4. Sebuah Pertemuan

Bang Damar, begitu biasanya Cita memanggil dulu saat Bi Imah masih bekerja di rumahnya dan Damar sering ikut Bi Imah saat libur sekolah.

Usia Damar dan Cita terpaut lima tahun, terakhir Bi Imah bekerja, Cita masih duduk di kelas lima SD dan Damar sudan seusia Cita sekarang.

Ia sering membelikan Cita es krim, kadang juga keripik kentang saat mengantar jemput Bi Imah.

Buat Cita, Bang Damar sudah seperti kakak laki-lakinya.

Yah, sekian tahun berlalu, dan kini akhirnya mereka bertemu lagi.

Damar tampak menatap Cita antar terkejut sekaligus senang.

"Cita sudah gede sekarang."

Seloroh Damar membuat Cita yang begitu sadar itu Damar langsung berdiri dan tertawa renyah.

"Apa kabar Ta?"

Tanya Damar mengulurkan tangannya.

Jika dulu Damar suka menggendong Cita seperti pada adiknya sendiri, maka saat ini jelas saja dia sudah tidak bisa lagi. Cita sudah tumbuh jadi seorang gadis.

Cita menerima uluran tangan Bang Damar, namun masih seperti dulu Cita menyalami dan mencium punggung tangannya.

Suara teko air yang mendidih tiba-tiba terdengar dari arah dapur. Bi Imah bergegas memasuki ruang dalam dan menuju dapur rumahnya.

Tak selang berapa lama, ia muncul lagi dan menyuruh Cita agar mandi lebih dulu agar tidak sampai masuk angin.

Bi Imah mengantar Cita ke kamar mandi sambil membawakan teko berisi air panas untuk dicampurkan air biasa di dalam ember untuk Cita mandi.

Setelah memastikan air di dalam ember suhunya pas untuk mandi, Bi Imah pun meninggalkan Cita.

"Nanti Bi Imah ambilkan baju Ulfa untuk salin."

Kata Bi Imah.

Cita mengangguk saja lalu menutup pintu kamar mandi.

Bi Imah dari ruang dalam tampak berjalan menuju kamar kakak Damar yang setahun lalu telah menikah dan sekarang sudah ikut suaminya.

"Ibu ketemu Cita di mana?"

Tanya Damar begitu Bi Imah akhirnya keluar dari kamar Ulfa, kakak Damar.

"Di depan, itu tokonya Koh Acoy."

Kata Bi Imah.

"Lagi berteduh, pas Neng Cita mau beli pisang goreng kok Ibu kayak ngerasa itu Neng Cita, eh ternyata bener."

Lanjut Bi Imah.

"Cita sendirian?"

Tanya Damar lagi yang tampak mengalungkan handuk di lehernya.

"Iya Neng Cita sendirian."

Kata Bi Imah.

Hujan di luar kembali turun dengan deras, Bi Imah menutup tirai kaca jendela.

"Kalau hujan ngga reda suruh nginap saja Bu, besok pagi subuh Damar antar pulang, sekalian Damar berangkat kerja."

Kata Damar.

"Iyaya, kamu bener."

Kata Bi Imah.

"Tidur saja di kamar Mpok Ulfa kan bisa."

Bi Imah mengangguk.

"Ya sudah, Ibu siapkan kamar dulu, habis itu Ibu akan buatkan makan malam."

"Biar aku saja Bu yang masak nasi goreng."

Kata Damar.

"Ah iya, tadi sepertinya masih ada sisa satu ayam goreng, campurkan saja."

Kata Bi Imah.

Damar mengangguk.

Bi Imah kembali ke kamar Ulfa dan mengganti seprei tempat tidur di kamar itu. Sementara Damar sibuk di dapur untuk memasak nasi goreng.

Damar dulu saat masih sekolah, kadang suka bantu-bantu penjual nasi goreng yang mangkal dekat toko Koh Acoy saat malam hari.

Damar biasanya dari membantu di warung nasi goreng itu akan dapat uang lelah dua ratus lima puluh ribu seminggu sekali.

