Unperfect Marriage 3

Sore hari, Aulia baru kembali dari sekolah. Seperti apa dikatakan oleh Aldo, dialah yang menjemput gadis remaja itu dari sekolah. Luna berada di taman bersama kedua anaknya, Aulia berlari kesana usai turun dari motor. Aldo memang menggunakan motor Luna, lebih nyaman daripada menggunakan mobil pribadinya.

"Cuci kaki sama tangan dulu dong, habis itu ganti seragamnya terus makan." Luna berucap pada putrinya yang langsung mencium tangan dan memeluk.

"Hehehe, sebentar lagi aja, Mi. Mau sama adek sebentar," sahut Aulia. Melepaskan tas ransel berwarna pink dan meletakkannya di meja taman, Aulia langsung memeluk kedua adiknya yang asyik bermain air di taman. "Bau asem," ucap Aulia menciumi tubuh kedua adiknya bergantian.

"Kenapa gak sekalian dibawain sabun sama shampo?" tanya Aldo, melihat kedua bocah itu sudah basah kuyup.

"Dy!" seru anak pertama yang bernama Dinda, merentangkan kedua tangan ingin digendong. Aldo berlari menjauh, sengaja menggoda dan bergidik tak ingin.

Bibir Dinda langsung melengkung ke bawah, siap untuk meledakkan tangisnya. Tubuh tadi berdiri, seketika dijatuhkan tepat di atas rumput, Aldo tertawa melihatnya. "Sini yuk," ucapnya melambai, berjalan mendekat.

"Hayo, Om. Tambah kenceng tuh," kata Aulia, tangis Dinda semakin jadi dengan sikap manjanya yang keluar.

"Ngeselin deh kalau udah gini," kata Aldo lirih.

Dia menghampiri Dinda, lebih dulu melepaskan jaket kulit hitam yang ia kenakan dan diletakkan pada kursi taman. Aldo berjongkok, mengulurkan kedua tangan pada gadis chubby yang sedang menendang-nendang di atas rerumputan. Diangkatnya tubuh Dinda, memeluk dan berusaha menenangkan. Tak lama, Rendy pun menghampiri dan langsung memukul kakaknya dari belakang.

"Eh, kok gitu?!" terkejut Luna.

"Adek, kok dipukul kakaknya?" tanya Aulia menghampiri.

Dinda berbalik badan, hendak membalas tapi ditahan tangannya oleh Aldo seraya menggelengkan kepala tanpa kata. Luna mematikan saluran air yang tadi ia gunakan untuk menyirami taman, duduk bersimpuh disamping tubuh Rendi dan memeluknya. "Masuk yuk, mandi dulu. Kakak juga harus mandi," ucap Luna menggendong putranya.

"Bawa ke dalam aja, Kak. Nanti masuk angin," tambahnya pada Aldo.

"Eh, No! pakai handuk dulu!" terdengar teriakan Olivia, berjalan mendekat dengan handuk di tangan.

"Hehehe, nenek cepet banget." Aulia tertawa kecil.

"Dari pada kita disuruh ngepel," bisik Luna, semakin cengengesan putrinya.

"Nih berdua kalau barengan pasti banyak bisik-bisiknya," gerutu Aldo.

Luna dan Aulia tertawa, saling memeluk satu sama lain. Olivia sudah mendekat, handuk diberikan pada Dinda dan juga Rendi. Membantu bocah dalam gendongan Aldo itu untuk mengeringkan tubuh serta rambut, sementara Aulia membantu Rendi dari belakang dan langsung menyelimuti.

Tahu jika akan dibawa masuk ke dalam, Dinda merengek tak ingin masuk dan ingin kembali bermain air. "Udah sore!" kata Olivia sembari menunjuk dengan mata membulat sempurna, Dinda kembali melengkungkan bibir.

"Oh, gak kok ... gak. Anak Daddy cantik," kata Aldo cepat, sebelum telinganya pecah karena tangisan Dinda.

"Masuk ya? udah mau gelap, nanti cantiknya luntur kalau di luar terus," ucapnya lagi, terheran ketiga orang di taman.

"Hubungannya apa?" tanya Luna menoleh kearah putrinya yang menggelengkan kepala.

"Udah, anggap aja matahari yang mau tenggelam. Gak dipikir keras, nanti tua!" celetuk Olivia, merangkul Aulia dan menyusul ke dalam.

Luna mengikuti di belakang, celotehan Aldo memang tak biasa untuk dipahami. Apa yang ia katakan tak pernah ada penjelasan, dan selalu benar. Peraturan dari 'A' sampai 'Z' ketua tim harus selalu benar. Aturan yang aneh, tapi tidak masalah selama gaji tetap turun di waktu yang tepat. 

