Hari Terakhir

"Aku tidak akan tanda tangan Leo!" teriak Sinta dengan histeris.

"Kamu!" teriak Leo sambil mendorong tubuh Sinta hingga terhuyung.

Kepala Sinta terbentur tembok hingga pingsan Leo mengetahui Sinta pingsan memilih pergi meninggalkannya.

"Buang-buang waktu saja! Mati saja lebih bagus kamu, Sinta!" teriak Leo menendang tubuh Sinta.

Sebenarnya Sinta hanya berpura-pura pingsan agar Leo iba melihat ia kesakitan. Bukannya kasian melihat Sinta malah emosi Leo menjadi-jadi. Sinta merasakan frustasi dan depresi akan ditinggal Leo bersama wanitanya. Walaupun Leo tidak mengatakan jika ada wanita lain di hidupnya. Tapi Sinta juga seorang wanita yang peka akan suaminya yang selingkuh. Sinta pernah nemukan bekas lipstik dikemeja Leo dan bau parfum wanita. Selama ini Sinta hanya berpura-pura bodoh saja. Karena sinta masih sangat mencintai Leo walau pun sudah menyakitinya.

Sinta bangun dari lantai karena pikirannya berkecambuk sudah tak jernih lagi. Sinta mengambil sebuah kertas menulis sesuatu untuk ke dua anaknya. Sinta melihat kotak obat diatas meja riasnya lalu Sinta berpikir untuk mati saja. Sinta meminum semua obat di dalam kotak obat.

*******

Di depan pintu gerbang sekolah Rio sudah menunggu Mentari.

"Lama banget si lo. Gue udah nunggu dari tadi." sugut Rio dengan lemah gemulainya.

"Nggak ada yang nyuruh lo nunggu gue Banci!" teriak Mentari ditelinga Rio lalu terkekeh.

Mentari dan Rio masuk ke dalam kelas, saat di depan pintu teman-teman sekalas Mentari. Semua menyanyikan lagu selamat ulang tahun pakai bahasa korea dengan bahagia.

saeng-il chughahamnida! saeng-il chughahamnida!

jigueseo ujueseo jeil saranghamnida!

kkochboda deo gobge byeolboda deo balg-ge

sajaboda yong-gamhage Happy Birthday to You

Saeng-il chughahamnida! saeng-il chughahamnida!

Kkochdaun nae chinguya gulg-go gilge sar-ayo

Saeng-il chughahamnida! saeng-il chughahamnida!

Jigueseo ujueseo jeil saranghamnida!

Kkochboda deo gobge byeolboda deo balg-ge

Sajaboda yong-gamhage Happy Birthday to You

Saeng-il chughahamnida! saeng-il chughahamnida!

Kal gat-eun nae chinguya pom nage saseyo

byeol gat-eun nae chinguya tog ssomyeo sar-ayo

Chughahaeyo chughahae

saeng-il chughahae!

Weni mendekati Mentari sambil membawa kue tart dan Mentari meniup lilinnya semua bersorak gembira.

"Tar, make a wish lo tadi apa?" teriak salah satu teman sekelas Mentari.

"Gue pengen kaya. Kalo gue kaya, gue akan beli mulut-mulut orang yang udah hina keluarga gue." teriak Mentari terkekeh.

"Emang udah gila Mentari. Bubar-bubar tu pak ihsan udah dateng." ujar Rio dengan gayanya sok anggun.

"Huuuu!" teriak satu kelas.

Semua siswa kembali ke tempat duduknya masing-masing kecuali Mentari dan Weni keluar izin ke toilet.

"kuenya titipin ke ibu kantin aja ya. Istirahat kita makan sama-sama." ujar Weni.

"Oke." sahut Mentari."Eh parah lo ya."

"Kenapa?" Weni binggung.

"Bisa-bisa anak-anak lo suruh nyanyi bahasa korea." Mentari sambil menggelengkan kepala.

"Loh kenapa? emangnya nggak boleh? lagian juga di sekolah kita belajar."

"Iya juga si." Mentari tetap merasa aneh.

****

Tak sengaja Mentari dan Revina berpas-pasan di depan komplek rumah mereka. Mereka berdua pulang bersama menuju rumah. Sampai di pelataran rumah Mentari berlari masuk ke dalam mencari ibunya. Karena Mentari bahagia semua teman sekelasnya telah memberi surprise ulang tahun untuk-Nya. Saat mentari membuka kamar ibunya Mentari berteriak histeris.

"Ibu!!" teriak Mentari sambil bergetar suaranya.

