2. Tentang Citanya Cita

"Makan yang banyak Cita, tante tidak bisa menemani ngobrol, tidak apa yah?"

Ibunya Adi meletakkan satu piring daging rendang di atas meja makan.

Cita tersenyum sambil mengangguk.

"Iya Tante, ngga apa."

Ibu nya Adi menepuk bahu Cita.

"Tante tinggal dulu, Mbak Ela belum terlalu mahir."

Kata Ibu nya Adi yang rupanya kini sudah mulai memiliki asisten.

Sebagai isteri tentara yang belum memiliki pangkat tinggi memang harus pandai mencari uang sampingan, dan Ibunya Adi termasuk isteri tentara yang kreatif.

Tinggal berjauhan dengan suami yang bertugas di wilayah timur Indonesia, Ibu nya Adi mengelola ekonomi keluarga dengan sangat baik hingga keluarganya sangat berkecukupan.

Selain usaha menerima pesanan kue, Ibu nya Adi juga membuka usaha taylor yang karyawannya ada dua.

Usaha yang dirintis di garasi rumah itu juga cukup ramai pelanggan, salah satunya adalah Almarhumah Ibu Cita saat dulu masih hidup.

Cita mengambil nasi tanpa malu-malu, ia sudah biasa berada di rumah Adi, jadi sudah terbiasa ikut makan di sana, sama sebagaimana Adi juga begitu di rumah Cita dulu.

Yah dulu, sebelum Ibu Cita meninggal, sebelum bergaul dengan teman laki-laki seolah sebuah kesalahan besar dan di katakan genit oleh Bibi Irma serta bibi-bibinya yang lain.

"Sebentar lagi kita kelas tiga, kamu akan kuliah di mana Ta? Tetap di Jakarta atau di kota lain?"

Tanya Adi lalu menyuapkan nasi nya ke dalam mulut.

Cita menggeleng.

"Entah, mungkin aku akan bekerja saja, malas kuliah."

Kata Cita lalu menyuapkan nasinya juga ke dalam mulut.

Haish...

Adi mendesis mendengar jawaban Cita yang sama sekali tidak bersemangat.

"Katanya mau jadi pelukis, mau masuk jurusan seni di Jogja."

Kata Adi.

Cita memainkan sendoknya di atas piring.

"Tau ah, malas bahas kuliah."

Sahut Cita lalu memilih meneruskan makannya tanpa mau bicara apapun lagi.

Adi menatap Cita yang makan dengan lahap, lalu setelah habis lebih dulu dari Adi, tampak Cita bergegas membawa piring kosongnya ke dapur untuk ia cuci sebentar.

"Sudah di taruh saja Ta."

Kata Ibu nya Adi.

Cita tersenyum.

"Enggak apa-apa tante, sekalian cuci tangan."

Kata Cita membuat Ibu nya Adi terkekeh.

Setelah mencuci piring Cita menuju ruang tengah rumah Adi, duduk di sana sambil bersandar malas di sofa.

Adi yang baru menyelesaikan makannya tampak menyusul dan duduk juga di sana.

Cita duduk bersandar menatap bingkai besar di ruangan tengah rumah Adi di mana tampak foto keluarga Adi terpasang.

Ada Ayah Adi dengan pakaian Dinas loreng hijau tua yang keren, di sebelahnya Ibu nya Adi memakai kebaya dengan rambut di sanggul, lalu di sebelah kanan kiri mereka berdiri Adi dan Kakak Adi, Bang Angga.

Angga Pratama, kakak Adi yang sekarang tengah kuliah kedokteran di salah satu Universitas terbaik di negeri ini. Yah di mana lagi, jika bukan di UI.

"Kamu akan mengikuti Bang Angga masuk kedokteran yah?"

Tanya Cita pada Adi yang duduk bersandar malas juga di dekat Cita.

"Entah. Dulu iya, sekarang aku ingin masuk tekhnik saja."

Kata Adi.

Cita menghela nafas.

