikarenakan tidak ingin menyebabkan keributan yang mungkin akan timbul jika para fans Artemis melihatnya.
“Walaupun dunia sudah menjadi begitu kacau tapi seorang wanita tetap memikirkan tentang kecantikan, sangat konyol.”
Terdengar suara dari belakang Vina, dia pun mengalihkan perhatiannya dari layar kaca yang menampilkan sebuah iklan produk kecantikan dan mendapati asal suara itu dari seorang pemuda dengan rambut kuning acak-acakan.
“Oh maaf apa anda bermasalah dengan sikap wanita yang seperti itu?.” balas Vina yang tidak sedikit menyembunyikan ketidak senangnya pada si pemuda.
“Hahaha… tetu saja karena tipe wanita seperti itu hanya akan membuang-buang sumberdaya.” balas si pemuda dengan penuh keyakinannya.
Dia begitu percaya diri seolah tidak takut jika ada wanita yang akan menusuknya dari belakang.
Setelah dilihat lebih teliti Vina menyadari jika pemuda itu merupakan anggota guild Macan kuning, Guild yang menduduki peringkat 10 besar provinsi DKI sekaligus peringkat 30 se Indonesia.
‘Mungkin dia begitu percaya diri karena status dari guildnya.’ pikir Vina.
Gadis itu pun berniat meninggalkan tempat itu, tapi tiba-tiba si pemuda segera mencegahnya.
“Tungu bisakah aku mengajakmu minum secangkir kopi di kedai sebelah sana?.” kata pemuda sambil menarik tangan Vina.
Vina hanya terdiam sambil memandangi tangannya yang ditahan oleh pemuda itu.
“Bukankah kau sendiri bilang jika tidak menyukai wanita yang membuang-buang sumberdaya dengan mengurusi kecantikannya?.”
Mendapati perkataannya berbalik pada dirinya sendiri pemuda itu hanya terdiam tapi tangannya masih saja menahan tangan Vina.
“Hey lepaskan!.”
“Tidak kau harus ikut dengan ku!.”
“!!!….”
Suasana seketika berubah, pemuda itu terlihat begitu marah atas sikap balasan dari Vina. Tapi Vina yang tidak peduli kembali mengabaikan pemuda itu, bahkan karena kesal saat tangannya terus di tahan Vina akhirnya menyerang pemuda itu.
Vina menari tangannya dengan keras hingga si pemuda ikut tertarik lalu memukul dadanya dengan telapak tangan.
Pukulan tangan itu terasa begitu kuat hingga si pemuda terpental menjauh hingga beberapa meter. Dia terkapar hanya dengan satu pukulan dengan mulut yang bersimbah darah.
Keadaan underground lantai 1 menjadi hening sesaat ketika itu terjadi. Banyak orang yang menyaksikan mulai berbicara satu sama lain.
Sementara Vina dapat melihat jelas jika pemuda yang masih terbaring di lantai tengah menunjukkan senyum lebar.
“Haaahh…. Drama apa lagi ini.” gumam gadis itu yang kemudian segera pergi dari tempat kejadian.
***
End.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Nur Halimah Halimah
🌁🌁🌁🌁🌁🌁🌁🌁🌁🌁
2022-11-26
0
The Seven Heavens
vote ke 26
2021-11-18
1
Astolfo
☕🗿.
2021-11-14
2