Alunan dentingan piano yang terdengar merdu ke seantero ruangan yang dekorasinya mewah berhenti. Pertunjukan solo sang pianis selesai.
Jemma mengedarkan pandangannya, memperhatikan reaksi penonton yang berdiri tepuk tangan untuknya, serta memahami perasaan yang dia alami. Seperti yang Gail usulkan sebelumnya.
Selang beberapa waktu, ada sebuah suara menyapa Jemma yang sedang berdiam di dekat panggung.
"Namaku Evelyn. Aku suka permainan piano tadi. Siapa namamu? "
Jemma melihat seorang anak perempuan berdiri di hadapannya dan tersenyum ramah.
"Aku Jemma. Terima kasih," ucap Jemma sekenanya tapi berusaha membalas dengan keramahan.
Perempuan kecil itu tidak ingin menyaksikan lagi kebahagian anak dengan ayah di depan matanya yang membuat level cemburu naik dan merusak suasana hatinya.
"Apa masih kamu yang jadi pianis besok?" tanya Evelyn dengan wajah cerahnya.
"Iya, masih aku."
"Bagus. Sampai jumpa besok, Jemma."
Mata Jemma mengikuti kemana arah jalan Evelyn. Anak itu menuju seseorang yang tadi sempat Addison kenalkan tapi lupa siapa diri wanita itu.
Raut wajah cerah yang Evelyn tampakkan pada Jemma tadi berganti dengan cemberut saat anak itu berada di samping si wanita. Jarak pandang Jemma terbatas setelah itu.
Yang sempat dilihatnya jadi pikiran oleh Jemma. Apa Evelyn tidak senang saat disana karena ayahnya tidak hadir, apa Evelyn sama sepertinya tidak punya ayah, apa ini dan apa itu.
Tapi pikiran Jemma kemudian teringat yang diinformasikan Addison bahwa acara dua malam ini bukan pesta ulang tahun. Bukan acara yang terdiri dari ibu, ayah, dan cake. Jemma berhenti memikirkan Evelyn.
Keesokan hari, Jemma dapat giliran latihan untuk penampilan piano sesudah waktu sarapan. Sehingga Addison, Jemma dan Landon bisa menikmati menu restoran yang resort punya.
Walaupun mereka bertiga sering bolak-balik ke resort utama Iking, jarang sekali berkesempatan makan di restorannya. Tempat yang mewah dengan fasilitas premium.
“Jemma!” suara memanggil itu dari arah belakang Jemma.
“Halo Evelyn,” sapa ramah Jemma ketika tahu siapa yang memanggilnya.
“Kita bertemu lebih cepat dari yang aku bayangkan,” kata Evelyn antusias lalu lanjut bertanya, “Kamu tidak sendiri?”
“Iya, Evelyn. Aku bersama kakek dan om.”
“Oh,” ucap Evelyn berjeda, “Apa kamu sudah selesai sarapan?”
“Sudah. Aku sedang menunggu kakek dari toilet dan om yang sedang menerima telepon,” kata Jemma ramah. Lanjut berkata, “Kamu sendirian, Evelyn?”
“Iya. Mom sedang punya sesuatu untuk diurus.”
“Mom? Maksudnya ibumu? Apa kamu baik-baik saja pergi sendirian seperti ini?”
“Sudah biasa, Jemma. Mom selalu tahu aku ada dimana walaupun aku sendiri begini.”
“Kamu orang yang luar biasa, Evelyn,” puji Jemma.
“Beberapa bulan lagi umurku tujuh tahun, mungkin kamu akan sepertiku di umur yang sama nanti. Berapa umurmu sekarang, Jemma?”
“Lima tahun.”
“Di saat aku berumur lima tahun, aku tidak bisa memainkan piano sebagus yang kamu lakukan. Jemma, kamu orang yang lebih luar biasa.”
“Kamu menyenangkan, Evelyn.”
“Kamu mengagumkan, Jemma.”
“Aku akan menjadikanmu panutan karena kamu lebih besar dariku, Evelyn.”
“Kamu jadi adikku mulai sekarang karena aku sudah sangat lama ingin punya adik,” ucap Evelyn bersungguh-sungguh. Jemma membaca ketulusan dari raut perempuan kecil itu.
“Baik, aku adalah adikmu. Namaku Jemma Brown dan hari ini aku mendapat seorang kakak perempuan,” ucap Jemma dengan senang.
“Aku boleh memelukmu, adikku?”
Jemma mengangguk lalu membalas pelukan Evelyn. Hingga mereka melepaskan tautan itu karena kedatangan Landon dan Addison yang bersamaan.