Dulu Cita memang ingin sekali kuliah di Jogja, lalu ingin mengambil jurusan seni rupa. Ia ingin jadi pelukis, karena itu kesukaannya.

Sejak kecil, Cita gemar melukis. Apa yang ia lihat, apa yang ia imajinasikan, apa yang ia inginkan, Cita selalu menuangkannya dalam bentuk lukisan.

Dari yang semula ia hanya menggambar bunga, lalu gunung, lalu sawah, lalu akhirnya binatang dan orang.

Buat Cita melukis itu seperti ia bisa mengekspresikan fikiran dan perasaannya tanpa harus banyak bicara.

Ia bisa menyampaikan apa yang ingin ia luapkan, meskipun mungkin untuk banyak orang tak akan mengerti dalam setiap coretan warna Cita di atas kain kanvas yang mereka lihat.

Suatu hari, Cita pernah melukis seekor anak ayam berdiri di tengah jalan dengan latar langit senja yang mulai beranjak gelap, tapi yang melihat tentu saja mengira Cita hanya melukis anak ayam saja, bukan berusaha mengatakan jika anak ayam ini adalah aku, yang seperti menghadapi masa depan gelap tapi tak tahu harus lari atau tetap berada di sana saja menunggu siapapun membawanya pulang.

"Kamu sangat berbakat Ta, sayang jika ngga diasah supaya lebih matang. Kau tahu tak semua orang terlahir dengan bakat yang nyaris sempurna."

Kata Adi membuyarkan pikiran Cita yang ruwet.

Ah berbakat kata Adi? Tapi nyatanya keluarga besar Cita mengatakan jika hobi melukis Cita hanyalah sesuatu yang buang-buang waktu, lebih baik seperti Dea yang masuk kelas kecantikan dan sudah mulai bisa menghasilkan uang dengan buka salon kecil di rumah.

Cita memang merasa sejak Ibu meninggal semua orang tiba-tiba jadi sangat mengganggu.

Seolah mereka merasa berhak menilai Cita sesuka hati, lalu mengatur hidup Cita juga seenak mereka sendiri.

Cita dan Adi kemudian berbincang seputar sekolah mereka, terutama soal banyaknya kasus perundungan yang belakangan makin sering terjadi di kelas seangkatan mereka maupun juga kakak dan adik kelas mereka.

"Makin ke sini kalau dipikir-pikir sekolah malah seperti hutan yang memakai hukum rimba, siapa yang kuat menginjak-injak dan mengintimidasi yang lemah."

Kata Cita.

Adi mengangguk setuju.

"Di keluarga juga begitu, bahkan bisa sangat menakutkan jika keluarga sudah mulai saingan dan terpecah-pecah."

Gumam Cita seolah tengah mencerminkan keluarga Ayah.

Hari telah senja, Cita pamit pulang, meski sebetulnya ia malas pulang.

Setelah pamit pada Ibu nya Adi, Cita keluar dari rumah diantar Adi.

"Besok jangan bolos lagi Ta, bulan ini kamu sudah bolos tiga kali dan masuk ruang BP dua kali."

Kata Adi.

Cita hanya menghela nafas.

"Jangan cuma karena badmood kamu malah jadi ngorbanin masa depan."

Adi menasehati.

Cita naik ke atas motor, enggan menyahut.

"Ta, aku serius Ta, ini demi kebaikanmu."

Adi masih begitu cerewet.

"Iya besok aku berangkat. Lagian besok senen, aku ngga pernah bolos hari senen."

Sahut Cita akhirnya.

Adi tersenyum sambil menepuk-nepuk atas helm Cita yang sudah dipakai Cita.

Bersamaan dengan itu sebuah motor memasuki pelataran dan kemudian diparkir di sebelah Cita.

Bang Angga tampak membuka helm, tersenyum sekilas pada Cita dan Adi, lalu turun dari motor.

"Sebentar lagi maghrib kok pulang Ta?"

Tanya Bang Angga.

"Bang Angga juga pulang sekarang."

Kata Cita.

"Ah iya, kamu selalu bisa saja jawab, ya sudah ati-ati."

