Ambulans sudah tiba dan membawa semua korban.
Total ada lima orang korban dari satu kecelakaan mobil. Kendaraan besar yang ceroboh di jalanan dilacak oleh pihak kepolisian setelah seorang petugas mengamati CCTV jalanan.
Mobil ambulans sudah tiba di rumah sakit, mereka semua dibawa masuk ke ruangan UGD untuk menerima pemeriksaan.
"Dokter, sepertinya yang satu orang sudah meninggal. Kami berusaha memberikan pertolongan pertama, karena sudah berumur korban tidak bisa terselamatkan!" suster yang berlumuran darah menjelaskan kondisi salah satu korban.
"Kalau begitu masukkan ke dalam kamar jenazah! kita tolong korban yang lainnya, panggil Dokter spesialis untuk menangani ini semua!" ia masuk ke ruang UGD.
***
"Udah jam segini kenapa Papa dan Mama belum pulang juga?" Nissa melihat jarum jam.
"Paling juga makan malam di luar tuh mereka," sahut Ervin.
"Gak mungkin Dek, mereka itu pasti selalu memberi tahu pada kita kalau pulang telat," ia mendengus mendengar ucapan adiknya.
"Telpon saja mereka! dan kalian berdua gak usah berdebat," usul Rico.
Nissa mengambil smartphonenya di dalam kamar.
Ia segera bersuara.
"Panggilan untuk Papa!" setelah ponselnya mendata suara Nissa barulah terdengar sambungan telepon.
"Siapa ini? kenapa bukan Papa yang menjawab? di mana Papaku?" tanyanya curiga.
"Kamu anak dari yang punya telepon ini? sekarang Papamu tengah dirawat di rumah sakit." Suara itu menjelaskan.
"Apa? di rumah sakit? kenapa Papaku bisa berada di sana?" Nissa lemas.
"Keluargamu kecelakaan, mereka berlima masih ditangani pihak medis," jelasnya.
Nissa menjatuhkan ponselnya, ia terduduk lemas di lantai yang dingin. Rico mendengar suara barang terjatuh dan menghampiri suara itu, ia melihat sepupunya dan setengah berlari serta merengkuh Nissa.
"Kamu kenapa Dek?" Rico menenangkan Nissa.
"Mereka kecelakaan mas," suara Nissa parau, air mata jatuh bercucuran dan membasahi pipinya.
"Apa? yang benar kamu?" Rico tak percaya.
Ervin yang kesal karena ditinggal sendirian di ruang tamu menghampiri mereka di kamar Nissa.
"Kalian kenapa berpelukan di lantai begitu? kotor tau," cibirnya.
"Diam kamu Vin! sekarang juga kita pergi ke rumah sakit. Ayo kita berangkat dan melihat keadaan mereka!" Rico menarik lengan Nissa.
"Tunggu dulu deh, sebenarnya ada apa sih?" Ervin masih bingung.
"Papa dan Mamamu kecelakaan! kita harus secepatnya ke sana!" ia memapah tubuh Nissa dan pergi ke luar rumah.
"Oh tidak...memangnya mereka kemana? kenapa bisa kecelakaan?" ia berjalan mengikuti Rico.
Mereka masuk ke dalam mobil dan Rico yang menyetir kali ini.
Nissa gelisah, dan sungguh cemas luar biasa. Air mata terus bercucuran, ia dipeluk oleh Ervin yang duduk di sebelahnya. Sebenarnya hati Ervin lebih hancur mendengar kabar buruk ini. Akan tetapi, ia berpikir bahwa ia sebagai anak lelaki tidak boleh cengeng dan harus kuat.
Rumah Sakit Harryo
Mereka bertiga keluar berhamburan dan berlari sekencang mungkin, mereka mencari tahu dimana keberadaan keluarganya.
"Sabar ya, kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan semuanya. Akan tetapi, ada satu nyawa yang tidak tertolong. Jenazah sudah berada di kamar jenazah. Yang lainnya masih dalam kondisi kritis," jelas suster yang ikut menangani korban.
Bagaikan tersambar petir, mereka menangis sejadinya dan saling berpelukan untuk saling menguatkan diri.
"Siapa itu Suster? siapa keluarga kami yang meninggal?" Rico berusaha tabah.
"Kakek Tua yang meninggal, sepertinya beliau punya riwayat penyakit jantung. Karena itulah beliau tidak bisa kami selamatkan," suster menundukkan kepalanya.
"Dimana mayatnya Sus?" tanya Nissa.
Mereka bertiga menjadi pusat perhatian di rumah sakit tersebut karena sedari tadi menangis tanpa henti.
"Marilah ikuti saya!" suster melangkah menuju kamar mayat.
Setelah berada di sana, mereka berpelukan kembali dan secara perlahan membuka penutup kain.
Nissa menutup mulutnya tak percaya. Ia melihat eyang Sugengnya yang terbujur kaku dengan kepala yang bersimbah darah yang telah mengering.
"Eyang..." Nissa tercekat.
