"Harus apa?" sahut temannya.
"Kalian harus melakukan satu tantangan tambahan dariku!" ia tertawa mengejek.
"Siapa takut... Jasmine pasti mau pacaran sama aku," teman di sampingnya percaya diri.
"Gak mungkin mau kalau sama kamu, dia itu pasti suka sama cowok ganteng kayak aku ini!" satunya menyahut.
"Gak usah berdebat! kita buktikan saja nanti!" mereka berpisah setelah bel masuk kelas berbunyi.
Tantangan yang disepakati hanya berlaku untuk seminggu kedepan.
*Flashback off
"Ha...ha, aku pasti menang dari kalian semua," ia tertawa terbahak-bahak di kamarnya.
Ia pun berbaring dan memejamkan netranya, sebuah senyuman masih terpampang jelas di wajahnya.
Malam telah larut dan semua anggota keluarga sudah masuk kedalam kamar masing-masing. Tapi, disebuah kamar masih nampak lampu menyala dengan terangnya.
"Beneran besok kita mau kasih kejutan buat Nissa? tapi apa kamu bisa bujuk Bapak dan Ibu untuk mau singgah dirumah ini?" tanyanya pada suami disamping.
"Semoga aja mereka mau, Nissa itu kan cucu kesayangan mereka. Lagipula sudah lama Nissa tak mengunjungi Eyangnya," ia tersenyum pada istrinya.
"Sekarang jatahku mana?" Malik mengedipkan sebelah matanya.
"Udah tua masih minta jatah!" ia melempar bantal pada suaminya.
"Masih pengen dapat jatah nih si dedek gemes yank!" ia merayu istrinya.
Mereka berdua saling berpandangan lama dan tersenyum penuh arti. Malam ini mereka habiskan untuk melepaskan gairah yang sudah berkobar di dalam diri.
****
Ervin menunggu kedatangan seseorang, ia duduk di batu bata besar yang tersusun rapi di sebelah pagar sekolah yang masih terbuka. Ada seorang gadis muda keluar dari mobilnya, ia melambaikan tangan pada Ervin.
"Korban sudah di lokasi," ia terkekeh geli melihat Mimi yang datang.
"Siapa yang nganterin? Om Evans sibuk ya?" tanyanya.
"Bukannya nanyain aku malah nanyain Daddy," gerutunya sebal pada Ervin.
"Maaf, aku kangen juga kok sama kamu!" ia tersenyum lebar.
"Kalau gitu kita masuknya barengan aja apa sambil gandengan?" tanya Mimi spontan.
"Kamu gak malu kalau gandengan sama aku? kamu ini cewek cantik lho," ia tak percaya dengan pendengarannya.
Mendengar ucapan Ervin yang menyebutnya cantik, ia merasa malu dan bahagia. Ia tak menyangka bahwa Ervin bisa berkata seperti itu. Ya, walaupun ia memang cantik karena keturunan darah campuran.
"Aku gak malu kok, tapi gandengannya sebentar aja!" ucapnya lagi.
"Baiklah kalau begitu, sinikan tanganmu!" ia meraih tangan Mimi.
Mereka berdua berjalan beriringan dengan bergandengan tangan dan menjadi pusat perhatian.
"Yang bener si Jasmine udah jadian sama Ervin?" mereka berbisik-bisik setelah pasangan itu melewatinya.
"Entahlah aku gak tahu! tapi mereka sampe gandengan tangan segala. Aku pikir memang jadian sih mereka," sahut lainnya.
Sampai dikelasnya Jasmine dan Ervin berpisah karena tempat duduk mereka berjauhan.
Teman-temannya yang mengajak taruhan sungguh teramat kaget karena ia sudah bisa menaklukkan hati Jasmine dan malah sudah berpacaran dengannya.
"Gila kamu Vin, sejak kapan kalian jadian? aku kalah taruhan deh," ia mengutuk dirinya sendiri.
"Sejak semalem," sahutnya santai.
"Yang lain udah pada tau gak tuh?" tanyanya.
"Mungkin mereka udah tahu," ia terkekeh geli melihat reaksi temannya yang kalah taruhan.
Bel masuk berbunyi, mereka pun sudah duduk dengan rapi di bangku masing-masing dan mengeluarkan buku pelajaran yang akan dipelajari hari ini.
***
"Mas, sepertinya kita harus pergi sekarang! mumpung Nissa hari ini kuliah pagi!" sarannya.
"Kalau begitu kamu siap-siap dulu! kita berangkat sekarang juga!" ia pun mengambil kunci mobil yang tergantung.
"Aku ambil tas dulu ya! aku gak mau nelpon Ibu biar jadi kejutan aja untuk mereka," ia tersenyum lebar.