"Mami udah siapin pakaian di tempat tidur, kamu mandi terus makan. Jangan lama-lama," ucapnya pada Aulia. Gadis itu memukul keningnya kencang, mengkerut kedua alis Luna dan Olivia.

"Tas aku ketinggalan di depan!" ucap Aulia cepat, berbalik badan dan berlari keluar. Ibu dan anak yang memperhatikan, sama-sama menggelengkan kepala lirih.

"Wataknya bisa mirip ya?" lirik Olivia pada putrinya.

"Hehehe, namanya juga anak. Masa iya gak mirip sih, Ma?" tawa kecil Luna, ditarik hidungnya gemas oleh sang mama.

"Udah mandiin dulu anak-anak sana, biar mama yang bantu Aulia di kamar." Ucap mamanya.

"Makasih banyak, Ma. Luna ke belakang sebentar," jawab Luna menunjukkan senyum terlihat gigi.

Dinda sudah lebih dulu ke kamar mandi belakang, tak jauh dari dapur. Sebenarnya ada kamar mandi di kamar, tapi Aldo tak mungkin untuk masuk ke dalam dan memandikan di kamar Luna. Ia membawa Dinda ke kamar mandi lain, namun tak membuka pakaian Dinda karena dia anak perempuan. "Kamu mandiin deh," ucapnya pada Luna.

"Kakak ganti baju sana, masuk angin nanti. Makasih ya," kata Luna.

"Di!" panggil Dinda begitu Aldo berdiri dan hendak pergi.

"Bentar, ganti baju dulu. Habis ini mainan lagi," jawab Aldo menunjukkan baju basahnya.

Luna masuk ke dalam kamar mandi, sedangkan Aldo menuju ke kamar atas. Walau tak selalu ditempati, barang-barangnya masih ada disana atas keinginan dari Olivia. Tak ingin mengingat jika Aldo sudah pindah rumah, Olivia ingin tetap menganggap jika lelaki itu tetap ada di rumah. Barang-barangnya serta penataan kamar, tak pernah diubah. Sama seperti ketika Luna pergi dari rumah untuk ikut Dimas dulu setelah menikah.

Ya, seperti itulah keluarga dari Luna. Tak pernah menganggap tentang hubungan darah, saling menyayangi dan membantu satu sama lain, sehingga Aulia dan juga kedua adiknya tak kurang kasih sayang. Bagiku juga Luna yang selalu merasa kuat ketika bersama mereka, seolah beban hidup tak pernah ada ketika sedang berkumpul bersama.

Kasih sayang keluarganya terhadap Aulia pun, tak pernah untuk dia ragukan. Walau mereka tahu jika Aulia bukanlah anak kandung Dimas, dan sekarang hubungan putrinya dengan Dimas telah kandas.

Mereka menjaga Aulia layaknya keluarga kandung, mencurahkan cinta dan kasih sayang juga perhatian. Tak peduli berapa usianya sekarang, Aulia tetaplah seorang gadis manja yang sama. Gadis manja yang memiliki sisi kedewasaan tersendiri dan dipergunakan dalam situasi yang tepat.

Luna sendiri memperlakukan Aulia tak berbeda dari adik-adiknya, ia tak ingin ada perasaan iri pada seorang gadis yang sedang mencari jati diri di usianya kini. Menyiapkan pakaian, membantu untuk mengecek pelajaran, mengerjakan PR, atau sekedar mengulas pelajaran yang telah di dapat dari sekolah.

Semua dilakukan oleh Luna, terkadang juga Bobby dan Aldo. Bahkan Olivia dan Dony, tak lepas untuk turut mengajari gadis cantik yang lebih memilih tinggal bersama keluarga maminya, ketimbang keluarga sang papi.

Mereka tetap datang untuk berkunjung, menemui Aulia dan juga si kembar. Ketika akhir pekan, Aulia juga masih menginap di rumah kakek nenek juga kakek buyutnya, tapi untuk tinggal bersama, Aulia masih sangat nyaman di kediaman Dony sedari dulu. Bahkan sebelum Luna menjadi ibu untuknya.

Terpopuler

Comments

Supartini

Supartini

nyimak

2022-05-28

0

Wati_esha

Wati_esha

Ya ampuuuunnnn beda banget sih. 🙈🙈🙈🙈🙈🙈🙈

2021-11-02

0

Alif Septino

Alif Septino

semangat kak 🥰

2021-10-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!