Tangisan pilunya sungguh menyayat hati dan jiwa siapapun yang mendengarnya.
Mereka bertiga bergantian memeluk eyangnya yang telah meninggal.
"Sabar ya anak-anak," Suster yang melihatnya hanya mampu berkata itu.
"Keluarga kami yang lain dimana Sus? kondisi mereka separah apa? aku ingin menghubungi Om saya yang seorang dokter ahli," tiba-tiba saja ia teringat pada Evans.
"Yang paling parah diantara mereka berlima adalah yang menyetir mobil. Kami telah mendapatkan donor darah yang tepat untuk golongan darahnya. Bapak itu kehilangan banyak darah. Akan tetapi ada beberapa luka di kepala yang menyebabkan ia hilang kesadaran lebih lama daripada yang lain." Jelas suster panjang lebar.
"Mas Rico, panggil om Evans sekarang!" Nissa memekik.
"Baiklah," Rico menghubungi Evans.
"Om, Om Malik dan Eyang kecelakaan. Bantulah kami Om!" Rico menyudahi panggilannya karena Evans akan ke sini secepatnya.
"Sepuluh menit lagi Om Evans akan datang," Rico masih terisak.
"Tunjukkan kami di mana kamar perawatan mereka Sus!" Nissa memandang wanita di depannya lama.
Suster itu hanya bisa menghela nafasnya. Ia berjalan dengan cepat menuju ruang perawatan korban kecelakaan. Nissa, Rico dan Ervin mengikuti langkah suster.
Ada tulisan UGD di depan kamar itu. Suster menunjukkan bahwa salah satu dari mereka ada di dalam sana. Sementara yang lain sudah mendapatkan pertolongan pertama dan kini tengah berada di ruang perawatan.
"Siapa Pasien di dalam Sust?" Nissa menggoncang tubuh wanita itu tak sabar.
"Bapak Malik yang berada di sana! sementara yang lain sudah dipindahkan ke ruang perawatan tapi..." Suster tak melanjutkan ucapannya.
"Tapi kenapa Sus?" tanyanya lemah.
"Mereka masih belum sadarkan diri, mereka bertiga masih koma," ucapnya pelan.
"Kalau begitu saya permisi dulu, ada Dokter yang akan menjelaskan kondisi mereka nantinya," ia melangkah menjauh.
Ervin terduduk di lantai Rumah Sakit, wajahnya kusut masai efek menangis sesenggukan. Rico menemani Nissa duduk dan menenangkannya.
Rico yang baru menyadari bahwa Zeta termasuk korban kecelakaan, hanya bisa terisak dalam.
Hanya Zeta lah saudaranya satu-satunya saat ini.
Tap...tap
Suara langkah kaki terdengar mendekati mereka.
"Kak Nissa, mas Rico, Vino." gadis muda itu menyapa mereka semua.
"Mana Malik? dimana yang lainnya? apa mereka baik-baik saja?" Evans menerobos masuk.
"Maaf Dok, saya salah satu dokter di sebuah RS swasta dan saya kemari untuk menangani pasien yang bernama Malik," Evans mengambil alih.
Dokter tersebut hanya bisa pasrah karena posisi Evans lebih tinggi daripadanya. Dokter tersebut keluar dan menceritakan semuanya pada keluarga Malik.
"Ijinkan kami menjenguk keadaan yang lainnya Dok," Fatma memohon.
"Tapi mereka masih koma Bu, kami sudah berusaha semampu kami dan kami juga telah menggunakan alat-alat medis terbaru yang lebih canggih," dokter menjelaskan.
"Tapi saya..." Nissa memegang tangan Fatma.
"Tante, sudahlah! kita pergi ke kamar mayat dulu. Eyang sudah meninggal sebelum kami sampai," ia memeluk Fatma erat. Tangisannya pecah lagi.
Fatma yang melihat Nissa lemah tak berdaya hanya mampu membalas pelukannya.
"Dokter...mana Dokter Dino?" tanya seorang suster yang setengah berlari.
"Sudah pergi Sus!" Ervin menyahut pelan.
"Pasien butuh penanganan lanjutan," suster itu berlari.
"Heran deh, RS sebesar ini kenapa gak punya sistem untuk melacak dokternya." Jasmine menggerutu.
"Tunggu dulu, yang butuh penanganan lanjutan itu siapa? apa jangan-jangan... " Fatma tak melanjutkan ucapannya.
"Mungkin itu....
*
*Bersambung
Di part kali ini author memang melebih-lebihkan teknologi dan informasi. Seperti yang telah kita tahu, kalau Ervin sudah berumur 15 tahun dan waktu yang author pakai adalah tahun 2035.
Selamat membaca dan jangan lupa untuk dukungannya ☺️☺️.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
zamal78901
next
2022-11-12
0
zamal78901
lanjuuuuuts kan
2022-11-12
0
Bie²🌺
yang sabar yaa ervin, ka rico & ka nisa😥
2022-01-06
0