5. Rumahku Nerakaku

Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, akhirnya Cita bisa merasakan tidur lelap. Meski kamar yang ia tempati kecil dan sederhana, namun Cita justeru bisa tidur jauh lebih nyaman daripada tidur di kamarnya sendiri di rumah.

Mengabaikan bentakan Ayah ketika Cita mengabari menginap di rumah teman, Cita mematikan hp nya dan memilih menjauh dari dunianya sejenak.

Yah, apa yang sebetulnya paling dibutuhkan anak? Meski uang juga butuh, tapi lebih dari itu anak juga butuh diperhatikan dan dianggap keberadaannya ada.

Hingga subuh menjelang, dan sayup Cita mendengar suara ketukan di luar pintu kamar di sertai suara Bi Imah memanggil namanya.

Cita bangun dari tidurnya, duduk sebentar di tepi tempat tidur baru kemudian melangkah ke arah pintu dan membukanya pelahan.

Bi Imah tersenyum.

"Maaf Bibi harus membangunkan, karena Neng Cita kan harus pulang dan berangkat sekolah."

Kata Bi Imah.

Cita mengangguk.

"Kalau mau mandi Bi Imah sudah siapkan air hangat untuk mandi, setelah itu sarapan baru nanti pulang, jadi di rumah tinggal ganti seragam dan bisa berangkat."

Kata Bi Imah.

Cita kembali mengangguk.

Ia terlalu terharu mendapat perhatian dari Bi Imah yang sebetulnya hanya pengasuhnya saja, itupun saat ia masih kecil dan akhirnya keluar kerja karena kasus yang seharusnya tak terjadi.

Bang Damar tampak juga baru bangun dan keluar kamar, ia menoleh pada Cita dan Ibunya yang tengah bicara di depan kamar kakaknya.

"Ta, nanti pulangnya tek anter, jangan pulang sendiri."

Kata Damar, lalu berjalan menuju ruang belakang untuk ke kamar mandi.

Bi Imah mengusap lengan Cita.

"Bibi buatkan dadar telur dan mie goreng, masih suka kan?"

Tanya Bi Imah.

"Iya Bi, masih."

Jawab Cita dengan suara tertahan.

Bi Imah tersenyum.

"Ya sudah nanti mandi gantian sama Bang Damar."

Cita mengangguk.

Bi Imah kemudian sibuk membuka tirai jendela rumah, terdengar suara kucing liar mengeong di depan pintu rumah.

Bi Imah ke ruang belakang sebentar, ia tampak membawa banyak kepala ikan goreng dan di bawa ke luar rumah, Cita mengikuti dan berdiri di ambang pintu, memperhatikan Bi Imah yang meletakkan kepala ikan di atas wadah itu di depan rumah dan kemudian dinikmati beberapa kucing liar yang berdatangan.

"Bi Imah masih suka kucing rupanya."

Kata Cita mengingat dulu Bi Imah juga sering melakukannya saat di rumah Cita.

Biasanya Bi Imah akan memisahkan lauk-lauk bekas makan semua orang rumah, seperti kepala ikan, atau tulang ayam, atau bahkan juga ia sengaja menyediakan makanan kering untuk para kucing liar yang meminta makan ke rumah.

Cita ingat sejak Bi Imah tidak ada, kucing-kucing liar itu berdatangan lalu diusir Bi Lastri yang menggantikan Bi Imah.

Kadang mereka disiram air dengan selang, kadang yang membandel di gebuk dengan sapu.

Cita menghela nafas.

Rasanya Cita makin merasa bahwa kehidupan di rumahnya memang sekarang dipenuhi orang-orang yang tak memiliki hati.

Setelah selesai mengganti air di wadah yang Bi Imah sengaja letakkan di luar rumah, Bi Imah mengajak Cita kembali masuk, menutup pintunya dan menyuruh Cita mandi lalu sarapan.

"Kenapa Bi Imah sangat peduli dengan kucing liar?"

Tanya Cita iseng saja sambil mengikuti Bi Imah ke belakang, Bang Damar tampak muncul dari kamar mandi.

