"Kakak yang baca aja. Aku yang dengerin." titah Revalina.
"Ih curang kamu. Kakak takut nggak kuat." ujar Mentari.
"Kakak ih." Revalina menyergitkan dahinya.
"Oke-oke." ujar Mentari.
To : Ke dua anak ku
Sayang, maafin ibu ya. Ibu bodoh memilih melakukan ini. Ibu tidak tahan dengan semua ini. Jaga baik-baik adik mu jangan pernah tinggalkan Revalina, Mentari. Untuk Revalina dengarkan kakak mu itu jika berbicara. Jaga aset rumah kita sayang.
Ibu sayang kalian.
Mentari meremas surat diberikan Sinta dan menitihkan air matanya.
"Apa coba maksud ibu kaya gini. Pantesan aja polisi nggak nangkep ayah. Surat begini." sungut Mentari.
"Kak, dia kan juga ayah kita."
"Aku benci ayah Va."
"Kenapa kakak benci ayah?" tanya Revalina.
"Kemarin sebelum ke pergian ibu. Rio pernah liat ayah pergi dengan wanita lain. Mana mesra-mesraan lagi." sungut Mentari.
"Kakak jangan gitu dong. Jangan mudah percaya sama orang. Belum tentu bener. Kalo belum ada bukti kak." lugas Revina.
Walau Revina lebih muda dari pada Mentari. Tapi sifatnya itu lebih dewasa dari pada Mentari. Mentari mudah sekali terbawa emosi apa pun setiap Mentari yang ambil keputusan pasti tanpa berpikir panjang.
"Kakak, kalo ngomong nggak ada bukti. Nggak bakal ngomong sama kamu Revalina." sungut Mentari.
"Mana?" Revalina menyodorkan tangan.
"Ini." Mentari memberikan ponselnya.
"Ya tuhan! ayah." teriak Revalina.
*****
Ke esokkan paginya Mentari berangkat ke sekolah dengan wajah ceria. Walaupun hatinya sangat terluka Mentari memaksakan tetap tersenyum di depan ke dua sahabatnya tak mau membuat sahabatnya sedih.
"Lo kok berangkat sekolah si Tar." ucap Rio dengan suara kemayunya.
"Lo gila ya bentar lagi ujian sekolah. Masak gue nggak berangkat." lugas Mentari.
Weni berlari menghampiri Mentari dan memeluknya.
"Gue seneng banget lo udah bisa berangkat ke sekolah."
Lalu mereka bertiga masuk ke dalam kelas. Di siang hari waktu istirahat sekolah Mentari dan Weni ke kantin. Mentari tidak sengaja menabrak seseorang murid pindahan beberapa bulan yang lalu.
"Brrakk."
Laki-laki tersebut terjatuh, badan Mentari menimpa laki-laki tersebut mereka berdua saling menatap. Mentari sangat terhipnotis dengan ke tampanan laki-laki itu.
"Tar lo nggak papa?" tanya Weni berdiri disamping Mentari.
"Nggak papa kok." Mentari langsung berdiri dan mengulurkan tangannya ke arah laki-laki tersebut.
"Terimakasih." ucap laki-laki tersebut.
"M-maaf ya. Nggak sengaja tadi kejar-kejaran sama temen gue." Mentari terbata dan mengaruk tengkuknya tidak gatal.
"Iya nggak papa. Santai aja kali. Kenalin gue Alex." Alex mengulurkan tangannya.
"Mentari." ucap Mentari sambil menerima uluran tangan Alex lalu senyum semanis mungkin.
"Gimana kalo kita makan bareng?" ajak Alex.
"Gimana Wen?" tanya Mentari.
"Boleh." ucap Weni sambil tersenyum.
"Oia, kenalin ini temen aku barusan aku maksud. Weni namanya." ucap Mentari.
"Hay, Alex." Weni melambaikan tangannya.
"Hay, salam kenal." Alex membalas lambaian tangan Weni.
Akhirnya mereka bertiga makan di kantin tiba-tiba Rio berteriak di belakang Weni.
"Kalian!" teriak Rio.
"Apa sih cong." balas Weni.
"Kalian tega-tega sama gue." ucap Rio dengan manja.
"Hadeh, mahluk jadi-jadian ini kepana sih?" gumam Mentari dengan pelan.
"Tar gue denger loh. Mentang-mentang ada cowok ganteng gue di lupain." sungut Rio.
Rio langsung duduk di samping Alex."Hay ganteng nama ku Ria kalo pagi." Rio mengulurkan tangannya.
"Alex." Alex dengan ragu menerima uluran tangan Rio.
Rio langsung menerima uluran tangan Alex dan mengusap-usap tangan Alex.