Revalina mendengar teriakan sang kakak langsung berlari cepat untuk menghampirinya.

"Ibu!" teriak Revalina, badannya langsung lemas dan pingsan.

Mentari binggung harus membantu siapa lebih dahulu. Akhirnya Mentari pergi ke depan pelataran rumah dan berteriak minta tolong kepada tetangga agar ada yang menolong.

"Ya tuhan, cobaan apa lagi yang kau berikan dalam hidup ku ini. Di hari bahagia ku ibu tak berdaya seperti ini." Mentari bersimbuh di lantai rumah.

Tetangga Mentari berdatangan satu demi satu,"Tar, kamu kenapa?" tanya salah satu tengga Mentari.

"Om bantu Mentari om. Ibu om." badan Mentari bergetar tak sanggup untuk berdiri karena syok.

"Iya, ibu kenapa?" tanya lagi.

Mentari hanya menunjuk ke dalam rumah semua tetangga Masuk ke rumah. Para tetangga Mentari syok melihat Revalina tergeletak didepan pintu kamar orang tuanya. Ditambah melihat Sinta mengeluarkan busa dimulutnya wajahnya mulai membiru. Akhirnya Sinta di bawa ke rumah sakit dan Revalina di baringkan di dalam kamar di tunggui beberapa ibu komplek.

"Kamu mau ikut ke rumah sakit nggak Tar?" tanya pak Rt.

Mentari hanya mengangguk dan mencoba bagun dari lantai,"aku harus kuat aku harus bisa." batin Mentari lalu mengikuti pak Rt ke dalam mobil ambulance.

Di rumah sakit Mentari duduk di ruang tunggu di temani pak Rt dengan warga lainnya. Tiba - tiba perawat memberi kabar duka tentang meninggalkan Sinta.

"Maaf, ada keluarga ibu Sinta?" tanya Perawat.

"Iya saya bu. Saya anaknya." jawab Mentari tangannya sambil bergetar."Bagaimana ke adaan ibu saya." tanya Mentari sambil menangis.

"Maaf, dek ibu anda sudah tidak tertolong. Karena telat membawa ke rumah sakit. Ibu anda meninggal karena over dosis obat." lugas Perawat meninggalkan Mentari.

"Sabar ya Tar. Doa kan ibu mu tenang disurga." ujar pak Rt.

"Tar kasus ibu mau di laporkan di laporkan polisi atau tidak?" tanya salah satu tetangga Mentari.

"Boleh, mohon bantuannya. Tapi." Mentari terhenti bicara.

"Kamu tidak usah khawatir Tar. Soal biaya ibu mu di rumah sakit dan lainnya. Nanti bapak akan minta bantuan warga untuk membantu mu." sahut pak Rt.

"Terimakasih pak. Atas semua bantuannya." Mentari hanya bisa meneteskan air mata.

"Ayah mu perlu dihubungi Tar. Kalo ibu mu sudah tiada." pak Rt sambil menepuk bahu Mentari.

Mentari hanya terdiam tak menjawab pertanyaan pak Rt. Warga sudah ada yang melapor ke polisi soal kejadian Sinta bunuh diri. Polisi bergegas ke TKP untuk memeriksa kejadian. Ternyata polisi tidak menemukan kejanggalan di rumah mentari hanya menemukan sepucuk surat. Sekarang tinggal menunggu hasil visum dari rumah sakit.

Di rumah Mentari duduk termenung di atas ranjangnya rasanya Mentari ingin menyusul Sinta. Perasaan berkecambuk Mentari memikirkan ulang. Jika Mentari bunuh diri, Revalina bersama siapa? pikiran Mentari sudah melayang-layang tak jelas.

"Kak makan." ujar Revalina mendorkan sendok.

"Kamu aja yang makan." titah Mentari.

"Besok pemakaman ibu kak. Kakak nggak boleh sakit. Kalo kakak nggak mau makan biarin aku juga nggak makan." ancam Revalina.

Bersambung....

Happy reading guys,

Jagan lupa memberi like,komentar,vote & hadiah.

Stay tune terus ya guys,jangan lupa tekan tanda favorit agar kalian tidak ketinggalan.

Terimakasih atas dukungan kalian.

1 like pun sangat berarti untuk ku ❤❤❤

Jangan lupa follow ig dewi_masitoh55

#salamhalu

Terpopuler

Comments

Xianlun Ghifa

Xianlun Ghifa

salam dari Tumbal Cinta Jalan Ke Surga dan Madu Ku

2021-11-10

2

Li Permana

Li Permana

Lanjut!

2021-11-05

1

lina

lina

next

2021-10-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!