Dengan mengenakan celana kolor saja dan bertelanjang dada karena baru selesai mandi, ia tampak santai berpapasan dengan Cita yang langsung memalingkan wajah karena enggan melihat laki-laki bertelanjang dada di depannya.

"Kucing itu kan juga butuh makan, sama seperti kita, mereka yang diadopsi manusia, makan terjamin, tidur di tempat hangat, bahkan sakit diobati mungkin beruntung. Tapi yang di jalanan, siapa yang akan peduli, saat mereka sakit, mereka lapar, kedinginan, kepanasan, bahkan mati tertabrak."

Kata Bi Imah.

"Manusia itu kan sebetulnya diciptakan untuk menebarkan kebaikan untuk seluruh alam, Bi Imah hanya mampu seperti itu ya lakukan saja sebisanya."

Lanjut Bi Imah lagi.

Cita tersenyum.

"Kenyataannya manusia jangankan menebarkan kebaikan untuk seluruh alam, untuk sesama manusia saja enggak bisa, atau memang enggak mau."

Ujar Cita membuat Bi Imah terkekeh.

"Ya sudah, Neng Cita mandi, nanti keburu siang."

Cita mengangguk.

**-------**

Sekitar hampir jam setengah enam pagi, saat Cita akhirnya memasuki komplek perumahannya.

Damar yang mengawal dengan motornya sendiri di belakang motor Cita tampak menghentikan motornya tatkala Cita akhirnya berhenti di depan pagar rumahnya.

Cita turun dari motor dan melepas helm, berjalan mendekat ke Bang Damar untuk mengucap terimakasih.

"Perlu Bang Damar nemuin Ayah Cita?"

Tanya Damar.

Cita menggeleng.

"Ngga usah Bang, ngga apa Cita bisa bicara sendiri kok ke Ayah."

Kata Cita pura-pura tenang.

Damar tersenyum.

"Kalau gitu Abang langsung pergi yah, takut kesiangan, ada pengiriman barang jam sembilan soalnya."

Kata Damar.

Cita mengangguk saja.

Damar melajukan motornya meninggalkan Cita yang kini menghela nafas dan kemudian membawa langkahnya masuk ke rumahnya.

Plak!

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Cita begitu Cita masuk rumah dan langsung bertemu dengan Ayah.

Wajah Ayah tampak begitu marah, Cita mengusap pipinya yang terasa begitu panas bekas tamparan tangan sang Ayah.

"Mau jadi anak gadis apa kamu hah! Ngelayab seharian, tidur di rumah orang dan pulang dengan laki-laki."

Nada suara Ayah begitu tinggi, menggelegar bukan hanya menggema di seluruh ruangan, namun juga di setiap sudut hati Cita.

Dada Cita rasanya begitu sesak, pengap dan panas.

"Lama-lama kalau dibiarkan begini terus kamu jangan-jangan akan bergaul dengan Om-Om."

Kata Ayah lagi.

Dan demi mendengarnya Cita langsung menatap Ayahnya dengan sinis.

"Apa Ayah bilang? Teganya Ayah bicara begitu pada Cita!"

Teriak Cita tak tahan dengan kalimat terakhir Ayahnya.

"Bibi mu bilang pergaulanmu meresahkan dengan banyak pemuda komplek, sekarang ditambah suka menginap di rumah teman. Teman mana? Sementara kamu pulang dengan laki-laki."

Marah Ayah lagi.

"Dia Bang Damar! Ayah kira Cita bisa serendah itu!"

Cita kesal bukan main.

Lagi-lagi Bibinya yang membuat ulah, mengompori Ayah hingga bisa-bisanya berpikir tentang hal yang tidak masuk akal.

"Ayah tidak mau tahu, mulai detik ini, kamu tidak boleh bawa motor sendiri!"

Kata Ayah.

Cita mendengus kesal.

Ia berjalan menuju kamarnya dan membanting pintunya dengan keras.

"Jangan harap Ayah akan memaafkan ulah mu yang seenaknya begitu!"

Terdengar teriakan Ayah lagi.

Cita membanting tas selempang nya ke lantai.

