EPISODE 5

...👩‍❤️‍💋‍👨 Ebuset hamil lagi, gercep nih🤰...

Bel istirahat berbunyi sejak 5 menit yang lalu. Namun, Tornado tak bergerak dari tempat duduknya.

Ia masih setia melamun. Bingung besok harus mutusin pacar yang mana dulu dan harus pacarin siapa.

Iwak dan Stevanno datang. Membuyarkan lamunan Tornado dengan cara mengagetkan lelaki itu.

"Mikirin apa lo?" tanya Iwak.

"Siska."

"Jam segini Siska pasti lagi jadi preman. Malakin anak se---"

Belum selesai Stevanno menjelaskan. Tornado sudah keluar kelas lebih dulu. Celingak-celinguk mencari seseorang.

Jauh pandangan matanya yang indah bagaikan pertama ini. Tornado menemukan Siska, sedang berbicara pada siswi.

Tidak lebih tepatnya memalak lagi.

Tornado berlari dengan hati yang riang. Layaknya anak kecil yang baru mendapatkan sebuah balon bergambar hello kitty saja.

"Pergi sana," usir Siska sembari menghitung uang hasil palakan hari ini.

"Palak cinta gue dong," pinta Tornado.

Manusia tak bertulang ternyata. Siska memutar bola matanya malas jika harua berhadapan dengan Tornado.

"Lo murid baru, rese banget ya!"

"Iya kayak cinta gue ke lo. Rese-nya minta di halalin."

"Nggak ngotak!"

Tornado menahan tangan Siska saat gadis itu pergi. Siska memberontak dan menatap Tornado tajam.

Tak mau melepaskan kesempatan gitu aja. Ia mengikuti Siska dari belakang, terus saja meminta untuk dipalak cintanya.

Siska tidak menggubris sama sekali. Anggap saja kentut lewat, bau dong.

"Nanti gue nikahin, nanges," ujar Tornado.

Lelaki itu menepuk punggung Siska yang terkena goresan samurai tadi malam. Merintih kesakitan karena terasa nyeri.

"Eh, maaf. Gue nepuknya pelan." Tornado merasa bersalah.

"Nggak papa."

Enggan mau meminta tolong. Pukulan Tornado memang tidak kuat, hanya saja pas mengenai luka Siska.

Luka gadis itu tidak terbungkus apapun. Hanya baju sekolah saja. Tak bisa dipungkiri ini terasa begitu sakit.

Tornado terkejut, saat baju putih gadis itu merah.

"What! Pukulan gue jadi darah. Hebat benar nih tangan."

Tornado memaksa Siska untuk ke UKS. Mengobati luka gadis itu, awalnya menolak.

Karena ancaman Tornado membuat Siska bungkam. Tornado mengancam akan menghamili Siska di tengah lapangan.

Kalo terjadi langsung viral dan otewe di keluarkan dari sekolah.

"Tolong anak PMR, dia berdarah."

Anak PMR memapah Siska untuk duduk di atas brankar. Kebetulan hari ini piketnya Riantika sebagai anak PMR.

"Lo tawuran?" tanya Riantika berbisik.

"Sstt, jangan sampai Shella tau."

Siska tak ingin Shella tau. Jika Kakaknya tau, urusan akan panjang. Apapun hal yang Shella lihat akan ia bilang pada Mamanya.

Ya membela tapi mengadu juga.

"Jangan bilang lo nutupi muka lebam lo ini pakai make up?"

Siska mengangguk. Hanya tau menutupi luka dengan foundation saja hasil nyolong di kamar Kakaknya.

Shella tak akan memperhatikan foundation hilang. Karena ia mempunyai banyak foundation dengan merek yang sama.

"Hm, hai. Boleh keluar dulu? Lukanya ada di punggung belakang. Gue mau obati dulu." Riantika tersenyum.

"Tornado Natakusuma. Lo?"

"Riantika Maharani."

Keduanya saling berjabat tangan sebagai tanda mereka sudah mengenal satu sama lain.

"Gue tunggu disini."

Tornado pun memilih duduk di salah satu kursi. Siska menatap penuh intimidasi dan sinis.

Nih orang mau ngintip dia apa gimana sih.

Riantika pun terpaksa menarik pembatas menutupi brankar yang Siska duduki saat ini.

Mengambil kotak P3K dan menyuruh Siska untuk membuka baju seragam dan hanya menyisakan tanktop saja.

Ternyata luka gadis itu kembali berdarah lagi. Benar adanya goresan di punggung belakang.

"Ck, lo gimana sih, Siska? Sampai panjang begini lukanya." Riantika memberikan selimut untuk gadis itu menutupi tubuh bagian depannya yang memang sedikit terbuka daripada belakang.

"Diserang dari belakang."