Elisa berjalan masuk kedalam kamarnya. Suaminya hanya tersenyum melihatnya dan bangkit dari tempat duduknya. Ia memanaskan mesin mobil, supir pribadinya menawarkan diri untuk membantunya.
"Biarkan saya saja Bos yang mengantar!" ia menawarkan diri.
"Gak usah Pak! biar Bapak disini saja! kalau Ervin mau keluar Bapak bisa antar dia kemanapun." Sahutnya ramah.
"Tapi bukankah sudah menjadi pekerjaan saya Bos untuk mengantar Anda sekeluarga?" ia malah kebingungan.
"Sekarang biar aku yang menyetir, kami berangkat dulu ya Pak!" ia berpamitan pada supirnya ketika istrinya sudah masuk mobil.
"Hati-hati Bos," ia melambaikan tangannya.
"Baik bener punya Bos seperti itu, beruntung sekali saya!" ia tersenyum lebar.
Perjalanan kali ini tak butuh waktu lama, jalanan tergolong ramai lancar. Dua jam perjalanan barulah mereka sampai pada tempat tujuan.
"Lho, Om Malik kesini lagi?" Zeta tak percaya dengan pandangannya.
"Kenapa Ta?" tanya si Mbah disampingnya.
"Itu lho Mbah, Om Malik datang lagi mengunjungi si Mbah." Ia menunjuk pada mobil Malik yang sudah berada di halaman rumah.
Sumiyati yang sudah sangat sepuh memicingkan netranya, ia ingin memastikan perkataan cucunya.
"Iya, beneran Malik!" ia tersenyum cerah.
Setelah mengucapkan salam dan mencium punggung tangan ibunya yang sudah sepuh, mereka masuk kedalam rumah.
"Bu, Bapak kemana? masih aja mantau ladang ya?" tanyanya.
"Begitulah, Bapakmu kan gak pernah betah di rumah!" sahutnya.
"Kalau begitu panggilin Bapak ya Ta!!?" ia menyuruh keponakannya.
"Tunggu sebentar ya Om," Zeta keluar dari rumah dan mengendarai motor.
"Bu, ibu ikut kami ke kota ya?! kemarin Nissa ultah, akan tetapi kita tidak ingat dan belum bisa memberikannya kado yang spesial." Malik menunduk.
"Kalian sibuk sampai segitunya ya!! ultah anak sendiri malah lupa," rungut ibunya.
"Makanya kami kemari mau mengajak Ibu, Bapak dan Zeta agar menginap dirumah selama beberapa hari." Pintanya.
"Kita tunggu Bapakmu dulu! Ibu sih mau saja pergi karena Ibu sudah lama tidak bertemu Nissa. Kuliah itu sampai menghabiskan waktu ya! selama dua tahun dia tidak pernah kemari," ia sedih karena sudah lama tak bertemu dengan cucunya.
"Sebentar lagi Nissa lulus kuliah kok Bu, mungkin setelah itu barulah ia bermain dengan Eyangnya sampai puas." Elisa yang terdiam akhirnya bersuara.
Sugeng sudah masuk kedalam rumah dan menyapa anak beserta mantunya. Mereka berbincang sebentar dan bersiap-siap untuk ikut anaknya ke kota.
****
Ervin sudah pulang dari sekolahnya, ia tak melihat ada orang lain selain dirinya dan pembantu rumah.
"Selalu gak ada dirumah," ia kesal sampai-sampai membanting pintu kamarnya.
Ia melempar tas sekolahnya ke sembarang arah. Ia mandi dan berganti baju.
Criing.
Sebuah pesan singkat masuk.
"Kebetulan nih, boleh juga deh!" senyum mulai terukir diwajahnya yang tampan.
Ia mengambil smartphone dan menaruh dompet di kantong celananya. Dengan cepat ia masuk kedalam mobil dan menyuruh pak supir untuk pergi ke suatu tempat.
"Buruan Pak!! temen-temenku udah ada di sana," tegasnya.
Mobil melaju dengan kecepatan tinggi. Mereka sampai disebuah lapangan basket yang besar.
"Vino...aku disini!" Jasmine melambaikan tangannya.
"Belum mulai kan battlenya?" tanya Ervin pada Mimi.
"Sebentar lagi, oh iya...ini temen deketku. Namanya Tania!" ia mengenalkan temannya pada Ervin.
"Kenapa tanganmu mendadak....
*
*
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
zamal78901
berikutnya
2022-11-12
0
zamal78901
teruuusss kan
2022-11-12
0
Putra_Lombok
next
2022-01-09
2