Apa barusan Ayah bilang? Pergaulannya dengan pemuda komplek meresahkan kata Bibi? Dan bisa-bisanya Ayah bilang jangan-jangan Cita akan tidur dengan Om-Om?

Membayangkannya saja Cita sudah mual, bagaimana bisa ada tuduhan semacam itu? Benar-benar rumahnya memang dipenuhi setan sekarang.

**---------**

Terpopuler

Comments

༺❥ⁿᵃᵃ​ꨄ۵​᭄

༺❥ⁿᵃᵃ​ꨄ۵​᭄

ksihn cita pnya ayah mudh trhasut,,
itu bibik mcm ap jht amet sama keponakan

2022-04-20

1

Felisitaz😇

Felisitaz😇

kucingnya thor aman thor?.baru bisa smpt baca.🥰tengah malam ,lanjut bc lagi🥰

2021-10-18

1

Lisa Aulia

Lisa Aulia

kasar amat...padahal sama ank sendiri

2021-10-13

2

lihat semua
Episodes
1 1. Seperti Oase
2 2. Tentang Citanya Cita
3 3. Malas Pulang
4 4. Sebuah Pertemuan
5 5. Rumahku Nerakaku
6 6. Emosi Pagi
7 7. Andai Aku Awan
8 8. Abang Ketemu Gede
9 9. Anak Yang Malang
10 10. Kesalahan Di Masa Lalu
11 11. Mencari Cita
12 12. Aku Akan Menemukanmu
13 13. Pusaran Karma
14 14. Adi Dan Cita
15 15. Sulit Karena Berbeda
16 16. Pekat Malam Kehidupan
17 17. Dengarkan Nasehat Baik
18 18. Sahabat Dan Cinta
19 19. Getar Dawai Hatiku
20 20. Hanya Pura-Pura
21 21. Calon Ibu Tiriku
22 22. Niat Tulus
23 23. Kabar Dari Bi Lastri
24 24. Tamu Tak Diundang
25 25. Ayah Adalah Harapan Anak
26 26. Asap Yang Tersimpan
27 27. Makan Malam Terpaksa
28 28. Topeng
29 29. Pertama Jadi Pacar
30 30. The Reason Is You
31 31. Wadidaw
32 32. Ye ye ye...
33 33. Yakin Sajalah
34 34. Hadiah Yang Tak Sampai
35 35. Ular Berbisa
36 36. Pilihan Sulit
37 37. Teman Baru
38 38. Langit Bumi
39 39. Cerita Pagi
40 40. Kemantapan Hati
41 41. Melebur
42 42. Gelayut Awan Hitam
43 43. Sandiwara Cinta
44 44. Percikan-Percikan Api
45 45. Yang Lebih Mudah
46 46. Jalan Yang Berbeda
47 47. Suatu Saat Nanti
48 48. Jemputan
49 49. Kena Kau
50 50. Teman Makan Siang
51 51. Khawatir
52 52. Topeng
53 53. Dibuat Bingung
54 54. Angin Malam
55 55. Drama Queen
56 56. Ibu, Ibu, Ibu...
57 57. Kakak-Kakak Yang Baik
58 58. Sakit
59 59. Arti Seorang Ibu
60 60. Menunggu Kabar
61 61. Mengungkap Rahasia Lama
62 62. Semoga Masih Ada Harapan
63 63. Pesan Mendiang Ibu
64 64. Syok...
65 65. Kau... Benarkah?
66 66. Mantan Terindah
67 67. Bolos
68 68. Satu Kali Saja
69 69. Adi Dan Cita
70 70. Othor Menyapa
71 71. Gejolak Rasa
72 72. Terkesiap
73 73. Semua Selalu Ada Alasan
74 74. Kebenaran Akan Terungkap
75 75. Rumah Impian Anak
76 76. For U Gaes
77 77. Menyentuh Hatimu Ayah
78 78. Tamparan Pedas
79 79. Niat Asti Untuk Semua
80 80. Mendung Di Tengah Pelangi
81 81. Selamat Jalan Adi
82 82. Kehilangan Itu Berat
83 83. Pilihan Sulit Untuk Ayah
84 84. Menuju Masa Perbaikan
85 85. Keputusan Final Ayah
86 86. Pertanda Alam
87 87. Sebuah Pertemuan
88 88. Saatnya Ikhlas
89 89. Pesan Dari Adi
90 90. Hati Seluas Samudera
91 91. Goodbye Emi
92 92. Calon Menantu Idaman
93 93. Mengalir Seperti Air
94 94. Malaikat Penjaga
95 95. The Ending
Episodes