Tentu sepertinya bukan jumlah yang banyak, tapi buat Damar yang saat itu masih sekolah, uang hasil kerja keras sendiri itu jelas sangat bermanfaat.

Ia bisa beli buku tanpa harus minta pada Ibunya yang hanya seorang janda dan berdagang keliling memakai modal pas-pasan, ia juga tak perlu semakin membebani kakaknya yang sudah membiayai sekolahnya dari hasil kerjanya yang sebatas pelayan toko roti.

"Wih, Bang Damar pinter masak?"

Tiba-tiba Cita muncul di belakang Damar.

Posisi kamar mandi di mana Cita baru saja mandi memang tepat bersebelahan dengan dapur.

"Udah mandinya?"

Tanya Damar menoleh sekilas pada Cita.

Cita mengangguk lalu berdiri di dekat Damar untuk melihat Damar yang sudah mulai memanaskan minyak sambil mengocok telur dalam mangkuk kecil.

"Belajar di mana Bang Damar?"

Damar tersenyum.

"Pas sekolah dulu, bantuin tukang nasi goreng buat nambah-nambah uang jajan dan beli buku."

Kata Damar.

Cita tersenyum.

"Gimana sekolahnya?"

Tanya Bang Damar sambil mulai memasukkan telur ke penggorengan dan mengorak ariknya.

"Biasa aja."

Sahut Cita malas.

"Hmm... Kelas dua SMA harusnya lagi seneng-senengnya."

Kata Damar yang berusaha menjangkau bumbu halus. Cita mengambilkan dan memberikannya pada Damar.

"Ibu sama Ayah sehat?"

Tanya Damar.

Cita tertunduk.

"Ibu sudah meninggal Bang."

Lirih Cita.

Damar terlihat menatap Cita dengan pandangan terkejut.

"Udah lama."

Kata Cita lagi.

Damar sejenak membisu, ia mencampurkan nasi di atas bumbu yang sudah harum.

"Sori Ta, Bang Damar bener-bener ngga tahu."

Ujar Damar menyesal.

Cita memaksakan satu senyuman.

"Ngga apa, kan memang udah lama Bi Imah ngga ke rumah sejak enggak kerja."

Kata Cita.

Damar mengangguk.

Damar akhirnya menyelesaikan masakannya. Hujan tak juga kunjung reda.

"Makan Ta, malam ini bubu sini saja, besok pagi pulang bareng Abang berangkat kerja."

Kata Damar.

"Bang Damar kerja di mana?"

Tanya Cita.

"Kerja sih di Srengseng, cuma supir Ta, maklum ngga bisa nerusin kuliah."

Senyum Damar.

Cita tersenyum miris.

Padahal Bang Damar dulu sekolahnya lumayan pinter, sayang sekali karena terbentur biaya tidak bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Batin Cita.

"Makanya kamu yang ada biaya, sekolah yang semangat Ta."

Bang Damar mengacak rambut Cita yang masih sedikit basah sisa habis mandi tadi.

Cita hanya tersenyum saja.

Sekolah, Cita belakangan sudah kehilangan semangat berangkat ke sekolah, ia tidak bisa lagi menikmati suasana di sekolah.

Damar mematikan kompornya, bersamaan dengan munculnya Bi Imah ke dapur.

"Bu, ini Cita biar makan dulu sama Ibu, soalnya Damar mau mandi."

Kata Damar pada Ibunya.

"Ya sudah sana mandi."

Ujar Bi Imah.

Bi Imah kemudian mengambilkan piring untuk Cita agar bisa mengambil nasi goreng sendiri.

"Anggap saja rumah Neng Cita sendiri, jangan sungkan Neng."

Kata Bi Imah.

Cita mengangguk kecil.

Tampak Cita sibuk mengambil nasi goreng dari penggorengan.

Malam ini akhirnya ia terjebak di sini, di rumah Bi Imah yang kecil, sederhana namun hangat dan nyaman.

Tak seperti rumahnya yang besar namun tak lagi nyaman ditinggali.

"Nanti jangan lupa kasih kabar Ayah di rumah supaya tidak khawatir."