Bang Angga tersenyum, kemudian berlalu meninggalkan keduanya.

Cita menyalakan mesin motornya, lalu meninggalkan pelataran rumah Adi.

**----------**

Terpopuler

Comments

novita setya

novita setya

menghadapi & mengatasi mslh remaja beranjak dewasa hrs sabar & hati2. omongan dijawab katanya ga sopan. omongan didengar doang katanya mengabaikan..jadi gmn

2024-05-23

0

ARSY ALFAZZA

ARSY ALFAZZA

mantap ❤️

2021-12-24

0

Lisa Aulia

Lisa Aulia

ah..hidup memang harus bisa memilih...tp terkadang pilihan yg harus dihadapi terbentur oleh keadaan yg mengharuskan cita2 itu harus terkubur...semua hanya bisa menjadi angan yg takkan bisa digapai...yaelah baru masuk part 2 udh galau aja....

2021-10-13

2

lihat semua
Episodes
1 1. Seperti Oase
2 2. Tentang Citanya Cita
3 3. Malas Pulang
4 4. Sebuah Pertemuan
5 5. Rumahku Nerakaku
6 6. Emosi Pagi
7 7. Andai Aku Awan
8 8. Abang Ketemu Gede
9 9. Anak Yang Malang
10 10. Kesalahan Di Masa Lalu
11 11. Mencari Cita
12 12. Aku Akan Menemukanmu
13 13. Pusaran Karma
14 14. Adi Dan Cita
15 15. Sulit Karena Berbeda
16 16. Pekat Malam Kehidupan
17 17. Dengarkan Nasehat Baik
18 18. Sahabat Dan Cinta
19 19. Getar Dawai Hatiku
20 20. Hanya Pura-Pura
21 21. Calon Ibu Tiriku
22 22. Niat Tulus
23 23. Kabar Dari Bi Lastri
24 24. Tamu Tak Diundang
25 25. Ayah Adalah Harapan Anak
26 26. Asap Yang Tersimpan
27 27. Makan Malam Terpaksa
28 28. Topeng
29 29. Pertama Jadi Pacar
30 30. The Reason Is You
31 31. Wadidaw
32 32. Ye ye ye...
33 33. Yakin Sajalah
34 34. Hadiah Yang Tak Sampai
35 35. Ular Berbisa
36 36. Pilihan Sulit
37 37. Teman Baru
38 38. Langit Bumi
39 39. Cerita Pagi
40 40. Kemantapan Hati
41 41. Melebur
42 42. Gelayut Awan Hitam
43 43. Sandiwara Cinta
44 44. Percikan-Percikan Api
45 45. Yang Lebih Mudah
46 46. Jalan Yang Berbeda
47 47. Suatu Saat Nanti
48 48. Jemputan
49 49. Kena Kau
50 50. Teman Makan Siang
51 51. Khawatir
52 52. Topeng
53 53. Dibuat Bingung
54 54. Angin Malam
55 55. Drama Queen
56 56. Ibu, Ibu, Ibu...
57 57. Kakak-Kakak Yang Baik
58 58. Sakit
59 59. Arti Seorang Ibu
60 60. Menunggu Kabar
61 61. Mengungkap Rahasia Lama
62 62. Semoga Masih Ada Harapan
63 63. Pesan Mendiang Ibu
64 64. Syok...
65 65. Kau... Benarkah?
66 66. Mantan Terindah
67 67. Bolos
68 68. Satu Kali Saja
69 69. Adi Dan Cita
70 70. Othor Menyapa
71 71. Gejolak Rasa
72 72. Terkesiap
73 73. Semua Selalu Ada Alasan
74 74. Kebenaran Akan Terungkap
75 75. Rumah Impian Anak
76 76. For U Gaes
77 77. Menyentuh Hatimu Ayah
78 78. Tamparan Pedas
79 79. Niat Asti Untuk Semua
80 80. Mendung Di Tengah Pelangi
81 81. Selamat Jalan Adi
82 82. Kehilangan Itu Berat
83 83. Pilihan Sulit Untuk Ayah
84 84. Menuju Masa Perbaikan
85 85. Keputusan Final Ayah
86 86. Pertanda Alam
87 87. Sebuah Pertemuan
88 88. Saatnya Ikhlas
89 89. Pesan Dari Adi
90 90. Hati Seluas Samudera
91 91. Goodbye Emi
92 92. Calon Menantu Idaman
93 93. Mengalir Seperti Air
94 94. Malaikat Penjaga
95 95. The Ending
Episodes