Updated 95 Episodes

1
1. Seperti Oase
2
2. Tentang Citanya Cita
3
3. Malas Pulang
4
4. Sebuah Pertemuan
5
5. Rumahku Nerakaku
6
6. Emosi Pagi
7
7. Andai Aku Awan
8
8. Abang Ketemu Gede
9
9. Anak Yang Malang
10
10. Kesalahan Di Masa Lalu
11
11. Mencari Cita
12
12. Aku Akan Menemukanmu
13
13. Pusaran Karma
14
14. Adi Dan Cita
15
15. Sulit Karena Berbeda
16
16. Pekat Malam Kehidupan
17
17. Dengarkan Nasehat Baik
18
18. Sahabat Dan Cinta
19
19. Getar Dawai Hatiku
20
20. Hanya Pura-Pura
21
21. Calon Ibu Tiriku
22
22. Niat Tulus
23
23. Kabar Dari Bi Lastri
24
24. Tamu Tak Diundang
25
25. Ayah Adalah Harapan Anak
26
26. Asap Yang Tersimpan
27
27. Makan Malam Terpaksa
28
28. Topeng
29
29. Pertama Jadi Pacar
30
30. The Reason Is You
31
31. Wadidaw
32
32. Ye ye ye...
33
33. Yakin Sajalah
34
34. Hadiah Yang Tak Sampai
35
35. Ular Berbisa
36
36. Pilihan Sulit
37
37. Teman Baru
38
38. Langit Bumi
39
39. Cerita Pagi
40
40. Kemantapan Hati
41
41. Melebur
42
42. Gelayut Awan Hitam
43
43. Sandiwara Cinta
44
44. Percikan-Percikan Api
45
45. Yang Lebih Mudah
46
46. Jalan Yang Berbeda
47
47. Suatu Saat Nanti
48
48. Jemputan
49
49. Kena Kau
50
50. Teman Makan Siang
51
51. Khawatir
52
52. Topeng
53
53. Dibuat Bingung
54
54. Angin Malam
55
55. Drama Queen
56
56. Ibu, Ibu, Ibu...
57
57. Kakak-Kakak Yang Baik
58
58. Sakit
59
59. Arti Seorang Ibu
60
60. Menunggu Kabar
61
61. Mengungkap Rahasia Lama
62
62. Semoga Masih Ada Harapan
63
63. Pesan Mendiang Ibu
64
64. Syok...
65
65. Kau... Benarkah?
66
66. Mantan Terindah
67
67. Bolos
68
68. Satu Kali Saja
69
69. Adi Dan Cita
70
70. Othor Menyapa
71
71. Gejolak Rasa
72
72. Terkesiap
73
73. Semua Selalu Ada Alasan
74
74. Kebenaran Akan Terungkap
75
75. Rumah Impian Anak
76
76. For U Gaes
77
77. Menyentuh Hatimu Ayah
78
78. Tamparan Pedas
79
79. Niat Asti Untuk Semua
80
80. Mendung Di Tengah Pelangi
81
81. Selamat Jalan Adi
82
82. Kehilangan Itu Berat
83
83. Pilihan Sulit Untuk Ayah
84
84. Menuju Masa Perbaikan
85
85. Keputusan Final Ayah
86
86. Pertanda Alam
87
87. Sebuah Pertemuan
88
88. Saatnya Ikhlas
89
89. Pesan Dari Adi
90
90. Hati Seluas Samudera
91
91. Goodbye Emi
92
92. Calon Menantu Idaman
93
93. Mengalir Seperti Air
94
94. Malaikat Penjaga
95
95. The Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!