"Hati-hati dong!"

Perlahan Riantika mengobati luka di belakang punggung Siska dengan telaten. Sesekali gadis itu meringis sakit.

Luka di tangannya lumayan membaik. Kini punggungnya yang terluka.

Cukup lama mengobatinya dan Riantika pun selesai, Siska kembali memasang baju seragam. Kembali menyimpan kotak P3K itu. Dan membuka tirai.

Tornado yang sedang asyik dengan ponsel membalas pesan para pacarnya. Menoleh saat tirai sudah dibuka.

"Udah operasi nya?" tanya Tornado pada Riantika.

"Udah baikan juga."

"Luka kenapa sih?"

"Goresan dinding," jawab Siska cepat takut jika Riantika berbicara jujur.

"Emang dinding tajam?"

"Dinding rumah gue tajam. Buat belah sayuran aja bisa."

Tornado mengedikkan bahunya acuh. Berguna juga dinding rumah Siska. Cosplay jadi pisau.

...👰🤵Tega kamu mas nikah lagi🤰...

"Anak-anak mana?"

"PAPAAA!!"

Siska dan Shella berebut masuk ke dalam rumah. Sangat merindukan sosok Papanya yang selalu pergi keluar kota.

Gunawan tertawa, merentangkan tangannya menyambut pelukan kedua putrinya itu.

Shella dan Siska memeluk Papa mereka erat. Gunawan bergantian mengecup pucuk kepala kedua putrinya dengan sayang.

"Putri-putri kesayangan Papa. Apa kabar?"

"Baik, Pa," jawab keduanya kompak.

Gunawan senang mendengarnya jika anaknya kompak dan saling sayang satu sama lain.

Diana bahagia melihat wajah putrinya yang senang. Namun ia tak suka jika Siska ada disana.

Bisa terlihat dalam poto keluarga. Jika Gunawan memeluk Siska, dan Diana memeluk Shella.

Bahkan poto Siska dan Diana berdua tidak ada. Sedangkan banyak poto Shella dan Diana yang bergantung di dinding ruang tamu.

Poto saat Shella masih bayi digendong dalam dekapan Diana. Siska? Hanya dalam dekapan Gunawan saja, itupun disampingnya ada Shella.

"Kedua putri Papa harus cantik. Malam ini Papa mau ngajak kesayangan Papa untuk ketemu teman Papa," ucap Gunawan sembari melirik Diana yang tersenyum.

"Wah, Shella harus terlihat cantik."

"Ayo Shella. Kita cari baju kamu sekarang," ajak Diana mengulurkan tangannya.

Shella pun menuju ke kamar bersama Diana. Sedangkan Siska masih betah memeluk Gunawan.

Mengusap rambut putrinya. Ia tau, Diana tak akan pernah memberikan kasih sayang seorang Ibu pada Siska.

"Siska sama Kak Shella apa bedanya, Pa?" lirih Siska, mendusel kepalanya di dada bidang Papanya.

"Nggak beda kok sayang. Kamu sama kok dengan Kakak."

"Kenapa Mama milih Kakak daripada Siska?"

"Ayo sama Papa aja. Kita cari baju kamu di lemari. Anak teman Papa cowok lho."

"Ih Papa!"

Gunawan mencubit gemas pipi Siska. Mengajak gadis itu untuk masuk ke kamar memilih pakaian.

Siska hanya duduk diam sambil memeluk bantalnya. Sedangkan Gunawan kebingungan melihat baju anaknya ini.

"Kamu nggak punya gaun? Atau baju perempuan. Semuanya isi kaos dan celana."

"Siska bukan Kakak."

Gunawan menghela napasnya. Anaknya satu ini memang tomboy. Wajar saja jika baju berjenis gaun itu tidak ada.

"Yaudah, karena waktunya bakalan mepet. Papa suruh manajer Papa untuk beliin kamu baju. Mau model gimana?"

Gunawan duduk di sebelah Siska. Mengeluarkan ponselnya seraya bertanya pada anaknya.

"Warna hitam bagus, Pa. Terus ada sedikit kesan rock'n roll nya. Dengan kalung dan gelang berduri, terus dipadukan dengan sepatu balenciaga hitam. Dandanan model anak metal. Gimana keren 'kan? Siska gitu lho."

Gunawan memijit pelipisnya. Alamat ia salah bertanya. Tidak mungkin anaknya akan menjadi feminim seperti Shella.

"Satu lagi, gaun yang ada celana ya."

...👩‍⚕️Istri sah VS pelakor 🤰...

Terpopuler

Comments

shychylove❤️❤️

shychylove❤️❤️

sejauh ini masih menyimak.. tapi koq aneh aja dgn kata2 diawal dan akhir cerita... mksd nya apa thor

2021-10-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!