Nona, Jadikan Aku Supirmu!!
Tiiiinnn!
Bunyi klakson mobil mengagetkan seorang remaja yang bernama Ervino Prayoga. Ia tengah menunggu di depan pos jaga sebelah gerbang sekolahnya.
"Weh... kak Nissa ini kebiasaan ya kalau jemput aku suka ngagetin gitu!" gerutunya kesal.
"Sorry Vin, aku buru-buru banget nih. Ayo kita pulang!" ucap orang di sebelah pengemudi mobil.
"Eh Vin, mana tuh si Jasmine?" tanya pria muda di sebelah Nissa.
Ia masuk kedalam mobil tanpa banyak bicara.
"Jasmine udah di jemput om Evans tadi. Aku gak nyangka deh si Jasmine jadi rebutan cowok di kelasku," kesalnya.
"Memangnya kenapa? kamu cemburu?" goda Nissa.
"Apaan sih kak! aku dan Mimi ( panggilan akrab dari Ervin ) itu kan temen dari kecil. Ibaratnya aku dan dia itu udah kayak saudara sendiri," jelasnya.
Nissa dan Rico hanya tersenyum mendengar perkataan adiknya.
"Kalian berdua mau kemana sih? kenapa bisa berangkat bareng? biasanya gak mau kalau Papa suruh barengan. Lagaknya bilang gini, ah... enggak lah Pa nanti kalau ada yang dekat sama aku malah menjauh karena Mas Rico," ia menirukan ucapan kakaknya.
"Kali ini beda cerita, kami mau pergi ke rumah temannya mas Rico. Dia pinter banget tuh makanya kami mau nanya saran skripsi kami sama dia," jelas Nissa.
"Oh iya, bentar lagi kamu masuk SMA nih! pasti seneng banget deh yang mau masuk sekolah baru," godanya pada adik satu-satunya.
"Iya dong senengnya minta ampun dan aku udah punya rencana kalau udah sekolah SMA aku akan nembak cewek yang aku suka," ia terkekeh.
"Astaga adekku yang manis udah mulai mikir cewek? ujian tuh dipikirin dulu! baru deh mikirin cewek," gerutunya pada adiknya.
"Mas Rico...kapan nih berangkatnya?" tanya Ervin.
Rico hanya terkekeh dan mulai meluncurkan mobilnya dengan kecepatan sedang. Mereka tertawa lebar karena candaan Rico yang atraktif.
Rumah besar dan mewah sudah tampak dari kejauhan. Ervin turun di depan pagar rumah itu.
"Kami pergi dulu Vin! jangan lupa kasih tau Mama kalau kami pulang malam sebelum makan malam nanti," akhirnya Rico langsung melajukan mobilnya kembali.
"Kapan ya aku bisa belajar menyetir? Papa belum ngijinin sih," ia berjalan menundukkan kepalanya.
Seorang pria paruh baya membuka pintu gerbang untuknya.
"Selamat datang Tuan muda," sapanya ramah.
"Panggil Ervin saja Pak," serunya. Ia merasa risih dengan panggilan orang-orang dirumah ini.
Ia berjalan dengan lunglai ketika ingat keinginannya yang belum bisa terpenuhi. Setelah mengucapkan salam ia masuk kedalam rumah dan memanggil mamanya.
"Mam, aku pulang nih." Serunya, tapi sayangnya tak ada sahutan dan suara apapun.
"Kemana sih mereka? kok rumah mendadak sepi begini?" ia mulai membuka sepatu dan menaruh tas punggungnya diatas sofa.
"Aden sudah pulang?" tanya seorang asisten rumah.
"Kalau disini pasti udah pulang dong Bik," sahutnya malas.
"Kemana sih semua orang? kenapa sepi begini Bik?" tanyanya.
"Tuan sama Nyonya pergi ke acara keluarga di kampung! mungkin sebentar lagi mereka pulang," jelas si asisten.
"Aku laper Bik, mana makan siangku?" wajahnya seperti orang yang sedang kesal.
Ervin memang orang yang tidak sabaran terhadap apapun. Sifatnya ini selalu diungkit oleh Malik dan Elisa sebagai orangtuanya. Mereka menyuruh anaknya itu untuk berusaha lebih sabar dan mau menunggu serta menerima kenyataan.
Dulu ketika masih kecil, ia meminta mainan dan Elisa tidak memberikannya karena jatah mainannya sudah terpenuhi selama sebulan. Tapi karena itu ia mengamuk dan melempar barang-barang yang ada didepannya ketika sampai rumah. Hukuman yang diberikan orangtuanya tak membuat Ervin jera. Sikapnya itu tak jauh beda dengan sekarang walaupun ia sudah remaja dan sebentar lagi menginjak usia dewasa.
"Makan siang sendiri lagi? ah lebih baik aku hidup di asrama saja nanti kalau masuk sekolah SMA," ucapnya pada diri sendiri.
"Ada Bibi yang nemenin kok, tenang ajalah!" seru wanita paruh baya itu. Umurnya tak jauh berbeda dari Elisa. Hanya terpaut 3 tahun lebih tua.