Kata Bi Imah saat Cita akhirnya pergi keluar dapur dan menuju ruang tamu yang juga sekaligus untuk makan dan nonton TV.

Bi Imah mengambilkan satu bungkus kerupuk dan juga mengambilkan segelas air minum untuk Cita.

Cita menghela nafas melihat Bi Imah yang masih seperhatian dulu, padahal Cita masih ingat kenapa akhirnya Bi Imah memutuskan bekerja.

Ah tampaknya Bi Imah memang sungguh-sungguh orang baik.

Ia bahkan seperti telah melupakan masa lalu dan tetap sebaik dulu pada Cita.

**--------**

Terpopuler

Comments

ARSY ALFAZZA

ARSY ALFAZZA

terlove 😘

2021-12-24

1

Felisitaz😇

Felisitaz😇

disini aku beljr.home broken iru ng melulu krn kedua ortu cerai.

2021-10-18

1

Lisa Aulia

Lisa Aulia

nggak banyak koment...lanjut aja....

2021-10-13

1

lihat semua
Episodes
1 1. Seperti Oase
2 2. Tentang Citanya Cita
3 3. Malas Pulang
4 4. Sebuah Pertemuan
5 5. Rumahku Nerakaku
6 6. Emosi Pagi
7 7. Andai Aku Awan
8 8. Abang Ketemu Gede
9 9. Anak Yang Malang
10 10. Kesalahan Di Masa Lalu
11 11. Mencari Cita
12 12. Aku Akan Menemukanmu
13 13. Pusaran Karma
14 14. Adi Dan Cita
15 15. Sulit Karena Berbeda
16 16. Pekat Malam Kehidupan
17 17. Dengarkan Nasehat Baik
18 18. Sahabat Dan Cinta
19 19. Getar Dawai Hatiku
20 20. Hanya Pura-Pura
21 21. Calon Ibu Tiriku
22 22. Niat Tulus
23 23. Kabar Dari Bi Lastri
24 24. Tamu Tak Diundang
25 25. Ayah Adalah Harapan Anak
26 26. Asap Yang Tersimpan
27 27. Makan Malam Terpaksa
28 28. Topeng
29 29. Pertama Jadi Pacar
30 30. The Reason Is You
31 31. Wadidaw
32 32. Ye ye ye...
33 33. Yakin Sajalah
34 34. Hadiah Yang Tak Sampai
35 35. Ular Berbisa
36 36. Pilihan Sulit
37 37. Teman Baru
38 38. Langit Bumi
39 39. Cerita Pagi
40 40. Kemantapan Hati
41 41. Melebur
42 42. Gelayut Awan Hitam
43 43. Sandiwara Cinta
44 44. Percikan-Percikan Api
45 45. Yang Lebih Mudah
46 46. Jalan Yang Berbeda
47 47. Suatu Saat Nanti
48 48. Jemputan
49 49. Kena Kau
50 50. Teman Makan Siang
51 51. Khawatir
52 52. Topeng
53 53. Dibuat Bingung
54 54. Angin Malam
55 55. Drama Queen
56 56. Ibu, Ibu, Ibu...
57 57. Kakak-Kakak Yang Baik
58 58. Sakit
59 59. Arti Seorang Ibu
60 60. Menunggu Kabar
61 61. Mengungkap Rahasia Lama
62 62. Semoga Masih Ada Harapan
63 63. Pesan Mendiang Ibu
64 64. Syok...
65 65. Kau... Benarkah?
66 66. Mantan Terindah
67 67. Bolos
68 68. Satu Kali Saja
69 69. Adi Dan Cita
70 70. Othor Menyapa
71 71. Gejolak Rasa
72 72. Terkesiap
73 73. Semua Selalu Ada Alasan
74 74. Kebenaran Akan Terungkap
75 75. Rumah Impian Anak
76 76. For U Gaes
77 77. Menyentuh Hatimu Ayah
78 78. Tamparan Pedas
79 79. Niat Asti Untuk Semua
80 80. Mendung Di Tengah Pelangi
81 81. Selamat Jalan Adi
82 82. Kehilangan Itu Berat
83 83. Pilihan Sulit Untuk Ayah
84 84. Menuju Masa Perbaikan
85 85. Keputusan Final Ayah
86 86. Pertanda Alam
87 87. Sebuah Pertemuan
88 88. Saatnya Ikhlas
89 89. Pesan Dari Adi
90 90. Hati Seluas Samudera
91 91. Goodbye Emi
92 92. Calon Menantu Idaman
93 93. Mengalir Seperti Air
94 94. Malaikat Penjaga
95 95. The Ending
Episodes