Updated 95 Episodes

1
1. Seperti Oase
2
2. Tentang Citanya Cita
3
3. Malas Pulang
4
4. Sebuah Pertemuan
5
5. Rumahku Nerakaku
6
6. Emosi Pagi
7
7. Andai Aku Awan
8
8. Abang Ketemu Gede
9
9. Anak Yang Malang
10
10. Kesalahan Di Masa Lalu
11
11. Mencari Cita
12
12. Aku Akan Menemukanmu
13
13. Pusaran Karma
14
14. Adi Dan Cita
15
15. Sulit Karena Berbeda
16
16. Pekat Malam Kehidupan
17
17. Dengarkan Nasehat Baik
18
18. Sahabat Dan Cinta
19
19. Getar Dawai Hatiku
20
20. Hanya Pura-Pura
21
21. Calon Ibu Tiriku
22
22. Niat Tulus
23
23. Kabar Dari Bi Lastri
24
24. Tamu Tak Diundang
25
25. Ayah Adalah Harapan Anak
26
26. Asap Yang Tersimpan
27
27. Makan Malam Terpaksa
28
28. Topeng
29
29. Pertama Jadi Pacar
30
30. The Reason Is You
31
31. Wadidaw
32
32. Ye ye ye...
33
33. Yakin Sajalah
34
34. Hadiah Yang Tak Sampai
35
35. Ular Berbisa
36
36. Pilihan Sulit
37
37. Teman Baru
38
38. Langit Bumi
39
39. Cerita Pagi
40
40. Kemantapan Hati
41
41. Melebur
42
42. Gelayut Awan Hitam
43
43. Sandiwara Cinta
44
44. Percikan-Percikan Api
45
45. Yang Lebih Mudah
46
46. Jalan Yang Berbeda
47
47. Suatu Saat Nanti
48
48. Jemputan
49
49. Kena Kau
50
50. Teman Makan Siang
51
51. Khawatir
52
52. Topeng
53
53. Dibuat Bingung
54
54. Angin Malam
55
55. Drama Queen
56
56. Ibu, Ibu, Ibu...
57
57. Kakak-Kakak Yang Baik
58
58. Sakit
59
59. Arti Seorang Ibu
60
60. Menunggu Kabar
61
61. Mengungkap Rahasia Lama
62
62. Semoga Masih Ada Harapan
63
63. Pesan Mendiang Ibu
64
64. Syok...
65
65. Kau... Benarkah?
66
66. Mantan Terindah
67
67. Bolos
68
68. Satu Kali Saja
69
69. Adi Dan Cita
70
70. Othor Menyapa
71
71. Gejolak Rasa
72
72. Terkesiap
73
73. Semua Selalu Ada Alasan
74
74. Kebenaran Akan Terungkap
75
75. Rumah Impian Anak
76
76. For U Gaes
77
77. Menyentuh Hatimu Ayah
78
78. Tamparan Pedas
79
79. Niat Asti Untuk Semua
80
80. Mendung Di Tengah Pelangi
81
81. Selamat Jalan Adi
82
82. Kehilangan Itu Berat
83
83. Pilihan Sulit Untuk Ayah
84
84. Menuju Masa Perbaikan
85
85. Keputusan Final Ayah
86
86. Pertanda Alam
87
87. Sebuah Pertemuan
88
88. Saatnya Ikhlas
89
89. Pesan Dari Adi
90
90. Hati Seluas Samudera
91
91. Goodbye Emi
92
92. Calon Menantu Idaman
93
93. Mengalir Seperti Air
94
94. Malaikat Penjaga
95
95. The Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!