"Emangnya Bibi siapaku?" tanyanya malas.
Ia mengambil piringnya yang sudah berisi makanan dan pindah ke sofa didepan televisi. Ia menghilangkan kebosanan dengan cara makan sambil menonton film.
Selesai makan ia meletakkan piring diatas sofa dan berlalu pergi meninggalkan ruangan itu.
***
Hari sudah sore, ia mandi dan berganti baju setelah puas bermain game online kesukaannya. Bahkan, ia dan teman-temannya sering sekali main bareng dan mengumpulkan skin untuk game onlinenya.
"Dek Vino mana Bik?" tanya seorang remaja perempuan yang umurnya tidak jauh dari Ervin.
"Den Ervin ada di kamarnya Non. Non Jasmine mau minum apa?" tanyanya ramah.
"Buatin aja sirup rasa jeruk Bik!" pintanya.
"Baiklah Non, Bibi kedapur dulu ya!" ia kemudian meninggalkan Jasmine seorang diri.
"Udah sore masih dikamar, apa sih sebenarnya yang dia perbuat?" Mimi mulai melangkah ke kamar Ervin.
'Tok...tok....tok'
Tak ada sahutan dari penghuni kamar itu.
Ia tak sengaja mengecek pintu kamar dan membukanya.
"Ternyata gak dikunci," gumamnya pelan.
Mimi masuk tanpa permisi, ia melihat sekeliling kamar Ervin.
"Sudah berubah semenjak terakhir kali aku kemari," ia terkekeh geli mengingat kenangan bersama Ervin ketika mereka masih sekolah di Taman Kanak-kanak.
Klak....pintu kamar mandi terbuka.
Ervin hanya memakai handuk kecil yang melingkar di pinggang.
"Ngapain kamu kemari?" tanya Ervin kesal.
"Maaf...aku sudah mengetuk pintu tadi. Dan ternyata kamar kamu gak dikunci," gadis itu hanya menyengir tanpa rasa bersalah.
"Sebaiknya kamu keluar dari sini! ini kamar seorang pria," ucapnya sambil memakai baju yang sudah ia siapkan diatas ranjang.
"Aku ada perlu denganmu, aku tunggu diluar ya!" serunya bersemangat.
"Awas...." Ervin mendorong tubuh Jasmine kedalam pelukannya.
Ada pecahan kaca yang masih tersisa dan hampir diinjak oleh gadis itu. Jadi dia mendorongnya, tapi tanpa sengaja ia malah membawa gadis itu dalam pelukannya.
"Maafkan aku! aku tak sengaja!" mereka saling berpandangan lama.
Ervin melepaskan pelukannya dan salah tingkah. Berbeda dengan Mimi yang menyukainya.
"Dek Vino kamu kenapa sih tiba-tiba begitu?" keningnya berkerut. Ada rona merah tersembul dari kedua pipinya.
"Mimi...bisa gak sih kalau jangan panggil aku adek! kita ini hanya beda beberapa minggu saja umurnya. Dan aku bukan adekmu!" ia menepis tangan Mimi yang menempel di pundaknya.
"Non..." panggil sebuah suara.
"Iya Bik, aku datang!" Mimi meninggalkan Ervin sendirian di kamarnya.
Setelah memakai celana pendek dan parfum, ia keluar dari kamarnya untuk menemui Mimi.
"Kenapa kamu kemari? siapa yang mengantarmu kemari?" tanyanya bertubi-tubi.
Mereka duduk berduaan di sofa ruang tamu ditemani setoples cemilan dan minuman.
"Eum...begini lho Dek, eh maksud aku Vino...." ia ragu untuk mengatakannya.
"Katakan saja!"serunya.
"Sebenarnya aku di tembak oleh temanmu!" ia malu untuk mengatakannya.
"Terus..?" tanya Ervin.
"Aku malas dengan temanmu itu. Jadi aku mau kamu menjadi pacar boongan aku!" akhirnya Mimi bisa mengatakannya.
Ervin yang ingin minum jadi memuncratkan minumannya didepan wajah Mimi.
"Kamu gak salah?" tanyanya tak percaya.
Mimi hanya menggeleng kepalanya.
Ia mengusap wajahnya dengan tissue agar terbebas dari air sirup.
"Kalau begitu jawabanku...." ia menggantung ucapannya.
***
Selamat membaca.
Kali ini sekuel Supir untuk Sang Nyonya akan slow update karena belum kontrak 🤭✌️
Dan sepertinya akan ada banyak episode di novel kali ini. Jangan lupa untuk tetap mendukung karya author ya 🥰🥰🥰🙏.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Maretha♚⃝҉𓆊
semangat queen,, maaf ya baru mampir
2022-03-04
0
Reo Hiatus
jawab apa?
2022-01-06
1
Reo Hiatus
ya ampun mimi tidak risih ya lihat vino cuma pakai handuk. Apa dia hanya bayi di mata kamu?
2022-01-06
1