Updated 95 Episodes

1
1. Seperti Oase
2
2. Tentang Citanya Cita
3
3. Malas Pulang
4
4. Sebuah Pertemuan
5
5. Rumahku Nerakaku
6
6. Emosi Pagi
7
7. Andai Aku Awan
8
8. Abang Ketemu Gede
9
9. Anak Yang Malang
10
10. Kesalahan Di Masa Lalu
11
11. Mencari Cita
12
12. Aku Akan Menemukanmu
13
13. Pusaran Karma
14
14. Adi Dan Cita
15
15. Sulit Karena Berbeda
16
16. Pekat Malam Kehidupan
17
17. Dengarkan Nasehat Baik
18
18. Sahabat Dan Cinta
19
19. Getar Dawai Hatiku
20
20. Hanya Pura-Pura
21
21. Calon Ibu Tiriku
22
22. Niat Tulus
23
23. Kabar Dari Bi Lastri
24
24. Tamu Tak Diundang
25
25. Ayah Adalah Harapan Anak
26
26. Asap Yang Tersimpan
27
27. Makan Malam Terpaksa
28
28. Topeng
29
29. Pertama Jadi Pacar
30
30. The Reason Is You
31
31. Wadidaw
32
32. Ye ye ye...
33
33. Yakin Sajalah
34
34. Hadiah Yang Tak Sampai
35
35. Ular Berbisa
36
36. Pilihan Sulit
37
37. Teman Baru
38
38. Langit Bumi
39
39. Cerita Pagi
40
40. Kemantapan Hati
41
41. Melebur
42
42. Gelayut Awan Hitam
43
43. Sandiwara Cinta
44
44. Percikan-Percikan Api
45
45. Yang Lebih Mudah
46
46. Jalan Yang Berbeda
47
47. Suatu Saat Nanti
48
48. Jemputan
49
49. Kena Kau
50
50. Teman Makan Siang
51
51. Khawatir
52
52. Topeng
53
53. Dibuat Bingung
54
54. Angin Malam
55
55. Drama Queen
56
56. Ibu, Ibu, Ibu...
57
57. Kakak-Kakak Yang Baik
58
58. Sakit
59
59. Arti Seorang Ibu
60
60. Menunggu Kabar
61
61. Mengungkap Rahasia Lama
62
62. Semoga Masih Ada Harapan
63
63. Pesan Mendiang Ibu
64
64. Syok...
65
65. Kau... Benarkah?
66
66. Mantan Terindah
67
67. Bolos
68
68. Satu Kali Saja
69
69. Adi Dan Cita
70
70. Othor Menyapa
71
71. Gejolak Rasa
72
72. Terkesiap
73
73. Semua Selalu Ada Alasan
74
74. Kebenaran Akan Terungkap
75
75. Rumah Impian Anak
76
76. For U Gaes
77
77. Menyentuh Hatimu Ayah
78
78. Tamparan Pedas
79
79. Niat Asti Untuk Semua
80
80. Mendung Di Tengah Pelangi
81
81. Selamat Jalan Adi
82
82. Kehilangan Itu Berat
83
83. Pilihan Sulit Untuk Ayah
84
84. Menuju Masa Perbaikan
85
85. Keputusan Final Ayah
86
86. Pertanda Alam
87
87. Sebuah Pertemuan
88
88. Saatnya Ikhlas
89
89. Pesan Dari Adi
90
90. Hati Seluas Samudera
91
91. Goodbye Emi
92
92. Calon Menantu Idaman
93
93. Mengalir Seperti Air
94
94. Malaikat Penjaga
95
95. The Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!