Bab 4. Vero Brance Harison

HAPPY READING GAYS!!

"Kenpa Lo takut ya gue bully lagi.?"

"Tenang aja Vana gue ngga bakal bully lo kok, paling gue cuma bakal ngasih tau anak - anak kalo lo itu Dukun. "Lanjut Tiara menekankan kata dukun.

Vero terbelalak tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

" Gimana ya reaksi satu sekolah kalo tau lo itu dukun?"

Prakk...

Vana menggebrak meja keras," Gue bukan dukun. "ucap Vana memelototi Tiara.

" Kita liat aja nanti!" ucap Tiara yang kemudian berjalan menuju pintu keluar.

Vero yang masih larut dalam keterkejutannyapun tidak menyadari jika Tiara keluar.

"VERO?" Kaget Tiara mendapati Vero yang berdiri di depan pintu.

"Tiara? "ucap Vero sebenarnya Vero sangat gugup tapi sebisa mungkin ia tidak menampakkan kegugupannya.

" Lo belum pulang?" tanya Vero sebelum tiara menuduhnya kalau ia menguping, ya walaupun itu bener sih tapikan dia ngga sengaja berati ngga nguping dong berarti cuma denger aja iya ngga? :).

"Belum, lo ngapain di sini? "tanya tiara takut vero mendengar pembicaraannya dengan Vana dan menjadi ilfil padanya.

" Hp gue ketinggalan jadinya gue balik deh, yaudah gue ambil Hp gue dulu ya." ucap Vero menghindar takut tiara bertanya lebih banyak lagi kepadanya.

Tiara tidak ambil pusing karna sepertinya Vero tidak mendengar pembicaraannya dengan Vana.Tiarapun kembali melanjutkan langkahnya .

Vero masuk kedalam kelas sambil memperhatikan Vana yang tengah berdiri dan hendak pergi. Vana metap tajam ke arah Vero sedangkan vero biasa saja menanggapi tatapan vana.

Vero mengambil ponsel di laci meja, kemudian kembali ke parkiran.

...######...

"Kamu telat 30 menit dari mana aja kamu? "tanya Herman, Papa Vero. Herman duduk di Ruang tamu sambil memegang koran di tangannya.

" Tadi bu tuti bilang ke papa, kalau kelas kamu pulang cepat." Herman menutup Korannya kemudian memandang Vero yang berdiri di depannya.

" Kelayapan kamu?" sambung herman.

Vero menarik nafasnya dalam,"Vero ngga kemana-mana pa, Vero cuma nganterin Eric truss pulang." Jelas Vero. Herman memang mengajarkan anak-anaknya untuk disiplin. Karna menurut Herman mau jadi apa anaknya nanti kalau mereka tidak pandai menghargai waktu.

"Emang kamu supirnya?, ngapain kamu nganterin dia? . Iagian ya Vero, papa belin kamu mobil bukan buat nganterin temen kamu, tapi papa beliin kamu mobil untuk kamu lebih disiplin."ucap Herman penuh penekanan.

"Maaf pa.Vero sadar vero lalai, Vero minta maaf. "balas Vero.

"Sekarang kamu masuk kamar, papa udah beliin buku-buku untuk kamu pelajarin!! "Perintah Herman dengan nada tegas.

Vero mengikuti perintah papanya, ia sadar hidupnya bergantung pada orang tuanya tidak mungkin bisa vero melawan atau membantah kemaun papa atau mamanya.Terlebih Vero mempunyai kelebihan dan keistimewaannya sendiri.

...######...

Vana menghempas tubuhnya kuat ke atas kasur, matanya menatap nanar ke atas langit-langit kamarnya.

"Kenapa dia muncul lagi? "Batin Vana.

" Kenapa harus sesulit ini nyembunyiin ini semua?" batin Vana lagi menyentakkan kakinya untuk melampiaskan kekesalannya.

" Apa gue terlahir emang untuk di bully?" pertanyaan ini selalu muncul di benak vana, nasibnya yang tak seberuntung orang-orang yang membullynya.

" Apa gue harus pindah sekolah lagi? Tapi sampai kapan gue akan kayak gitu teruss? Kapan hidup gue tenang? "Terkadang tanpa sengaja vana menyalahkan neneknya di saat semua pertanyaan itu melanda dirinya. Ia tidak sanggup menerima kelebihan yang di berikan neneknya.