“Kakek, Om Adi, perkenalkan kakak perempuanku. Namanya Evelyn,” kata Jemma pada kedua orang dewasa. Mereka menyambut ucapan itu. Paham dengan karakter Jemma yang mudah bergaul dan dekat dengan orang lain.
“Sudah waktunya Jemma ke ruang latihan. Kita berpisah disini ya, Evelyn,” kata Addison lembut.
“Bolehkah aku ikut, Om Adi? Aku ingin melihat Jemma main piano lagi,” ucap Evelyn berharap.
“Jika itu tempat umum, Om bisa memperbolehkan kamu. Sayangnya perlu izin khusus untuk bisa masuk kesana. Evelyn bisa melihat pertunjukan Jemma nanti malam.”
“Izin khusus untuk masuk ke ruang latihan musik kan, Om?” tanya Evelyn memastikan dan Addison menjawab dengan anggukan kepala.
“Kami permisi dulu ya, Evelyn. Sampai jumpa nanti,” kata Addison lalu dilanjutkan berpamitan oleh Landon dan Jemma.
Perlu waktu sepuluh menit dari saat berpisah dengan Evelyn untuk ketiganya tiba di tujuan. Sebab mereka sempat antri untuk menaiki car agar tidak jauh berjalan berkilo meter.
“Evelyn?” panggil Jemma ragu karena tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
“Iya, ini aku. Kenapa kamu lama sampai disini, Jemma? Aku sempat pikir aku salah tempat,” jelas Evelyn.
“Kamu bisa masuk ke tempat ini?”
“Iya, disinilah aku sekarang.”
“Kamu bisa?”
“Oh iya. Aku lupa menyebutkan nama lengkapku. Evelyn Irey,” ujar Evelyn dengan tampang tak bersalahnya. Lanjut berkata, “Nona muda keluarga Irey punya akses kemana saja di resort Iking mana pun.”
***
“Jarret, ayo gantian. Aku ingin membalas pesan kakakku,” desak Jemma dengan rengekannya, berebut ponsel yang ada di tangan saudara kembarnya.
“Aku sedang sibuk, Jemma. Nanti giliran kamu setelah aku selesai,” kesal Jarrett.
“Kapan? Ini sudah ketiga kalinya. Aku tidak mau menunggu lagi. Berikan ponselmu!” paksa Jemma.
“Nanti. Jangan ganggu!” teriak Jarrett. Konsentrasinya semakin buyar karena Jemma tidak menurut.
“Jarrett!” teriak Jemma kesal sambil menggoyang-goyang lengan laki-laki kecil itu. Dia makin merengek.
“Patuh Jemma!” bentak Jarrett.
Seketika Jemma terdiam dan mematung. Air matanya perlahan turun tanpa ada suara rengekan lagi.
Jarrett tersadar dengan apa yang terjadi. Saudarinya itu rapuh terhadap bentakkan dan kata patuh adalah kata terlarang bagi Jemma sejak hari itu, saat mereka berumur tiga tahun.
“Maafkan aku, Jemma,” ucap Jarrett lembut, tulus dan sungguh-sungguh serta rasa bersalah yang mendominasi. Dia boleh marah pada Jemma tapi dengan cara lain, bukan seperti yang dilakukannya barusan.
Jemma perlu waktu jeda dua menit sebelum dia menghamburkan diri untuk memeluk Jarrett. Mendekap erat setengah dirinya yang lain. Pelukan saudara kembarnya sangat memberi ketenangan.
Tanpa Duo J tahu, Gail menyimak apa yang terjadi dari awal. Wanita itu berencana memberi kejutan pada si kembar.
Gail ingin menjemput mereka dari kantor Addison lalu mengajak Duo J makan es krim di tempat favorit. Sudah lama rasanya mereka bertiga tidak melakukan itu.
Ketika tadi Gail berjalan mengendap-endap, Jemma yang merengek menjadi perhatiannya. Sudah lama juga dia tidak melihat rengekan putrinya seperti itu.
Saat ini, Gail melihat Duo J masih berpelukan di taman samping villa, kantor Addison. Sepertinya sudah banyak yang berubah, dan waktu rasanya berlalu terlalu cepat bagi ibu dua anak itu.
***bersambung..**
-Diw @ diamonds.in.words | Oktober2021
**author: mau peluk mereka juga, jadinya :')
***Penting wahai Pembaca, silakan tekan tombol suka, hadiah, vote dan jadikan novel ini masuk favorit. Makasih ya :))
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Aira💕
hmm jdi pengen meluk anak q jg..🥰🥰❤
2022-03-28
0
Aulelie Aulelie
semangat ya kak💪💪💪💪💪💪💪😘😘😘😘😘
2022-01-20
0