"Astaga Cong!" teriak Weni."Lepasin itu kasian Alex wajahnya udah pucat." titah Weni.
"Oke-oke." Rio tanpa berdosa.
****
"Sayang, kapan kamu jual rumah itu? aku tidak sabar dengan semua ini." tanya Jesica.
"Siang ini aku pulang. Untuk bertemu anak-anak. Akan ku bawa ke sini." jawab Leo.
"Bagus sayang. Lebih cepat akan lebih baik." Jesica sambil mengecup bibir Leo.
Jesica seorang single parent yang di tinggal suaminya meninggal. Jesica mempunyai anak satu yang seumuran dengan Mentari. Tapi anak jesica tinggal di luar kota dan mengeyang pendidikan di sana. Jesica termasuk orang yang berkecukupan atas peninggalan suaminya termasuk meninggalkan lumayan banyak harta. Mempunyai beberapa usaha peninggalan suami. Jesica sedikit kurang pandai mengelola usahanya dan Leo membantu jesica untuk mengelola usahanya. Apa yang terjadi mereka malah saling jatuh cinta. Awal Leo hanya bekerja di tempat Jesica setelah di pecat di perusahaannya.
*******
Bell pun berbunyi bertanda waktu pulang untuk Mentari. Saat Mentari menuju pintu gerbang utama sekolahannya. Tiba-tiba ada sebuah mobil berhenti di sampingnya. Seseorang itu pun keluar dari mobilnya dan menyapa Mentari dengan lembut.
"Mau pulang Tar?" tanya Alex.
"Yaiyalah mau pulang pakek tanya lagi." batin Mentari.
"Iya Lex." Mentari tersenyum canggung.
"Pulang bareng yuk." Alex meraih tangan Mentari agar cepat masuk mobil.
Dari ke jauhan Rio dan Weni melihatnya mereka langsung negative thingking. Sebenarnya hanya Rio yang berpikiran negatif ke pada Menatari.
"Tuh, liat." Rio sambil menunjuk ke arah Mentari.
"Astaga, lo Cong! negative mulu ama orang." sungut Weni.
"Gimana nggak negative coba. Orang dia buru-buru mau pulang. Eh ternyata sama Alex. Eike, kan mau ikut." Rio terkekeh.
"Tobat Rio tobat!" teriak Weni.
Rio hanya membuang mukanya lalu pergi meninggalkan Weni.
*****
Di dalam mobil Mentari hanya diam saja karena canggung.
"Kita makan siang dulu ya Tar. Kamu pasti laper." ajak Alex.
"Aduh, gue nggak mau ngrepotin lo Lex. Turunin gue di depan aja." jawab Mentari tampak ragu.
"Seriusan kamu?" Alex mencoba meyakinkan Mentari.
Akhirnya Alex menepikan mobilnya lalu Mentari turun dari mobil. Mentari melambaikan tangannya melihat Alex pergi menjauh dari pandangannya.
"Aman Alex udah pergi. Jalan kaki aja ah. Bentar lagi sampai di rumah." gumam Mentari.
Sampai di depan rumah Mentari berlari menghampiri Revalina sedang menangis. Dan memeluk sang adik menangis tanpa henti.
"Kamu kenapa Va?" tanya Mentari penasaran.
"A-ayah kak." Revalina menangis sesegukkan.
"Iya kenapa?" ulang Mentari.
Revalina hanya menujuk ke dalam rumah Mentari lalu berdiri masuk ke dalam rumah. Mentari takut kejadian tempo lalu terulang kembali melihat sang ibu membuat kesalahan melakukkan bunuh diri. Tapi ini berbeda dengan kejadian tempo lalu bukan bunuh diri. Melainkan seisi rumah berantakan membuat Mentari penasaran. Apa ayahnya habis di rampok? rumah bisa seperti kapal pecah di benak Mentari. Secara perlahan Mentari berjalan mencari keberadaan sang ayah.
"Sialan! di mana Sinta menaruh sertifikat rumah ini! aku sudah capek mencarinya." Leo bermonolog.
Bersambung.....
Happy reading guys,
Jagan lupa memberi like,komentar,vote & hadiah.
Stay tune terus ya guys,jangan lupa tekan tanda favorit agar kalian tidak ketinggalan.
Terimakasih atas dukungan kalian.
1 like pun sangat berarti untuk ku ❤❤❤
Jangan lupa follow ig dewi_masitoh55
#salamhalu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Resa Aulia
lanjt
2022-01-10
0
upil ipil
up
2021-11-11
0
Anti Veryanty S
aku mampir lagi thor. mampir juga yah di novelku. mari saling mendukung.
2021-10-31
1