"Apa Vana akan hidup seperti ini sampai Vana mati nek?" Vana bertanya tanpa tau jawaban dari pertanyaannya itu. Vana tidak tau akan menanyakan itu semua kecuali pada dirinya sendiri. Mama, papa vana hanya membuat vana terus berlari dari masalah - masalahnya, mereka tidak tau apa yang sebenarnya yang vana inginkan. Menurut mereka dengan memindah- mindahkan vana bersekolah adalah cara efektif agar Vana bisa hidup tenang.

"Vana capek nek, setiap Vana bangun dari tidur, vana selalu berharap kalau ini semua cuma mimpi buruk dan ngga pernah ada. Tapi sayangnya ini semua terlalu nyata buat Vana anggep ini cuma mimpi." Hanya keluh kesah ini yang terucap dari batin vana saat ia merasa terpojok. Hanya Vana dan tuhan yang tau betapa banyak keluh kesah vana selama ini.

Tanpa sadar mata vana tertutup dengan rapat vana larut dalam mimpinya saat ini. Setidaknya dengan semua keluh kesah tadi membuat vana sedikit tenang walau itu tidak bertahan lama.

...######...

Begitu masuk ke dalam kamarnya, mata vero langsung tertuju pada meja belajarnya dan benar saja sudah ada sekitar 10 buah buku tebal di letakkan papanya di atas meja Vero.

Vero melempar tasnya ke sembarang arah, kemudian menghempaskan tubuhnya begitu saja ke atas kasur.

"Apa bener yang dibilang tiara tadi? "tanya Vero mengingat- ingat kembali pembicaraan Tiara dan vana tadi.

" Tapi sejak kapan?"

" Kalau bener pasti dia sangat tertekan selama ini."

" Hidupnya pasti sulit"

Begitu banyak pertanyaaan - pertanyaan yang di pikirkan oleh Vero, ia semakin penasaran dengan kehidupan Vana.

"Gue akan jadi orang pertama yang jadi temen lo vana! "tekad Vero.

Eric is call...

Pikiran Vero buyar saat teman bangsaddnya tiba-tiba menelfon.

" Halo." jawab Vero sedikit ngegas.

" Eh Bangsad jawabnya biasa aja kali!. "balas Eric tak kalah ngegas.

" ngapin lo nelfon gue? "tanya Vero to the poin,vero malas menanggapi ke bangsadtan temannya apa lagi dengan semua ocehan an faedahnya saat ini.

" Nongkrong yuk!! "Ajak Eric.

"Sorry gue ngga bisa, gue harus belajar." Tolak Vero, mana mungkin ia boleh pergi oleh papanya terlebih setelah di marahi seperti tadi. Mestahil jika papanya mengizinkan.

"Belajar mulu lo, gue yang oon aja ngga pernah belajar."jawab Eric dengan PDnya.

"Itukan lo bukan gue. "jawab Vero, sebenarnya vero sangat iri kepada Eric yang selalu di bebeaskan oleh orang tuanya, memilih hidup sesui yang di inginkannya bukan seperti dirinya yang apa-apa selalu di atur.harus taat pada kedisiplinan yang di ciptakan oleh papanya dan harus menjadi juara baik pelajaran atapun kegiatan apapun yang di ikutinya.

"Yaudah buruan kesini, ada anak-anak alumni SMP kita disini emang lo ngga kangen apa lagi sama nih si andre yang hebohnya minta ampun!!! "Ucap Eric sambil bercanda dengan teman-teman alumninya.

" Sorry gue bener-bener ngga bisa, sampein ke anak-anak ya! "ucap vero sekali lagi yang kemudian memutuskan telefon secara sepihak.

" Eh si bangsad main mati-matiin aja." cerocos Eric di sebrang sana." Untung temen!." sambungnya lagi.

Vero melempar ponselnya sembarangan, ia sangat frustasi dengan kehidupannya sekarang ini mau sampai kapan ia terus seperti ini. Ia benar-benar sudah sangat jenggah.

...Bersambung...

Vero Brance Harison

Jangan lupa like, Vote komen dan shere cerita ini ya:)

Terpopuler

Comments

liana

liana

kak coba veronya verel vananya Megan domani 😁😁

2022-11-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!